Wednesday, February 29, 2012

Setiap Anak Mempunyai Kreatif Luar biasa


Untuk menggali kemampuan anak, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain:
- Anak tak sama dengan orang dewasa. Ada batasan-batasan yang membedakan mereka dengan orang dewasa. Agar anak mau belajar, diperlukan kesabaran dan toleransi mendalam. "Jangan segan-segan mengacungkan jempol jika anak dapat melakukan sesuatu atau punya prestasi," lanjutnya.
- Ciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Dari mulai membaca, menulis sampai berhitung. Misalnya dengan menempel tulisan "kursi" di kursi makan atau alat-alat rumah tangga yang lain. Secara tidak langsung, anak akan belajar tanpa paksaan dari siapa pun.
- Beri keleluasan anak untuk berkembang. "Kalau dulu waktu masih bayi, anak tampak begitu lucu, maka saat berusia 3 tahun, jangan meminta ia lucu seperti sebelumnya." Perilaku anak akan berkembang sesuai fase perkembangan yang dilaluinya.
- Ingat, anak itu suka meniru. Ini adalah hal yang wajar bagi anak-anak. Bahkan, meniru adalah salah satu proses pembentukan tingkah laku anak. Misalnya, anak suka berbohong. "Berarti ada yang perlu dicermati, apakah lingkungan sekitarnya berperilaku seperti itu." Bisa jadi, anak pernah melihat ibunya menyuruh pembantu berbohong pada tamu. Dari situ, anak melihat bahwa berbohong itu boleh, sehingga ia pun meniru. Anak yang gemar membaca juga bisa jadi juga meniru dari orang tuanya yang juga hobi membaca. Oleh karena itu, "Orang tua dan guru seharusnya bisa menjadi teladan yang nyata dan baik bagi anak."
- Setiap anak bisa jadi kreatif. Jangan sedikit-sedikit anak dimarahi. Misalnya, salah memberi warna pada tugas menggambarnya. Intinya, beri anak kesempatan untuk berpikir berbeda. "Saya pernah lihat sebuah TK yang secara berkala membolehkan muridnya menyanyikan lagu yang ia ciptakan sendiri." Jika anak dikondisikan seperti ini, otak kanan yang berfungsi sebagai pusat kreativitas pun akan terus terasah. Begitu juga anak usia Dini bisa menulis karangannya dengan rapi dan indah tulisannya.

Tuesday, February 21, 2012

8 Kebiasaan Sukses Anda


Semua orang ingin sukses, semua orang ingin kaya, tetapi yang harus kita pahami berasama bagaimanakah cara mengelola kekuatan kita untuk menjadi kebiasaan yang membawa kesuksesan dunia dan akhirat. Anda kaya, bahagia dan masuk surga di Akhirat kelak. Salah satunya adalah :

1. Berpikir positif
Segala informasi yang masuk dalam alam pikiran jadikanlah semuanya positif, baik digunakan untuk identifikasi, evaluasi dan decissiion point nantinya. jika ada hal – hal yang dirasa negatif lakukanlah filter agar sesuatu yang negatif tidak merusak tujuan hidup kita. Jangan mencari kesalahan maupun kelemahan seseorang namun solusinya adalah perbaikan dalam kita mengevaluasi cara berpikir hidup Anda

2. Berpikir serba mungkin
Semua yang ada di imaginasi ( Punya rumah bagus, mobil mewah, dll ) pastikan alam pikiran kita bahwa itu bisa kita capai, karena pada dasarnya semua manusia mempunyai kesempatan yang sama terhadap suatu peluang, alangkah lebih baik tanamkan pada diri bahwa impian itu bisa tercapai dan teknisnya balance collaboration antara peningkatan kemampuan dan takdir yang akan kita terima. Berusahalah dan bekerja karena itu adalah awal nyata kehidupan kita tidak hanya berbicara namun action dalam diri kita.

3. Mempunyai Karakter Mental
Bangun karakter mental yang mencerminkan diri kita :
a. Penuh tanggung jawab
b. Mempunyai Integritas dan berjiwa besar
c. Optimis dan percaya diri
d. Suka tantangan dan berkompetisi
e. Disiplin dan menghargai waktu
f. Komitmen dan konsekuensi
g. Diterminasi / pantang menyerah
Karena semua itu menunjukkan karakter pribadi Anda menjadi kuat dan akan selamanya menjadi visi misi kehidupan Anda menjadi sukses, baik untuk pribadi, keluarga maupun bagi orang lain.

4. Menggunakan waktu secra aktif dan effektif
Agar waktu yang kita gunakan bisa aktif dan effektif, maka :
a. Gunakan 4 kuadran
( K1.Penting mendesak, K2Penting tidak mendesak, K3.tidak penting mendesak, K4.Tidak penting tidak mendesak ) Jadi Anda harus prioritaskan dan bermanfaat bagi diri Anda.
b. Jangan pernah menunda pekerjaan
c. Gunakan parameter plan yang dibuat untuk menjalankan aktifitas secara akurat

5. Membina komunikasi yang effektif
Agar dalam berkomunikasi dan berinteraksi bisa diterima disemua golongan, maka jadilah orang yang low profile tapi punya karismatik, gunakan how to communication yang baik ( link to communication skill ), Jadilah orang yang selalu memberikan yang terbaik ( Menolong-membantu-memberi ). Pandailah bergaul bukan untuk memusuhi rekan Anda karena kehidupan akhir membutuhkan tali ikatan persaudaraan di sekeliling Anda

6. Bekerja penuh perhatian dan Totalitas
Dalam menjalankan aktifitas curahkan perhatian secara fokus dan penuh totalitas ( tanpa ragu-ragu ) ” Masih teringat wisdom dari Bang Andri Wongso, Jika anda lunak maka hidup anda akan keras, tapi sebaliknya jika anda keras maka hidup anda akan lunak”. Konsentrasi dan pengorbanan menjadi tumpuan bekerja apakah bisa diterima oleh orang lain atau tidak.

7. Membaca dan Tidak berhenti belajar
Tanpa kita melakukan up grade kemampuan dan wawasan sepertinya akan sulit bagi orang tersebut untuk menerima perubahan, karena kita harus sadar kesempatan selalu datang disaat orang tidak siap dan Keberuntungan datang jika orang itu siap akan kesempatan yang diberikan. Oleh karena itu ilmu sangat luas untuk kita dapatkan, kalau kita selalu membaca, mencari informasi yang belum tahu segeralah kita cari apa saja kekurangan dalam ilmu kita maupun ketidakmapuan kita dalam belajar bukan hanya berdiam diri.

8. Berdoa dan bersyukur
Sukses tanpa doa akan berpotensi seseorang akan mudah goyah, dan jika hidup kita dipenuhi rasa syukur, gagal dan sukses menjadi sesuatu pembelajaran mental dan kematangan individu. Tapi ingat tidak hanya doa saja ia juga harus diiringi dari hasil kerja keras kita. Karena rizki menentukan dari doa dan kesungguhan dalam bekerja bukan rekayasa apalagi korupsi.

Tuesday, February 14, 2012

Mendidik Anak Cara Nabi Ibrahim

alhikmah.ac.id – Kawinilah wanita yang kamu cintai lagi subur (banyak melahirkan) karena aku akan bangga dengan banyaknya kamu terhadap umat lainnya. [HR. Al-Hakim]

Begitulah anjuran Rasulullah saw kepada umatnya untuk memiliki anak keturunan.

Sehingga lahirnya anak bukan saja penantian kedua orang tuanya, tetapi suatu hal yang dinanti oleh Rasulullah saw. Dan tentu saja anak yang dinanti adalah anak yang akan menjadi umatnya Muhammad saw. Berarti, ada satu amanah yang dipikul oleh kedua orang tua, yaitu bagaimana menjadikan atau mentarbiyah anak—yang titipan Allah itu—menjadi bagian dari umat Muhammad saw.

Untuk menjadi bagian dari umat Muhammad saw. harus memiliki karakteristik yang disebutkan oleh Allah swt.:

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu Kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya Karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. [QS. Al-Fath, 48: 29]

Jadi karakteristik umat Muhammad saw adalah: [1] keras terhadap orang Kafir, keras dalam prinsip, [2] berkasih sayang terhadap sesama umat Muhammad, [3] mendirikan shalat, [4] terdapat dampak positif dari aktivitas shalatnya, sehingga orang-orang yang lurus, yang hanif menyukainya dan tentu saja orang-orang yang turut serta mentarbiyahnya.

Untuk mentarbiyah anak yang akan menjadi bagian dari Umat Muhammad saw. bisa kita mengambil dari caranya Nabi Ibrahim, yang Allah ceritakan dari isi doanya Nabi Ibrahim dalam surat Ibrahim berikut ini:

Ya Tuhan kami, Sesungguhnya Aku Telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur.

Ya Tuhan kami, Sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan; dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit.

Segala puji bagi Allah yang Telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha mendengar (memperkenankan) doa.

Ya Tuhanku, jadikanlah Aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.

Ya Tuhan kami, beri ampunlah Aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)”. [Ibrahim: 37-41]

Dari doanya itu kita bisa melihat bagaimana cara Nabi Ibrahim mendidik anak, keluarga dan keturunannya yang hasilnya sudah bisa kita ketahui, kedua anaknya—Ismail dan Ishaq—menjadi manusia pilihan Allah:

Cara pertama mentarbiyah anak adalah mencari, membentuk biah yang shalihah. Representasi biah, lingkungan yang shalihah bagi Nabi Ibrahim Baitullah [rumah Allah], dan kalau kita adalah masjid [rumah Allah]. Maka, kita bertempat tinggal dekat dengan masjid atau anak-anak kita lebih sering ke masjid, mereka mencintai masjid. Bukankah salah satu golongan yang mendapat naungan Allah di saat tidak ada lagi naungan adalah pemuda yang hatinya cenderung kepada masjid.

Kendala yang mungkin kita akan temukan adalah teladan—padahal belajar yang paling mudah itu adalah meniru—dari ayah yang berangkat kerjanya ba’da subuh yang mungkin tidak sempat ke masjid dan pulangnya sampai rumah ba’da Isya, praktis anak tidak melihat contoh shalat di masjid dari orang tuanya. Selain itu, kendala yang sering kita hadapi adalah mencari masjid yang ramah anak, para pengurus masjid dan jamaahnya terlihat kurang suka melihat anak dan khawatir terganggu kekhusu’annya, dan ini dipengaruhi oleh pengalamannya selama ini bahwa anak-anak sulit untuk tertib di masjid.

Cara kedua adalah mentarbiyah anak agar mendirikan shalat. Mendirikan shalat ini merupakan karakter umat Muhammad saw sebagaimana yang uraian di atas. Nabi Ibrahim bahkan lebih khusus di ayat yang ke-40 dari surat Ibrahim berdoa agar anak keturunannya tetap mendirikan shalat. Shalat merupakan salah satu pembeda antara umat Muhammad saw dengan selainnya. Shalat merupakan sesuatu yang sangat penting, mengingat Rasulullah saw memberikan arahan tentang keharusan pembelajaran shalat kepada anak: suruhlah anak shalat pada usia 7 tahun, dan pukullah bila tidak shalat pada usia 10 tahun. Rasulullah saw membolehkan memukul anak di usia 10 tahun kalau dia tidak melakukan shalat dari pertama kali disuruh di usia 7 tahun. Ini artinya ada masa 3 tahun, orang tua untuk mendidik anak-anaknya untuk shalat. Dan waktu yang cukup untuk melakukan pendidikan shalat.

Proses tarbiyah anak dalam melakukan shalat, sering mengalami gangguan dari berbagai kalangan dan lingkungan. Dari pendisiplinan formal di sekolah dan di rumah, kadang membuat kegiatan [baca: pendidikan] shalat menjadi kurang mulus dan bahkan fatal, terutama cara membangun citra shalat dalam pandangan anak. Baru-baru ini, ada seorang suami yang diadukan oleh istrinya tidak pernah shalat kepada ustadzahnya, ketika ditanya penyebabnya, ternyata dia trauma dengan perintah shalat. Setiap mendengar perintah shalat maka terbayang mesti tidur di luar rumah, karena ketika kecil bila tidak shalat harus keluar rumah. Sehingga kesan yang terbentuk di kepala anak kegiatan shalat itu tidak enak, tidak menyenangkan, dan bahkan menyebalkan. Kalau hal ini terbentuk bertahun-tahun tanpa ada koreksi, maka sudah bisa dibayangkan hasilnya, terbentuknya seorang anak [muslim] yang tidak shalat.

Cara keempat adalah mentarbiyah anak agar disenangi banyak orang. Orang senang bergaul dengan anak kita, seperti yang diperintahkan oleh Rasulullah saw: “Berinteraksilah dengan manusia dengan akhlaq yang baik.” [HR. Bukhari]. Anak kita diberikan cerita tentang Rasulullah saw, supaya muncul kebanggaan dan kekaguman kepada nabinya, yang pada gilirannya menjadi Rasulullah menjadi teladannya. Kalau anak kita dapat meneladani Rasulullah saw berarti mereka sudah memiliki akhlaq yang baik karena—sebagaimana kita ketahui—Rasulullah memiliki akhlaq yang baik seperti pujian Allah di dalam al-Quran: “Sesungguhnya engkau [Muhammad] berakhlaq yang agung.” [Al-Qalam, 68: 4]

Cara ketiga adalah mentarbiyah anak agar dapat menjemput rezki yang Allah telah siapkan bagi setiap orang. Anak ditarbiyah untuk memiliki life skill [keterampilan hidup] dan skill to life [keterampilan untuk hidup]. Rezki yang telah Allah siapkan Setelah itu anak diajarkan untuk bersyukur.

Cara keempat adalah mentarbiyah anak dengan mempertebal terus keimanan, sampai harus merasakan kebersamaan dan pengawasan Allah kepada mereka.

Cara kelima adalah mentarbiyah anak agar tetap memperhatikan orang-orang yang berjasa—sekalipun sekadar doa—dan peduli terhadap orang-orang yang beriman yang ada di sekitarnya baik yang ada sekarang maupun yang telah mendahuluinya. (dkw)

Friday, February 3, 2012

Dimulai Keteladanan Orang Tua


Ketika saya dipercayakan narasumber oleh RRI dalam diskusi mengelola uang bagi anak selasa lalu, sangat beragam permasalahan yang ada bagi orangtua. Ada yang mengalami stres terhadap anaknya, yang tidak peduli pengorbanan kerja keras orang tua, ada yang merasa jauh terpisah jarak, bahkan anak hanya minta jatah uang terus menerus dan lain sebagainya. Hal ini saya memberikan pembahasan secara detail bahwa keteladanan orang tua sangat penting dan diperlukan bagi si Anak. Jika orang tua membimbing dengan bersungguh-sungguh dan komitmen dalam menghadapi tantangan global dunia tentunya bisa diatasi sedikit demi sedikit. Mengelola uang bagi anak tentu tidak mudah, perlu pengertian dan pemahaman karakter anak mulai dari anak mengenal uang, belajar menabung hingga bisa memberikan rasa kebersamaan dalam kepedulian si Anak.
Tips yang saya berikan yaitu :
1. Jadikanlah anak selalu hemat dan tidak mudah tergiur yang bersifat materialistik dan itupun harus diikuti dengan keteladanan bagi orang tua juga.
2. Selalu diajarkan anak untuk selalu melatih anak bekerja di rumah ketika ingin mendapatkan uang jajannya lebih, sehingga anak mandiri dan tidak mudah malas seperti menyapu, mengepel lantai dan lain sebagainya
3. Seringlah berkunjung silaturahim kepada tetangga, saudara yang tidak mampu sehingga anak merasakan bahwa mencari uang sesungguhnya memerlukan pengorbanan yang besar dan kerja keras.
4. Hasil tabungan berbelanja bagi si Anak hendaknya mengajak anak membeli barang yang bermanfaat bukan hura-hura. seperti anak berkunjung ke toko buku, perpustakaan, barang kerajinan dan lain-lain.
5. Seringlah berkomunikasi antara orang tua dan Anak, karena kunci kejujuran dimulai dari bertemunya dan berdiskusi kedua pihak sehingga terhindar pencurian, kurang percaya diri dll. Maka dimulai dari keberanian untuk memberikan sharing (pendapat)/keputusan yang dialami anak..
6. Perbanyak doa dan dzikir, agar selalu menjadi anak yang saleh karena kelebihan atau kemampuan Anak di ilhami dari bantuan tuhan, juga tidak lupa memberikan reward jika anak sudah berhasil mengelola uang dengan baik sebagai hadiah prestasi anak.
Demikian tips yang saya berikan mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua.

Dian Parikesit.S.Pd