Wednesday, August 11, 2010

Game Online, Play Station, dan Anak-anak Kita




Hari itu masih pagi, sekitar jam delapan. Saya diundang adik-adik untuk memberikan training blog di sebuah warnet yang memiliki ruang tersendiri untuk training. Sambil menunggu peserta saya mengamati pengunjung warnet itu. Kebanyakan adalah wajah-wajah yang masih polos; anak-anak SD. Hampir semuanya main game online.

Ketika saya tanya kepada pemilik warnet, apakah mereka sering main game online? "Ya, mereka sering ke sini. Berjam-jam main game online. Bahkan ada yang sampai sore." Masya Allah, sampai separah itukah?

Fenomena lain yang sampai saat ini masih menjamur adalah rental-rental Play Station yang selalu ramai. Kalau kita jalan-jalan keliling kota, atau saat dalam perjalanan pulang dari tempat kerja, kita akan akan melihat betapa rental-rental Play Station itu tidak pernah sepi oleh anak-anak dan remaja yang gandrung PS-an. Mereka begitu asyik dan menikmati PS sampai lupa akan waktu.

Game online dan Play Station menjadi tantangan sendiri bagi kita para orangtua. Apalagi bagi kita yang sibuk dan "kurang perhatian" pada anak-anak kita. Kita hanya tahu bahwa kita telah menyekolahkan mereka, menyediakan makanan yang cukup bagi mereka, dan memberikan uang saku setiap hari kepada mereka. Kita tidak tahu jika ternyata uang saku itu digunakan untuk bermain game online atau play station. Pulang sekolah mereka mampir ke warnet atau rental PS. Yang lebih parah, ada yang sampai bolos sekolah demi game-game itu.

Game Online dan Play Station Berbahaya bagi Anak-anak Kita
Ayah... Bunda... sadarilah betapa bahayanya game online dan play station bagi anak-anak kita. Tanpa menyadari bahayanya, mungkin ayah dan bunda masih menganggap ini biasa dan acuh tak acuh pada anak-anak kita.

Diantara bahaya itu adalah mengesampingkan ibadah. Shalat, misalnya. Pada anak yang diceriatakan pemilik warnet di atas, shalat Zhuhur dilewati begitu saja karena sore ia baru pulang dari warnet. Anehnya, kadang orang tua justru senang melihat anaknya "tidak merepotkan" dan "tidak membuat gaduh" di rumah seperti itu. Tahu-tahu ia pulang langsung masuk kamar dan tertidur.

Bahaya yang lain adalah melalaikan anak dari belajar. Padahal, belajar merupakan bekalnya menuju masa depan yang lebih baik. Seringkali tugas sekolahnya menjadi berantakan karena sudah kalah dengan game online dan play station. Jika, anak sudah berani bolos sekolah demi dua hal itu, bahaya yang lebih besar mengancam masa depannya.

Dampak psikologi juga tidak kalah berbahayanya bagi mereka. Umumnya game online yang diakses atau play station yang digemari anak-anak mengandung unsur kekerasan. Akumulasi dari interaksi dengan game berunsur kekerasan itu akan mempengaruhi kepribadian mereka dan membentuk mereka menjadi suka marah dan temperamental.

Bahaya berikutnya adalah masalah kesehatan. Depkominfo melalui Direktur Pemberdayaan Telematika Departemen Komunikasi dan Informatika pernah menyampaikan bahwa tidak sedikit pecandu games online yang sakit-sakitan bahkan hingga membawa korbannya kepada kematian akibat tidak mengenal waktu dalam mengakses permainan itu.

Apa yang Perlu Dilakukan Orang Tua?
Anak-anak kita adalah amanah Ilahi. Mereka juga buah hati sekaligus generasi penerus kita. Mereka pula lah penentu masa depan masyarakat dan negeri kita. Saat kita membiarkan mereka kecanduan game online dan play station, sama artinya kita membiarkan masa depan negeri ini menuju kehancurannya, dan harapan umat ini sirna.

Hal-hal yang perlu kita lakukan diantaranya adalah memberikan perhatian kepada mereka. Sesibuk apapun aktifitas dan pekerjaan kita, kita perlu meluangkan waktu untuk berbicara kepada mereka, menemani mereka dan bercanda dengan mereka. Perhatian itu juga kita ungkapkan saat ada momen-momen istimewa. Saat ia menerima rapot, saat ia mendapat nilai bagus waktu ualangan, dan sebagainya. Memberikan hadiah di saat-saat seperti itu adalah pilihan yang tepat.

Kita juga perlu memahami anak kita. Jika ia terlihat murung, mungkin ada masalah dengan temannya. Atau kesulitan di sekolah. Kita perlu menempatkan diri sebagai sahabat yang baik, tempat mereka curhat dan kemudian kita membimbing mereka serta membantu memberikan solusi.

Dekatnya hubungan kita dengan anak-anak akan membuat komunikasi kita berjalan lancar dan nasihat-nasihat kita didengar mereka. Kita bisa memahamkan mereka betapa bahayanya game online dan play station, terutama bagi yang kecanduan.

Orang tua juga perlu berkomunikasi secara periodik dengan guru untuk mengetahui perkembangan anaknya di sekolah. Dalam hal ini tidak cukup hanya mengandalkan buku penghubung. Guru yang paling tahu kondisi anak kita di sekolah pasti akan dengan senang hati menyampaikan perkembangan anak kita jika kita silaturahim langsung kepada beliau. Dan sebenarnya ini juga bisa kita lakukan saat kita menjemput anak kita, jika waktu kita sangat terbatas. Wallaahu a'lam.

Friday, August 6, 2010

Kebersamaan dengan Keluarga



Ada salah satu keluhan dan konsultasi orang tua menanyakan "Pak, apakah anak saya berbuat Asusila pada tahun Ini? Karena saya merasakan ada keanehan dalam anak saya. Apa yang harus saya lakukan?" ungkap salah satu orang tua. Barangkali para pembaca pernah mendengar kata Pubertas?. Inilah salah satu kasus yang pernah dialami orang tua tersebut. Ketika kami menanyakan apa saja aktivitas sehari-hari , maka orang tua kadang ia berkuasa kepada adik-adiknya bahkan mengancam adiknya jika diganggu maka akan marah besar. Ini adalah salah satu usia masa pubertas sedang mengalami proses gejala amarah, egois, banyak alasan/komentar, menjodohkan teman, bahkan keinginan tahu apa itu pergaulan. Banyak sekali menandakan usia 10 tahun keatas adaya perubahan yang signifikan yang akhirnya anak mempunyai kesulitan dalam belajar bahkan ingin selalu memperbanyak pergaulan dan keingintahuan dalam hal pergaulan.

Tujuan anak yang mulai semakin lama mau sulit dipahami oleh orang tua bahkan tidak tahu apa yang harus diberikan solusi bagi anak tersebut. Jalan solusinya adalah pendekatan yang memang harus intensif dan selalu mendampinginya oleh orang tua. Orang tua harus sedikit demi sedikit memberikan pemahaman apa itu pergaulan, hubungan laki wanita, kemandirian bahkan sampai ia mulai akan mengalami aqil baligh.(dewasa). Semakin ia mulai mengerti maka ia tahu apa sebab dan akibatnya oleh anak yang didapatkannya. Perbanyak cerita atau tukar pengalaman dengan anak (sharing)dalam dirumah maupun dalam beraktivitas kreasi. Itu menandakan anak ingin sekali kebersamaan bagi teman, keluarga bahkan dengan guru sekalipun.

Sedikit demi sedikit bocoran atau rahasia anak maka akan lebih tahu apa yang harus diketahui oleh orang tua maupun guru melalui forum diskusi/cerita keinginan anak dengan cara lemah lembut. Penjelasan yang akurat dan konstruktif menandakan akan sangat baik sekali harapan bagi si Anak untuk mendapatkan informasi terbaru. Karena memang mereka ingin mendapatkan informasi sedalam-dalamnya dengan cara vulgar atau sembunyi-sembunyi asalakan pokok diskusi tersebut salaing menghormati dan menjaga kerahasiaan anak.
Kebersamaan bagi orang tua sangat penting dibandingkan temannya karena semakin ia sharing kepada teman atau sahabat sepermainannya khawatir mendapatkan informasi yang salah dan juga berakibat vatal. Namun harus proses yang diskusi yang panjang maupun harus memahami karakter sesama anak, guru maupun orang tua. Intinya adalah kebersama dengan keluarga itu jauh lebih penting karena harapan orang tua bagi si Anak sangat besar, ia juga harta yang sangat tinggi dibandingkan harta dunia sekalipun. wallahu alam bishowab
Dian Parikesit, S.Pd