Wednesday, May 18, 2011

Anekdot Psikologi anak


Kadang guru mencoba menerka-nerka jika anak TK sangat riang dengan keunikan bermain angka maupun membaca dengan suasana banyak berteman. Namun ketika SD kelas 1 anak mencoba mengejar target prestasinya maupun selalu yang terbaik dalam belajar dengan teman sebayanya. Tiba-tiba saja di kelas 2 sudah mulai perkenalan teman yang sangat akrab namun selalu saja ada yang berkelahi karena ingin mendapatkan kekuasaan dan keingintahuan si Anak menjadi yang terbaik. Ketika dikelas 3 mulailah si Anak lebih banyak bermain sambil belajar walaupun kadang suasana kadang tidak kondusif bahkan selalu mencari temuan baru belajarnya serta keingintahuan pengalamannya bahwa "Aku adalah yang Pintar dan yang lebih Tahu".

Setelah sekian banyaknya keingintahuan siAnak masuklah kejenjang tingkat kelas 4 yang selalu saja membuat suasana kelas menjadi berbagai ornamen karya termasuk suasana hiruk pikuk yang menjadi pembelajaran kaya akan karakter siswa mengeluarkan ide dan bakatnya dari segi positif maupun negatifnya. Bermain sambil belajar namun sudah mulai berbicara ngalor ngidul akan fokus pembicaraanya dalam pembelajaran. Setelah kelas 5 sudah mulai cara bicara anak yang beraneka ragam karena ingin dikuasai bahkan guru pun berbagai alasanpun ditepisnya termasuk juga orang tuanya sendiri. Dengan alasan "Aku mempunyai ribuan alasan walaupun jawaban itu kurang mengenakan didalam hati orang lain"

Dengan akhir masa masa sekolahnya kelas 6 pun sudah mulai ceria dengan karakter pubertasnya menuju masa remaja bahkan dengan guyonan sang calon kekasih pun dengan semangat belajar pun tetap senang dan duka. namun rasa kekhawatiran sang ayah dan ibu bahkan guru dengan rasa hormat semakin pudar karena ia mulai tumbuh karena kegadisan maupun keremajaannya setara dengan orang dewasa sehingga lupa akan masa lalunya dan jasa kedua orang tuanya. Semoga analisa ini menjadi cerminan buat orang tua begitu luar biasanya karakter anak yang semakin berkembang namun semakin lama lingkungan juga mempengaruhi perkembangan anak yang terkooptasi dengan orang lain. Sikap, pergaulan, pembelajaran, metode, kebijakan keputusan hanya ada kembali kepada pembimbingnya apakah anakku bisa menjadi kaya akan bakatnya dan kaya akan kedewasaanya untuk masa depan yang gemilang. wallahu alam.

Melatih Kecerdasan Emosi Anak : Mengenali Emosi


Kini orang tua semakin peduli dengan karakter anak, sejak mulai dipopulerkannya konsep kecerdasan emosi oleh Daniel Goleman di tahun 1995. Para orang tua semakin sadar dan yakin bahwa keberhasilan
anak tidak lagi cukup dengan ketrampilan teknis dan pengetahuan ilmiah, namun juga dengan kemampuan pengendalian diri dan hidup bermasyarakat.
Secara garis besar ada dua hal utama dalam kecerdasan emosi, yaitu mengenali dan mengelola emosi. Langkah pertama mengajarkan kecerdasan emosi adalah mengenalkan berbagai jenis emosi kepada anak. Bagaimana caranya?
Tips sederhana dalam mengajarkan kecerdasan emosi adalah dengan sering menyebutkan berbagai jenis emosi kepada anak. Misalnya anak sedang cemberut, maka sebagai orang tua kita dapat menegaskan situasi emosi tersebut kepada anak, misalnya dengan menanyakan, “Adik cemberut, apa sedang kesal? Adik kesal apa karena Ibu melarang nonton TV?” Dengan demikian anak dipandu untuk terbiasa mengenali kondisi emosi dirinya dan penyebab munculnya emosi itu.
Cara lain adalah dengan menunjukkan berbagai gambar, atau mengomentari situasi baik di majalah, TV, maupun media lainnya. Misalnya ketika melihat TV di mana ada tokoh yang sedang sedih karena dinakali oleh tokoh lainnya (hal ini sering muncul di film kartun), maka kita berkomentar, “Aduh, kasihan sekali si anu, pasti dia sangat sedih karena tindakan nakal temannya itu..” Hal yang sama dapat dilakukan pula saat membaca dongeng. Orang tua perlu berkali-kali menyebutkan situasi emosi para tokoh dalam cerita tersebut. Selain memperkenalkan berbagai jenis emosi, pada saat yang sama anak juga belajar hal-hal yang menyebabkan munculnya emosi tersebut, misalnya perasaan sedih salah satu tokoh cerita karena ditipu atau dihina tokoh yang lain. Orang tua juga dapat pula memberikan penilaian moril atas situasi tersebut, misalnya menghina adalah suatu perbuatan buruk dan jahat, sehingga anak menjadi tahu nilai moril dari suatu perilaku. Dalam hal ini secara langsung kita juga telah mengembangkan kecerdasan spiritual anak (kecerdasan dalam mengenali dan mengelola nilai-nilai).
Ketika orang tua marah, sedih, bingung, kesal, gembira, dan situasi emosi lainnya, orang tua juga perlu menyampaikan alasannya. Misalnya, seorang anak bermain dan tidak membereskan mainannya setelah selesai, sang Ibu bisa berkata, “Adik, Ibu sangat kesal melihat mainan yang berantakan, karena Ibu menjadi repot membereskannya. Ibu akan senang kalau Adik membantu Ibu membereskan mainan sendiri.” Dengan pernyataan itu sang anak akan belajar mengenali situasi emosi ibunya (kesal), sebab munculnya (mainan berantakan), dan mengapa sebab tersebut menyebabkan munculnya emosi tertentu (kesal karena repot membereskannya). Perlu ditunjukkan ekspresi yang sesuai dengan emosi saat melatih anak kecil (kalau kesal ya jangan tersenyum, namun tunjukkan wajah serius dan cemberut). Semakin dewasa nanti semakin mungkin menyampaikan emosi dengan ekspresi yang berlawanan misalnya dalam bentuk sindiran (kesal, namun tersenyum).
Apabila anak sedari dini usia telah sering dilatih untuk peka dalam mengenali emosi, maka semakin dewasa akan semakin mudah mengenali emosi, dan akhirnya dapat menyesuaikan sikapnya dengan situasi emosi yang ada


Gadis Cerdas, Gadis Impian

Dahulu ada seorang pemuda Arab yang tampan, shalih, dan sangat cerdas. Dia ingin menikah dengan seorang gadis shalihah dan cerdas pula seperti dirinya. Maka mulailah dia mengembara dari satu kabilah ke kabilah lain untuk mencari gadis impiannya.
Suatu ketika, dia berjalan menuju kabilah di Yaman. Ditengah perjalanan, dia berjumpa dengan seorang lelaki. Akhirnya, dia berjalan bersama lelaki itu.

Pemuda itu menyapa, “Hai Tuan, apakah kau bisa membawaku dan aku membawamu?”

Spontan lelaki itu menjawab, “Hai bodoh, kau ini bagaimana? Aku menunggang kuda dan kau juga menunggang kuda. Bagaimana kita bisa saling membawa?”

Pemuda itu diam saja mendengar jawaban lelaki itu.

Kemudian keduanya melanjutkan perjalanan. Lalu mereka melewati sebuah kampong. Kampung itu yang dikelilingi oleh kebun yang sudah tiba masa panennya.

Pemuda itu bertanya, “Menurutmu, buah-buahan itu sudah dimakan oleh pemiliknya atau belum ya?”

Seketika, lelaki itu menjawab, “pertanyaan itu aneh sekali! Kamu sendiri melihat dengan mata dan kepalamu, buah-buahan itu masih ada di pohonnya dan belum dipanen, kok kamu bertanya apakah buah-buahan itu sudah dimakan oleh pemiliknya atau belum?”

Pemuda itu hanya diam dan tidak menjawab perkataan lelaki itu.

Kemudian, keduanya melanjutkan perjalanan. Baru sebentar berjalan, mereka bertemu dengan orang-orang yang sedang mengiringi jenazah.

Pemuda itu berkata, “Menurutmu, yang diiringi dalam keranda itu masih hidup atau sudah mati ya?”

Lelaki itu menjawab, “Aku semakin tidak paham denganmu. Aku tidak pernah menemukan pemuda yang lebih bodoh darimu. Ya jelas, jenazah itu akan dibawa untuk dikuburkan. Tentu dia sudah mati”

Pemuda itu kembali diam dan tidak menjawab sepatah katapun atas komentar lelaki itu. Dia mengajak pemuda itu menginap dirumahnya. Dia merasa kasihan, sebab pemuda itu terlihat sudah sangat letih.

Lelaki itu memiliki seorang anak gadis yang sangat cantik.

Begitu tahu ada seorang tamu yang menginap, anak gadisnya itu bertanya, “Ayah, siapa dia?”

“Dia itu pemuda yang paling bodoh yang pernah aku temui” jawab ayahnya

Anak gadisnya malah penasaran. Dia mengejar dengan pertanyaan berikutnya, “Bodoh bagaimana?”

Ayahnya langsung menceritakan awal pertemuannya dengan pemuda itu dan segala perkataan serta pertanyaannya.

Mendengar cerita ayahnya, anak gadis itu berkata, “Ayah ini bagaimana? Dia tidak bodoh. Justru sangat cerdas dan pandai. Kata-katanya mengandung makna tersirat. Ketika dia mengatakan, apakah kau bisa membawaku dan aku membawamu?”, sebenarnya maksudnya adalah, ‘apakah kita bisa saling berbincang-bincang sehingga bisa membawa kita pada suasana yang lebih akrab?”

Ketika dia mengatakan, ‘buah-buahan itu sudah dimakan oleh pemiliknya atau belum’?’, Ia memaksudkan, ‘Apakah pemiliknya sudah menjualnya ketika sebelum dipanen atau belum?’, sebab jika telah menjualnya, pemiliknya belum tentu menerima uangnya dan membelanjakannya untuk makan dia dan keluarganya.

Kemudian, ketika ia bertanya, ‘apakah jenazah di keranda itu masih hidup atau sudah mati?’ Maksudnya, ‘apakah jenazah itu sudah memiliki anak yang bisa melanjutkan perjuangannya atau tidak?’

Setelah mendengar apa yang dikatakan putrinya, lelaki itu keluar menemui pemuda itu. Dia meminta maaf atas perkataannya yang membodoh-bodohkan pemuda itu. Keduanya lalu berbincang-bincang.

Lelaki itu berjata, “Sekarang aku baru tahu apa maksud pertanyaan-pertanyaanmu dalam perjalanan tadi”

Lalu dia menjelaskan seperti yang dikatakan putrinya.

Mendengar itu, sang pemuda bertanya, “Saya yakin itu bukan lahir dari pemikiranmu sendiri dan bukan perkataanmu, demi Allah, katakanlah padaku siapa yang mengatakannya?”

“Yang mengatakan hal itu adalah putriku” jawab lelaki itu.

Spontan pemuda itu berkata, “Apakah kau mau menikahkan aku dengan putrimu?”

“ya” jawab lelaki itu.

Begitulah, setelah melalui pengembaraan panjang, akhirnya pemuda itu menemukan pendamping hidup yang dia impikan.

Wednesday, May 4, 2011

RAHASIA SI UNTUNG

Anda pasti kenal tokoh si Untung di komik Donal Bebek. Berlawanan dengan Donal yang selalu sial. Si Untung ini dikisahkan untung terus. Ada saja keberuntungan yang selalu menghampiri tokoh bebek yang di Amerika bernama asli Gladstone ini.

Betapa enaknya hidup si Untung. Pemalas, tidak pernah bekerja, tapi selalu lebih untung dari Donal. Jika Untung dan Donal berjalan bersama, yang tiba-tiba menemukan sekeping uang dijalan, pastilah itu si Untung. Jika Anda juga ingin selalu beruntung seperti si Untung, dont worry, ternyata beruntung itu ada ilmunya.

Professor Richard Wiseman dari University of Hertfordshire Inggris, mencoba meneliti hal-hal yang membedakan orang2 beruntung dengan yang sial. Wiseman merekrut sekelompok orang yang merasa hidupnya selalu untung, dan sekelompok lain yang hidupnya selalu sial. Memang kesan nya seperti main-main, bagaimana mungkin keberuntungan bisa diteliti. Namun ternyata memang orang yang beruntung bertindak berbeda dengan mereka yang sial.

Misalnya, dalam salah satu penelitian the Luck Project ini, Wiseman memberikan tugas untuk menghitung berapa jumlah foto dalam koran yang dibagikan kepada dua kelompok tadi. Orang2 dari kelompok sial memerlukan waktu rata-rata 2 menit untuk menyelesaikan tugas ini. Sementara mereka dari kelompok si Untung hanya perlu beberapa detik saja! Lho kok bisa?

Ya, karena sebelumnya pada halaman ke dua Wiseman telah meletakkan tulisan yang tidak kecil berbunyi "berhenti menghitung sekarang! ada 43 gambar di koran ini". Kelompol sial melewatkan tulisan ini ketika asyik menghitung gambar. Bahkan, lebih iseng lagi, di tengah2 koran, Wiseman menaruh pesan lain yang bunyinya: "berhenti menghitung sekarang dan bilang ke peneliti Anda menemukan ini, dan menangkan $250!" Lagi-lagi kelompok sial melewatkan pesan tadi! Memang benar2 sial.

Singkatnya, dari penelitian yang diklaimnya "scientific" ini, Wiseman menemukan 4 faktor yang membedakan mereka yang beruntung dari yang sial:

1. Sikap terhadap peluang.
Orang beruntung ternyata memang lebih terbuka terhadap peluang. Mereka lebih peka terhadap adanya peluang, pandai menciptakan peluang, dan bertindak ketika peluang datang. Bagaimana hal ini dimungkinkan? Ternyata orang-orang yg beruntung memiliki sikap yang lebih rileks dan terbuka terhadap pengalaman-pengalam an baru. Mereka lebih terbuka terhadap interaksi dengan orang-orang yang baru dikenal, dan menciptakan jaringan-jaringan sosial baru. Orang yang sial lebih tegang sehingga tertutup terhadap kemungkinan- kemungkinan baru.
Sebagai contoh, ketika Barnett Helzberg seorang pemilik toko permata di New York hendak menjual toko permata nya, tanpa disengaja sewaktu berjalan di depan Plaza Hotel, dia mendengar seorang wanita memanggil pria di sebelahnya: "Mr. Buffet!" Hanya kejadian sekilas yang mungkin akan dilewatkan kebanyakan orang yang kurang beruntung. Tapi Helzber berpikir lain. Ia berpikir jika pria di sebelahnya ternyata adalah Warren Buffet, salah seorang investor terbesar di Amerika, maka dia berpeluang menawarkan jaringan toko permata nya. Maka Helzberg segera menyapa pria di sebelahnya, dan betul ternyata dia adalah Warren Buffet. Perkenalan pun terjadi dan Helzberg yang sebelumnya sama sekali tidak mengenal Warren Buffet, berhasil menawarkan bisnisnya secara langsung kepada Buffet, face to face. Setahun kemudian Buffet setuju membeli jaringan toko permata milik Helzberg. Betul-betul beruntung.

2. Menggunakan intuisi dalam membuat keputusan.
Orang yang beruntung ternyata lebih mengandalkan intuisi daripada logika. Keputusan-keputusan penting yang dilakukan oleh orang beruntung ternyata sebagian besar dilakukan atas dasar bisikan "hati nurani" (intuisi) daripada hasil otak-atik angka yang canggih. Angka-angka akan sangat membantu, tapi final decision umumnya dari "gut feeling". Yang barangkali sulit bagi orang yang sial adalah, bisikan hati nurani tadi akan sulit kita dengar jika otak kita pusing dengan penalaran yang tak berkesudahan.

Makanya orang beruntung umumnya memiliki metoda untuk mempertajam intuisi mereka, misalnya melalui meditasi yang teratur. Pada kondisi mental yang tenang, dan pikiran yang jernih, intuisi akan lebih mudah diakses. Dan makin sering digunakan, intuisi kita juga akan semakin tajam.

Banyak teman saya yang bertanya, "mendengarkan intuisi" itu bagaimana? Apakah tiba2 ada suara yang terdengar menyuruh kita melakukan sesuatu? Wah, kalau pengalaman saya tidak seperti itu. Malah kalau tiba2 mendengar suara yg tidak ketahuan sumbernya, bisa2 saya jatuh pingsan. Karena ini subtektif, mungkin saja ada orang yang beneran denger suara. Tapi kalau pengalaman saya, sesungguhnya intuisi itu sering muncul dalam berbagai bentuk, misalnya:

- Isyarat dari badan. Anda pasti sering mengalami. "Gue kok tiba2 deg-degan ya, mau dapet rejeki kali", semacam itu. Badan kita sesungguhnya sering memberi isyarat2 tertentu yang harus Anda maknakan. Misalnya Anda kok tiba2 meriang kalau mau dapet deal gede, ya diwaspadai saja kalau tiba2 meriang lagi.

- Isyarat dari perasaan. Tiba-tiba saja Anda merasakan sesuatu yang lain ketika sedang melihat atau melakukan sesuatu. Ini yang pernah saya alami. Contohnya, waktu saya masih kuliah, saya suka merasa tiba-tiba excited setiap kali melintasi kantor perusahaan tertentu. Beberapa tahun kemudian saya ternyata bekerja di kantor tersebut. Ini masih terjadi untuk beberapa hal lain.

- Isyarat dari luar. "Follow the omen" demikian kalau kata Paulo Coelho di buku the Alchemist. Baca "isyarat2" dari luar yang datang pada Anda. Saya juga beberapa kali mengalami. Misalnya pernah saja tiba2 di TV saya kok merasa sering melihat iklan suatu perusahaan tertentu, kemudian ketemu teman kok membicarakan perusahaan itu lagi, di jalan melihat iklan perusahaan tadi. Belakangan perusahaan tadi ternyata menjadi klien saya. Jadi kalau akhir2 ini Anda sering berpapasan dengan Mercedez S Class dua pintu, barangkali itu suatu pertanda.

3. Selalu berharap kebaikan akan datang.
Orang yang beruntung ternyata selalu ge-er terhadap kehidupan. Selalu berprasangka baik bahwa kebaikan akan datang kepadanya. Dengan sikap mental yang demikian, mereka lebih tahan terhadap ujian yang menimpa mereka, dan akan lebih positif dalam berinteraksi dengan orang lain. Coba saja Anda lakukan tes sendiri secara sederhana, tanya orang sukses yang Anda kenal, bagaimana prospek bisnis kedepan. Pasti mereka akan menceritakan optimisme dan harapan.

4. Mengubah hal yang buruk menjadi baik.
Orang-orang beruntung sangat pandai menghadapi situasi buruk dan merubahnya menjadi kebaikan. Bagi mereka setiap situasi selalu ada sisi baiknya. Dalam salah satu tes nya Prof Wiseman meminta peserta untuk membayangkan sedang pergi ke bank dan tiba-tiba bank tersebut diserbu kawanan perampok bersenjata. Dan peserta diminta mengutarakan reaksi mereka.

Reaksi orang dari kelompok sial umunya adalah: "wah sial bener ada di tengah2 perampokan begitu". Sementara reaksi orang beruntung, misalnya adalah: "untung saya ada disana, saya bisa menuliskan pengalaman saya untuk media dan dapet duit". Apapun situasinya orang yg beruntung pokoknya untung terus. Mereka dengan cepat mampu beradaptasi dengan situasi buruk dan merubahnya menjadi keberuntungan.

Sekolah Keberuntungan.

Bagi mereka yang kurang beruntung, Prof Wiseman bahkan membuka Luck School. Saya yakin Anda semua sudah beruntung dan tidak perlu bersekolah di Luck School. Tapi ada baiknya mengintip sedikit, latihan2 apa yang diberikan di Luck School.
Salah satu yang menonjol dari orang sial adalah betapa mereka sering mengabaikan hal-hal yang positif di sekitar mereka. Misalnya salah satu pasien Prof Wiseman, adalah seorang wanita single parent, yang sangat sial.

Ketika diminta menceritakan hidupnya akan segera nyerocos menceritakan setiap detil kesialannya. Betapa sulitnya memperoleh pasangan, sudah ketemu pria yang cocok tapi si pria jatuh dari motor, di lain kesempatan si pria jatuh dan patah hidungnya, sudah hampir menikah, gereja nya terbakar, dan sebagainya. Pokoknya benar2 sial. Padahal, dalam setiap interview, si wanita datang membawa 2 orang anak yang sangat lucu2 dan sehat. Sebagian besar dari kita akan merasa sangat beruntung memiliki 2 anak tadi. Tapi tidak bagi si wanita sial tadi.

Karena 2 anak lucu tadi tidak ada dalam pikiran si wanita, yang otaknya sudah penuh dengan "kesialan".
Latihan yang diberikan Wiseman untuk orang2 semacam itu adalah dengan membuat "Luck Diary", buku harian keberuntungan. Setiap hari, wanita tadi harus mencatat hal-hal positif atau keberuntungan yang terjadi.

Mereka dilarang keras menuliskan kesialan mereka. Awalnya mungkin sulit, tapi begitu mereka bisa menuliskan satu keberuntungan, besok-besoknya akan semakin mudah dan semakin banyak keberuntungan yg mereka tuliskan. Dan ketika mereka melihat beberapa hari kebelakang Lucky Diary mereka, semakin mereka akan sadari betapa mereka beruntung. Dan sesuai prinsip "law of attraction", semakin mereka memikirkan betapa mereka beruntung, maka semakin banyak lagi lucky events yang datang pada hidup mereka.

Jadi, sesederhana itu rahasia si Untung. Ternyata semua orang juga bisa beruntung. Termasuk Anda.

Siap mulai menjadi si Untung?