Wednesday, April 12, 2017

ANA INGIN KELUAR DARI JAMA'AH (FUTUR)


"Ustadz, dulu Ana merasa semangat dalam Dakwah. Tapi belakangan rasanya semakin hambar. Ukhuwah makin kering. Bahkan Ana melihat ternyata banyak pula yang aneh-aneh."
Begitu keluh kesah seorang santri kepada ustadznya di suatu hari.
Sang Ustadz hanya terdiam, mencoba menggali semua kecamuk dalam diri santrinya.
"Lalu, apa yang ingin Antum lakukan setelah merasakan semua itu?" sahut sang ustadz setelah sesaat termenung.
"Ana ingin berhenti saja, keluar dari jamaah ini. Ana kecewa dengan perilaku beberapa teman yang justru tidak Islami. Juga dengan organisasi Dakwah yang Ana geluti, kaku dan sering mematikan potensi anggota-anggotanya. Bila begini terus, Ana mendingan sendiri saja…" jawab santri itu.
Sang ustadz termenung kembali. Tidak tampak raut terkejut dari roman wajahnya. Sorot matanya tetap terlihat tenang, seakan jawaban itu memang sudah diketahuinya sejak awal.

Saturday, April 8, 2017

Keterbatasan fisik bukan menjadi beban


Keterbatasan fisik bagi sebagian orang bisa menjadi beban, tapi tidak demikian bagi Untung, seorang guru tanpa lengan asal Sumenep, Madura, Jawa Timur. Mengajar di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Miftahul Ulum, Sumenep, Pak Untung menunjukkan keterbatasan fisik tidak bisa memupuskan semangatnya untuk terus mencerdaskan anak bangsa.
Seperti tayangan yang banyak ditemukan di media sosial, kerja keras dan perjuangan Pak Untung sebagai guru profesional dibuktikan dengan kemampuan kakinya yang bisa menggantikan kemampuan tangannya. Meski menggunakan kaki, Pak Untung bisa menuliskan dengan indah ayat-ayat Alquran di papan tulis di hadapan para siswanya.
Mengabdikan diri sebagai guru honorer tanpa lengan selama 22 tahun, ternyata Pak Untung hanya mendapatkan gaji Rp 300 ribu per bulan. Namun demikian, dirinya selalu semangat menjalani tugasnya sebagai tenaga pendidik, sambil beternak ayam dan membuka kursus mengaji di rumahnya.
Meski digaji tidak layak, Pak Untung mengaku dirinya sudah mengikhlaskan tubuh dan jiwanya untuk dunia pendidikan. Baginya mengajar adalah ladang amal, tabungan yang akan diambilnya di kehidupan yang akan datang. Pak Untung adalah potret guru yang sesungguhnya, patriot pahlawan bangsa yang tentu tanpa tanda jasa.