Thursday, October 29, 2009

Nafas Amal Kebaikan


Tetapi, kalau kita renungkan secara jujur, ada batas minimal dimana seorang muslim bisa tetap bertahan melakukan kebaikan. Rahasianya, terletak pada sejauh mana kemampuan kita menyiasati lika-liku hidup agar tetap dalam irama kebaikan. Kuncinya terletak pada bagaimana menjaga nafas-nafas kebaikan. Beberapa langkah berikut, barangkali bisa membantu.

Pertama, yakini setiap amal ada nilainya

Dalam Islam, tidak ada kebaikan yang tak bernilai. Justru di antara bentuk keadilan dan rahmat yang ditebarkan Islam adalah penghargaannya terhadap segala bentuk kebaikan, meski hanya kecil. Seorang muslim tidak boleh menganggap remeh amal kebaikan yang ia lakukan. Ini tentu dalam kaitan menjaga semangat beramal, bukan dalam pengertian merasa amal kita sudah banyak.


Seperti juga dalam hidup ini, banyak peran-peran penting yang diemban oleh unsur-unsur kecil. Demikian pula nilai sebuah amal. Lihatlah gunung yang tinggi menjulang. Ia terdiri dari bebatuan kecil dan besar. Lihatlah penyangga rel kereta api yang dilalui “ular besi" yang beratnya berton-ton. Ternyata, di bawah bantalan rel itu ada batu-batu kecil yang menyangga beban berat itu.

Rasulullah sendiri menyampaikan dalam beberapa haditsnya, betapa Islam sangat menghargai kebaikan. Meskipun amal itu kecil. Salah satunya, sabda beliau, “Janganlah engkau menghina sebuah kebajikan, meski engkau mendapati saudaramu dalam keadaan berseri-seri wajahnya." (HR. Muslim). Dalam kisah yang lain, kita bisa merasakan makna yang sangat mendalam dari nasehat Rasulullah kepada istrinya, Aisyah, “Jauhilah neraka, meski dengan (bersedekah senilai) separoh biji karma.”

Setiap kebaikan yang dilaksanakan dengan ikhlas, akan didapati balasannya di sisi Allah. Kita tentu pernah mendengar nasehat Luqman Al-Hakim kepada anaknya, yang kemudian diabadikan dalam Al-Qur’an. “Wahai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui." (Qs. Luqman: 16).

Maka, landasan pertama kesinambungan amal ada pada pemahaman kita tentang nilai sebuah amal. Setiap kebaikan pasti ada manfaatnya. Bagi pelakunya, maupun bagi orang lain. Kalau tidak di dunia, insya Allah di akhirat.

Kedua, selalu merasa kurang

Seorang muslim, tidak boleh merasa puas dengan apa-apa yang telah ia lakukan. Selain sebagai bentuk etika kepada Allah, sikap ini juga kita perlukan sebagai penyambung amal-amal kebajikan. Artinya, dengan merasa kurang, kita akan terdorong untuk terus beramal dan beramal. Kelak, yang kita bawa pulang kepada Allah bukanlah kekayaan dunia.

Meski kita membutuhkan dunia seperlunya. Bila kita menyadari, bahwa amal-amal kita sajalah yang akan menemani kita di akhirat, tentu secara akal sehat kita harus memperbanyak kumpulan amal-amal itu. Apapun bentuk-nya, dan seberapapun besarnya.

Terlebih, bila kita menyadari betapa beratnya tantangan hidup. Dunia ini seperti hutan belantara yang gelap. Yang tidak punya cahaya dan tidak tahu jalan pasti akan tersesat. Lentera kehidupan dan cahaya itu adalah iman kepada Allah. Sedang minyak atau bahan bakarnya adalah amal-amal shalih. Dengan lentera itu kita tidak akan salah jalan. Kita bisa menghindari jurang yang berbahaya. Iman yang tidak dinyalakan oleh amal, tidak akan bisa menerangi hidup, karena ia akan semakin redup, hingga akhir-nya padam. Maka, setiap kali berbuat kebaikan, sedikit demi sedikit, ingatlah bahwa ia akan menambah minyak bagi lentera tersebut.

Ketiga, carilah kesegaran baru

Kadangkala, datang rasa malas atau bosan untuk terus melakukan sebuah kebaikan tertentu. Manusia memang tidak akan luput dari pasang surut semangat, naik turun iman, dan irama hati yang kadang berubah-ubah. Keadaan ini bisa berpengaruh terhadap kesinambungan sebuah amal. Mula-mula mungkin mengurangi amal tersebut, tetapi bila dibiarkan bisa-bisa ia membuatnya terhenti.

Menghadapi kenyataan tersebut, salah satu cara yang mungkin bisa kita lakukan adalah mencari kesegaran baru. Maksudnya, kita mencoba menyegarkan kembali jiwa dan raga. Bisa dengan cara mengubah kebiasaan yang rutin dengan sesuatu yang baru. Menyela kegiatan-kegiatan yang monoton dengan kegiatan baru. Mungkin rekreasi, olah raga, silaturrahmi, bermain bersama anak-anak, atau yang lainnya.

Kesegaran di sini tentu harus dalam batas yang halal. Banyak perkara-perkara halal yang disediakan Allah dalam hidup ini. Cobalah, dan ambil kesegaran barunya untuk memberi semangat hidup dan gairah beramal yang baru. Setiap kita umum-nya mengenali karakter diri kita masing-masing. Termasuk, mengenali kapan saat-saat kejenuhan dan rasa bosan itu datang. Bahkan, sebagian orang sangat mengerti, apa penyebabnya, Atau bahkan ada yang menyadari dan memahami implikasi dari setiap kondisi yang ia lakoni terhadap pasang surutnya semangat beramal tersebut. Maka, berdasar karakter tersebut, tinggal kita pilih apa kesegaran baru yang ingin kita ambil. Sesudah itu, tentu, kita kembali lagi berkarya dan beramal.

Keempat, mohonlah pertolongan

Yang utama dan pertama tentu memohon pertolongan kepada Allah. Dengan do’a, kepasrahan dan bertaqarrub kepada-Nya. Taqarrub adalah persembahan untuk Allah, sebagai modal untuk memohon kepada-Nya. Seperti dalam Al-Qur’an, dijelaskan bahwa salah satu contoh memohon pertolongan adalah dengan sabar dan menunaikan shalat.

Dalam konteks kemanusiaan, meminta pertolongan kepada sesama saudara muslim juga kita perlukan. Hidup ini terlalu berat untuk dijalani seorang diri, bahkan meskipun oleh seorang mukmin. Demikian juga upaya menjaga kesinambungan amal. Kalaulah tidak seperti itu, tentu Rasulullah tidak begitu sering menekankan pentingnya hidup berjama’ah, sebuah bentuk lain dari menolak kesendirian. Sebab, seperti perumpamaan yang disampaikan Rasulullah, serigala itu akan memangsa domba-domba yang sendirian.

Meminta tolong kepada teman, saudara, keluarga, orang-orang shalih, bisa bermacam bentuknya. Bisa dengan meminta nasehat dari mereka, menimba pengalaman, atau saling berbagi. Intinya, bagaimana agar amal-amal yang kita tabung bisa terus berjalan, meski sedikit demi sedikit.

 Akhirnya, kita memang harus menyadari, bahwa jalan kebajikan itu beribu jumlahnya. Tak jadi soal mana yang kita pilih. Itu memberi kesempatan bagi segala macam orang untuk beramal, termasuk kepada kita. Tinggal bagaimana amal itu dijaga nafas-nafasnya, agar ia tidak berhenti kecuali bersamaan dengan berhentinya nafas-nafas kita. Wallahu’alam.

Andai aku seperti sirup


Masalahnya sederhana. Gula pasir merasa kalau selama ini dirinya tidak dihargai manusia. Dimanfaatkan, tapi dilupakan begitu saja. Walau ia sudah mengorbankan diri untuk memaniskan teh panas, tapi manusia tidak menyebut-nyebut dirinya dalam campuran teh dan gula itu. Manusia cuma menyebut, "Ini teh manis." Bukan teh gula. Apalagi teh gula pasir.

Begitu pun ketika gula pasir dicampur dengan kopi panas. Tak ada yang mengatakan campuran itu dengan ‘kopi gula pasir’. Melainkan, kopi manis. Hal yang sama ia alami ketika dirinya dicampur berbagai adonan kue dan roti.

Gula pasir merasa kalau dirinya cuma dibutuhkan, tapi kemudian dilupakan. Ia cuma disebut manakala manusia butuh. Setelah itu, tak ada penghargaan sedikit pun. Tak ada yang menghargai pengorbanannya, kesetiaannya, dan perannya yang begitu besar sehingga sesuatu menjadi manis. Berbeda sekali dengan sirup.

Dari segi eksistensi, sirup tidak hilang ketika bercampur. Warnanya masih terlihat. Manusia pun mengatakan, "Ini es sirup." Bukan es manis. Bahkan tidak jarang sebutan diikuti dengan jatidiri yang lebih lengkap, "Es sirup mangga, es sirup lemon, kokopandan," dan seterusnya.

Gula pasir pun akhirnya bilang ke sirup, "Andai aku seperti kamu."

Sosok gula pasir dan sirup merupakan pelajaran tersendiri buat mereka yang giat berbuat banyak untuk umat. Sadar atau tidak, kadang ada keinginan untuk diakui, dihargai, bahkan disebut-sebut namanya sebagai yang paling berjasa. Persis seperti yang disuarakan gula pasir.

Kalau saja gula pasir paham bahwa sebuah kebaikan kian bermutu ketika tetap tersembunyi. Kalau saja gula pasir sadar bahwa setinggi apa pun sirup dihargai, toh asalnya juga dari gula pasir.

Kalau saja gula pasir mengerti bahwa sirup terbaik justru yang berasal dari gula pasir asli.

Kalau saja para penggiat kebaikan memahami kekeliruan gula pasir, tidak akan ada ungkapan, "Andai aku seperti sirup!"

Saturday, October 24, 2009

Pergi ke sekolah tanpa diantar , bolehkah?


 
Boleh saja. Asalkan ia sudah memahami identitas dirinya dan selalu mematuhi aturan keselamatan di jalan.

"Ma, hari ini aku enggak usah diantar ke sekolah ya. Aku bisa kok berangkat sendiri. Ita saja sudah berani ke sekolah sendiri. Boleh ya...Ma," rengek Ratna kepada Tati. Tati merasa bimbang. Ia belum yakin dengan kemampuan anaknya yang masih duduk di kelas TK B ini. Menurutnya, Ratna masih kurang berhati-hati dan kerap mengabaikan aturan keselamatan di jalan. Jadi, belum waktunya untuk melepas Ratna ke sekolah sendiri, walau jarak dari rumah ke sekolah tergolong dekat. Benarkan sikap Tati?

Sikap Tati sudah tepat. Memang tak ada acuan yang pasti kapan anak dapat dilepas untuk berangkat-pulang sekolah sendiri. Sebab setiap anak, meski usianya sama, memiliki tingkat kematangan kognitif yang berbeda-beda. Untuk itulah pemberian izin "kelayakan" sangat tergantung pada penilaian orang tua terhadap anaknya. Bila orang tua yakin dan percaya bahwa anaknya telah mampu mandiri dan matang maka si kecil boleh saja dilepas sendiri ke sekolah meski masih prasekolah.

Dilihat dari tugas perkembangannya, kemandirian si prasekolah memang sudah lebih baik ketimbang sebelumnya. Pengertiannya tentang manusia, benda dan situasi sudah meningkat dengan pesat. Hal ini seiring dengan kemampuan intelektualnya yang membumbung, terutama kemampuan berpikir. Kecakapannya dalam menjelajah lingkungan pun semakin baik yang ditunjang kemantapan koordinasi dan pengendalian motorik si prasekolah.

Si kecil pun sudah memiliki kesanggupan untuk bertanya dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti orang lain. Tahapan pemikiran ini dinamakan praoperasional. Anak sudah mulai berkembang cara berpikirnya, pemahamannya dan berbahasanya. Meskipun masih belum sempurna betul dan masih egosentris.

PERSIAPAN YANG HARUS DILAKUKAN

Si prasekolah pastilah merasa senang dan bangga, bila diizinkan untuk pergi dan pulang sekolah sendiri. Namun sebelumnya orang tua perlu melakukan sejumlah persiapan. Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan:

· Menanamkan kesadaran pada si prasekolah soal pentingnya mengetahui identitas diri, identitas orang-orang di sekitarnya serta identitas sekolahnya. Ini berarti ia harus hafal nama lengkap dan panggilannya, nama ayah-ibu, nama kakak, adik, nenek atau orang-orang yang tinggal serumah dengannya, alamat rumah, nomor telepon, nama sekolah, guru, dan kelasnya.

· Penyampaian yang berhubungan dengan identitas pribadi ini dapat dilakukan pada berbagai kesempatan dan berulang-ulang. Misalnya, saat si kecil bermain, saat mandi atau saat menjelang tidur. Yang penting suasananya harus tenang dan ia tidak dalam keadaan mengantuk/rewel sehingga dapat menangkap materi dengan baik. Untuk mengetahui sejauh mana penguasaan anak akan itu, penyampaian bisa dilakukan dengan tanya jawab. Penguasaan materi ini penting sebagai antisipasi jika suatu yang tidak diinginkan terjadi. Contohnya kecelakaan, sehingga pihak rumah atau sekolah dapat segera dihubungi. Ingatkan pula agar si prasekolah tidak mengumbar identitas pribadi ini pada sembarang orang. Apalagi orang yang tidak dikenal karena bisa malah membahayakan dirinya.

· Si prasekolah juga harus mengetahui dan hafal rute dari rumah ke sekolah dan sebaliknya dari sekolah ke rumah. Tak ketinggalan aturan di jalan raya. Umpamanya, berjalan kaki harus di trotoar, sebelum menyeberang jalan harus melihat kiri-kanan terlebih dahulu. Demikian pula, aturan bila ia menggunakan angkutan seperti becak, ojek, atau angkot. Bahwa ia mesti duduk dengan baik dan tidak bercanda atau berdiri seenaknya demi keselamatan diri.

· Untuk melepas si kecil ke sekolah sendiri dapat dicoba secara bertahap. Awalnya anak tetap didampingi saat berangkat-pulang sekolah namun dalam posisi tidak terlalu dekat. Biarkan ia berjalan lebih depan dari kita. Amati bagaimana caranya berjalan; apakah tertib atau malah seenaknya sendiri, alias tidak mengacuhkan aturan keselamatan di jalan.

· Sambil berjalan dapat dilakukan tanya jawab tentang identitas pribadi dan materi aturan keselamatan berjalan. Bila si prasekolah melakukan kesalahan sikap sampaikan koreksi langsung, bagaimana sikap yang sebenarnya dan akibat yang bakal didapat dari sikap yang salah tadi. Dengan begitu anak dapat mengetahui hubungan sebab akibatnya. Melalui pengalaman langsung anak akan lebih mudah paham dan ingat.

BEBERAPA SYARAT MUTLAK

Sejumlah hal lain yang harus diyakini orang tua bila ingin melepas si prasekolah untuk pergi dan pulang adalah:

1. Yakin si prasekolah sudah paham dan mengerti akan identitas diri, identitas keluarga dan identitas sekolahnya. Bila ia belum paham atau masih sering lupa, sebaiknya tidak dibiarkan pergi dan pulang sekolah sendiri. Katakan bahwa Anda belum yakin untuk mengizinkannya dan kaitkan dengan pentingnya pemahaman identitas pribadi tersebut.

2. Yakin dengan keamanan jalan dan lingkungan rute pergi-pulang sekolah si kecil. Apakah ramai dengan kendaraan umum, apakah ada orang-orang yang patut dicurigai yang biasa ditemui di rute tersebut, dan lainnya. Bila memang aman tak ada salahnya si prasekolah diizinkan. Namun jika tidak, jangan biarkan ia pergi sendirian.

3. Yakin akan identitas pengemudi dan sikapnya dalam mengemudi. Ini berlaku bila si prasekolah berlangganan ojek, becak atau sejenisnya. Untuk itu, pada awalnya kita mesti men- dampingi dulu si prasekolah saat menggunakan angkutan tersebut.

4. Yakin anak selalu menyiapkan uang pas untuk ongkos angkutan umum. Ingatkan pula untuk memerhatikan jalan dan ajarkan ia untuk menyebutkan tempat tujuan kepada pengemudi agar tidak terlewat. Bila jarak antara rumah dan sekolah terlalu jauh dan angkutan umum yang digunakan tergolong besar (seperti bus), sebaiknya anak didampingi saat pergi dan pulang sekolah.

5. Yakin mengenal dan mengetahui identitas teman seperjalanan si prasekolah. Bila si kecil ke sekolah bersama teman-temannya, cobalah untuk mencari tahu identitas teman-temannya itu. Niscaya identitas itu dapat dimanfaatkan untuk mencari informasi bila anak terlambat pulang atau ada peristiwa lain yang tidak diharapkan.

6. Jalin komunikasi dengan pihak sekolah. Sampaikan kepada guru/pihak sekolah, bila si prasekolah sedang mencoba pergi dan pulang sendiri. Harapannya pihak sekolah dapat memberikan perhatian tambahan. Misalnya, mengantarkan si prasekolah sampai naik angkutan umum atau sekadar menyeberangkan jalan.

Atau bila si kecil terlambat tiba di sekolahatau terjadi sesuatu hal yang di luar dugaan dapat diinformasikan dengan segera kepada orang tua. Tak ada salahnya orang tua pun mengecek, apakah si prasekolah sudah tiba tepat waktu di sekolah atau tidak.

7. Sesekali dampingi anak. Akhir-akhir ini banyak kejahatan terhadap anak yang dilakukan orang dewasa /anak yang lebih besar. Untuk itu orang tua perlu sesekali mengantar atau menjemput si kecil ke/dari sekolah. Hal ini bertujuan agar orang yang berniat jahat, tidak bisa "membaca" rutinitas dan kebiasaan anak. Meskipun ia berlangganan becak atau ojek sekalipun.

8. Jangan memakaikan anak perhiasan/barang-barang berharga karena dapat mengundang orang berniat jahat.

9. Ajarkan beberapa sikap waspada demi keselamatannya, seperti tidak menerima pemberian makanan/minuman dari orang yang tidak dikenal. Atau menjawab sesingkat mungkin pertanyaan orang yang tak dikenal. Kalau perlu jangan bicara pada orang yang tidak dikenal.
BILA SI PRASEKOLAH BERSEPEDA

Bersepeda adalah kegiatan yang mengasyikkan bagi si prasekolah. Namun jika ia merengek ingin bersepeda ke sekolah, orang tua perlu mengkaji beberapa hal penting. Seperti soal jarak tempuh bersepeda. Kalau tergolong jauh dan si kecil harus bersepeda di lalu lintas yang ramai, lebih bijaksana jika ia tidak diberi izin untuk itu. Namun kalau rute tempuh dari rumah ke sekolah tergolong dekat dan aman, bersepeda ke sekolah tentu akan mengasyikkan baginya. Akan lebih menguntungkan lagi jika di sekolahnya tersedia tempat penitipan sepeda.

Namun sebelum itu, jangan lupa bekali anak dengan panduan keselamatan di jalan. Umpamanya, bersepedalah di sebelah kiri jalan. Jika melewati pertigaan/perempatan, jangan asal menyeberang namun lihat kanan kiri terlebih dulu. Kalau perlu mintalah tolong kepada polisi/petugas lalu lintas. Ingatkan pula agar ia selalu waspada. Jangan bersepeda sambil berbicara atau bercanda dengan teman. Sesekali mintalah guru di sekolahnya untuk bertanya/meminta anak bercerita di depan kelas tentang pengalamannya bersepeda sehingga perilakunya dapat dievaluasi.

Yang lebih penting, amati dulu si kecil sebelum melepasnya bersepeda sendirian ke sekolah. Apakah ia sudah mampu bersepeda dengan baik serta memerhatikan aturan keselamatan di jalan. Bila belum, tegurlah secara langsung dan sampaikan cara yang semestinya.

Tuesday, October 20, 2009

Penyebab Kegagalan Dalam Kepemimpinan



Meskipun orang memandang penting tentang apa yang harus dikerjakan, tetapi tidak kalah pentingnya untuk menghindari apa yang seharusnya tidak kita lakukan. Kebanyakan tulisan menyatakan keahlian apa yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.


Hal-hal yang harus kita buang jauh-jauh mungkin sengaja kita abaikan, atau mungkin tidak terpikirkan oleh kita. Kegagalan seorang pemimpin merupakan suatu yang kompleks bahkan apa yang kita sadari seharusnya berhasil menjadi bumerang yang siap mencabik-cabik diri sendiri. Berikut sedikit kemungkinan yang membuat kegagalan dalam sebuah kepemimpinan:
Tidak adanya rencana dan tujuan yang jelas.
Tidak mampu mengorganisasi hal-hal detail.
Ketidakmauan terlibat dalam pekerjaan dan menyuruh orang lain mengerjakan.
Memperkirakan melalui apa yang dia tahu dibanding apa yang dia kerjakan.
Takut berkompetisi dengan yang lain.
Tidak mempunyai pemikiran kreatif.
Sindrome “saya yang berkuasa”.
Berlebihan mengerjakan apa yang menjadi kegemarannya.
Tidak loyal.
Ketidakmampuan dalam mendelegasikan.
Kidakmengertian terhadap efek negatif dalam sebuah area.
Tidak peka terhadap respon yang ada.

Kita tahu bahwa seorang pemimpin harus memiliki kecerdasan emosional, komunikatif, apresiatif, memiliki semangat entrepeneurship, bersikap positif, memahami perubahan, mengelola perubahan, dan karakter kuat lainnya. Tetapi apabila mengesampingkan apa yang harus dihindari akan bisa menjadi batu sandungan yang datang secara tiba-tiba.

Thursday, October 15, 2009

Tahun-Tahun Penting Belajar Bagi Anak


Seperti kita ketahui, perkembangan anak dari semenjak didalam kandungan hingga mulai masuk sekolah, teramat penting. Selain untuk memupuk kemampuan dia ketika menginjak dewasa nantinya juga mempengaruhi perkembangan dirinya juga. Seperti melatih kemandirian dan keberanian dia, Mengenal Identitas Diri, dan sebagainya.


Perkembangan bayi dari sejak kelahiran hingga usia sepuluh tahun begitu penting, berikut ini beberapa point penting yang perlu kita ketahui mengenai tahun-tahun penting belajar bagi anak:

- Lima puluh persen kemampuan belajar seseorang dikembangkan pada masa empat tahun pertamanya.
- Tiga puluh persen yang lainya dikembangkan menjelang ulang tahun kedelapan
- Dua puluh persen lainnya setelah ulang tahun kedelapan
- Tahun-tahun tersebut sangat penting bagi dia untuk landasan dia belajar di masa depan
- Selepas umur sepuluh tahun, cabang-cabang yang tidak berhubungan akan mati.
- Diri sendiri (anak-anak) merupakan guru terbaik bagi diri mereka sendiri dan orang tua merupakan guru pertama terbaik bagi mereka.
- Anak akan lebih mudah dan cepat belajar dari pengalaman indrawi mereka, jadi rangsanglah indra mereka.
Menurut Glenn Doman (didalam Gordon Dryden dan Jeaanette Vos, 1999) stimulus warna yang diberikan untuk melatih indera penglihatan bayi sebaiknya warna kontras hitam-putih dan bukan warna pastel. Bahkan menurut Ronald Kotulak (didalam Inside The Brain, 1996) jika si anak tidak memproses pengalaman visualnya pada umur dua tahun meskipun otaknya sudah sempurna, dia takkan dapat melihat.
- Pantai, rumah, hutan, kebun binatang, tempat bermain, museum, dan tempat berpetualangan; merupakan sekolah-sekolah terbaik di dunia.
- Dengan olah raga yang sederhana bisa menumbuhkan semangat belajar pada bayi.
- Bayi tumbuh dengan pola-pola tertentu, sehingga kita kembangkan berdasarkan pola-pola pertumbuhan tersebut.
- Belajar merupakan hal yang mengasyikkan termasuk membaca, menulis, dan matematika. Hal itu yang perlu ditanamkan dibenak anak.

Monday, October 12, 2009

Apa Itu ADHD dan Penyebabnya


ADHD / GPPH (Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas) adalah keadaan neurologik-perilaku dengan gejala-gejala yang meliputi kurangnya perhatian, perhatian mudah beralih, hiperaktivitas, kegelisahan yang berlebihan, dan tindakan-tindakan yang bersifat impulsif (bertindak sesuai dorongan hati tanpa memperhatikan situasi).


Diperkirakan antara 3 -7% dari anak usia-sekolah dan 4% dewasa menderita ADHD1.
Biasanya mulai dikenali saat anak berusia sekolah, meskipun dapat didiagnosa pada semua golongan umur. Penelitian memperkirakan bahwa dalam rata-rata kelas dengan 30 murid, 1 diantaranya menderita ADHD2.

Anak laki-laki dengan ADHD lebih banyak 3 banding 1 terhadap anak perempuan dengan kondisi yang sama. Beberapa dokter menganggap bahwa terdapat sama banyak anak perempuan dengan ADHD dibanding anak laki-laki, hanya mereka tidak terdiagnosa sesering anak laki-laki karena anak perempuan kurang mengganggu dan gejalanya masih terkendali sampai usia lebih tua. Sebagai contoh, anak perempuan menunjukkan gejala ADHD secara kurang menyusahkan, seperti kurangnya perhatian.

Penyebab ADHD
Tidak ditemukan satupun penyebab biologis dari ADHD. Tetapi kebanyakan penelitian mengarah kepada gen yang diturunkan dari orang tua sebagai penyumbang utama terjadinya ADHD. Sebagai contoh, penelitian jelas membuktikan bahwa ADHD timbul dalam keluarga, 76% anak dengan ADHD memiliki anggota keluarga dengan kondisi tersebut3.
Terlahir prematur, ibu merokok selama hamil atau stress yang ekstrim selama kehamilan, terpapar alkohol selama dalam kandungan, dan perlukaan otak akibat trauma juga dapat menyumbang pada perkembangan ADHD.

Bagaimana saya mengetahui bahwa anak saya menderita ADHD ?
Karena tidak ada scan pencitraan otak atau tes darah untuk mendiagnosa ADHD, penting bahwa seorang profesional kesehatan yang terlatih khusus untuk mendiagnosa dan mengobati ADHD menilai perilaku anak anda.

Berikut adalah skala dimana orangtua / guru dapat mengisinya untuk mendeteksi dini apakah anak atau murid anda memiliki gejala ADHD atau masih termasuk dalam tingkat perkembangan anak pada umumnya.


____________________________________________________________________________________________
“Sebelum saya terdiagnosa, banyak waktu saya terbuang untuk menyesuaikan diri dengan gejala-gejala ADHD” - penderita ADHD dewasa.
____________________________________________________________________________________________

Sejumlah orang tua cemas karena lebih banyak anak-anak didiagnosa dengan ADHD dibandingkan masa lalu. Penelitian menunjukkan bahwa peningkatan terutama disebabkan oleh meningkatnya kesadaran dan perbaikan diagnosa dari kondisi ini – termasuk diagnosa anak-anak yang mempunyai bentuk ADHD lebih ringan. Karena sekarang lebih banyak masyarakat mengetahui tentang ADHD dan gejala-gejalanya, anak-anak lebih muda, remaja, anak perempuan, dan dewasa dengan kondisi ini lebih mudah dikenali dan diobati.

Meskipun diagnosa ADHD meningkat dan ada kekhawatiran bahwa sejumlah anak secara salah diidentifikasi sebagai menderita ADHD, underdiagnosis masih merupakan masalah.
Masih banyak anak dengan ADHD (hampir separuhnya) yang tidak terdiagnosa dan tidak mendapatkan pengobatan yang semestinya4.

Kelainan yang Dapat Menyertai ADHD
Penelitian membuktikan bahwa 2/3 anak yang didiagnosa ADHD mempunyai paling sedikit satu tambahan kelainan gangguan mental atau belajar.

Untuk memastikan diagnosa yang tepat, dokter yang merawat anak anda akan memeriksa kondisi lain yang memperlihatkan gejala yang mirip dengan ADHD. Dokter dapat menemukan bahwa anak anda menderita ADHD, kondisi lain, atau ADHD dengan kondisi lain. Keadaan dimana terdapat lebih dari satu kelainan disebut kondisi penyerta.

Kondisi penyerta dapat menyebabkan diagnosa dan pengobatan ADHD menjadi lebih sulit. Hal ini juga menyebabkan lebih banyak rintangan bagi anak untuk mengatasinya, karena itu penting untuk mengenali dan mengobati kondisi lain tersebut.

Kelainan yang Sering Menyertai ADHD:
- Gangguan pola perilaku yang menentang peraturan (Oppositional Defiant Disorder / ODD)
- Gangguan kelakuan (Conduct disorder)
- Ketidak-mampuan belajar dan berbahasa (Learning and language disabilities)
- Gangguan cemas (Anxiety disorder)
- Gangguan depresi (Depressive disorder)
- Gangguan bipolar (Bipolar disorder)
- Penyakit Tourette (Tourette's Disorder)

Gangguan pola perilaku yang menentang peraturan (Oppositional Defiant Disorder / ODD) – Gangguan kelakuan (Conduct disorder)
Anak dengan ODD sering tidak patuh kepada peraturan dan punya kecenderungan untuk menyusahkan orang lain. Sejumlah anak dengan ADHD yang menunjukkan masalah tingkah laku dapat didiagnosa dengan gangguan perilaku.
Gangguan perilaku adalah kelainan psikiatrik yang serius dimana anak bersifat agresif terhadap orang dan binatang, merusak barang, dan seringkali melanggar aturan di masyarakat.

Ketidak-mampuan belajar dan berbahasa (Learning and language disabilities)
25 sampai 30 persen anak dengan ADHD juga mengalami masalah dalam bahasa atau belajar. Anak dengan kondisi penyerta ini dapat mengambil manfaat dari terapi sekolah dan bahasa, juga bantuan tambahan di sekolah.

Gangguan cemas (Anxiety disorder) dan Depresi (Depressive disorder)
Tambahan pula, 33 persen anak dengan ADHD juga memiliki kecemasan (anxietas) atau gangguan alam perasaan (seperti depresi). Anak dengan masalah ini dapat ditolong dengan pengobatan tambahan, termasuk terapi bicara, obat, atau keduanya.

Gangguan bipolar (Bipolar disorder)
Salah satu keadaan yang lebih serius yang mungkin terjadi bersamaan dengan ADHD adalah gangguan bipolar. Sejumlah tanda yang menunjukkan anak anda mempunyai gangguan bipolar adalah rasa gembira yang berlebihan, pola pikir cepat, dan kurang perlu tidur, sangat iritabel, sensitif dan reaktif secara berlebihan serta emosinya sering dikatakan seperti “roller-coaster”.

Hanya klinisi yang berkualifikasi kesehatan jiwa yang dapat menentukan apakah kelakuan anak anda disebabkan oleh ADHD, kondisi lain, atau kombinasi keduanya5.
____________________________________________________________________________________________
Bila obat-obat ADHD gagal memperbaiki gejala-gejala pada anak, hal tersebut mungkin merupakan tanda adanya kondisi penyerta.
____________________________________________________________________________________________

Dampak ADHD
ADHD dapat mengganggu kemampuan anak untuk berprestasi di sekolah serta kemampuan untuk berkembang dan mempertahankan hubungan sosial (dengan lingkungan). ADHD dapat meningkatkan risiko anak dikeluarkan dari sekolah atau menghadapi problem disiplin. ADHD juga dihubungkan dengan meningkatnya risiko untuk bermasalah dengan mengemudi secara membahayakan, merokok dan penyalah-gunaan zat.

Dampak ADHD bila tidak diobati
- Meningkatnya risiko untuk gagal dan putus sekolah
- Problem dengan tingkah laku dan disiplin
- Kesulitan sosial dan perselisihan keluarga
- Luka akibat kecelakaan
Penyalahgunaan alkohol dan obat
- Depresi dan gangguan mental lainnya
- Problem dalam pekerjaan
- Kecelakaan saat mengemudi
- Kehamilan yang tidak diinginkan
- Kenakalan remaja, kriminalitas, dan penahanan (oleh yang berwajib)

Profesional yang dapat mendiagnosa dan menangani ADHD
Gejala ADHD harus dinilai oleh seorang profesional kesehatan yang memiliki kualifikasi untuk menilai anak dengan ADHD. Profesional yang mengobati anak dengan ADHD harus terlatih untuk mendiagnosa dan mengobati ADHD. Mereka juga harus memiliki pengetahuan yang menyeluruh mengenai perkembangan anak normal. Penanganan dapat meliputi terapi dengan obat, terapi perilaku/tingkah laku atau kombinasi keduanya.


Monday, October 5, 2009

BELAJAR DARI POLA PENGASUHAN ANAK DI JEPANG



Di sebuah shopping arcade di pusat kota Kyoto , saat sedang menikmati segelas cappucino sambil mengamati orang berbelanja, tiba-tiba saya dikejutkan suara keras tangisan anak kecil. Rupanya ada gadis kecil berumur 4 tahunan tersandung dan jatuh. 

Lututnya berdarah. Kami heran ketika melihat respons ibunya yang hanya berdiri sambil mengulurkan tangan ke arah gadis kecilnya tanpa ada kemauan untuk segera meraih anaknya. Cukup lama. Beberapa menit adegan ini berlangsung. Si ibu tetap sabar dan keras hati untuk menunggu anaknya menyelesaikan sendiri rasa shock dan sakitnya. Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya si gadis kecil mulai berusaha berdiri lagi, dan dengan bantuan kecil tangan ibunya dia kembali berdiri. Masih sambil terisak-isak ia pun berjalan lagi. 

Dalam benak saya waktu itu, kok tak punya hati ibu si gadis kecil ini? Tega membiarkan anaknya dalam kondisi kesakitan. Ingatan langsung terbang ke Indonesia . Jika kejadian yang sama terjadi di Kota Jakarta ataupun Yogyakarta , saya yakin si ibu pasti akan langsung meraih dan menggendong untuk menenangkan anaknya. 

Dari adegan itu, bisa kita bayangkan perbedaan cara pengasuhan anak Jepang dan anak Indonesia . Dari pengamatan saya selama hampir setahun tinggal di Jepang, anak Jepang cenderung dibiasakan dari kecil untuk mengatasi berbagai kesulitan sendiri, sementara anak Indonesia selalu disediakan asisten untuk mengatasi kesulitannya. Babysitter atau pembantu rumah tangga pun tidak ada dalam kebiasaan keluarga-keluarga di Jepang. 
Sebaliknya di Indonesia, khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta , Bandung , Yogyakarta dan lain-lain kehadiran mereka wajib ada sebagai asisten keluarga maupun sebagai asisten anak-anaknya. 

Dalam sebuah studi perbandingan yang dilakukan oleh Heine, Takata dan Lehman pada tahun 2000 yang melibatkan responden dari mahasiswa Jepang dan mahasiswa Kanada dinyatakan bahwa mahasiswa Jepang lebih tidak peduli dengan inteligensi dibandingkan orang Kanada. Hal ini disebabkan orang Jepang lebih menghargai prestasi didasarkan pada usaha keras daripada berdasarkan kemampuan inteligensi. Artinya, bagi orang Jepang kemauan untuk menderita dan berusaha keras menjadi nilai yang lebih penting daripada kemampuan dasar manusia seperti inteligensi. 

Dalam keseharian dengan mudah kita dapat menyaksikan mereka selalu berjalan dalam ketergesaan karena takut kehilangan banyak waktu, disiplin dan selalu bekerja keras. Suasana kompetitif dan kemauan untuk menjadi yang lebih baik (yang terbaik) sangat menonjol. Studi ini juga menemukan bahwa orang Jepang memiliki budaya kritik diri yang tinggi, mereka selalu mencari apa yang masih kurang di dalam dirinya. Untuk kemudian mereka akan segera memperbaiki diri. 

Lain lagi Indonesia , yang saat ini terjebak dalam kesalahan umum di mana hasil akhir menjadi segala-galanya. Hasil akhir lebih dihargai 
dibandingkan usaha keras. Tengok saja kompetisi yang terjadi dari anak usia sekolah tingkat SD hingga perguruan tinggi untuk mendapatkan nilai kelulusan yang tinggi. Guru, orang tua maupun masyarakat umum selalu menekan anak untuk mendapatkan nilai kelulusan yang tinggi, sehingga mereka pun menghalalkan segala cara. Kita baca di koran polisi menangkap para guru karena berlaku curang dalam ujian nasional, sementara di tempat lain orang tua membeli soal ujian, siswa menyontek dan lain sebagainya. 

Pola pengasuhan ini, pada gilirannya pasti berperan besar dalam pembentukan karakter anak dalam perkembangan berikutnya. Oleh karenanya, memberi kesempatan seluas-luasnya pada anak untuk mengembangkan semua potensinya adalah satu prinsip dasar dari satu pola pengasuhan yang sangat baik bagi pembentukan karakter anak. Orang tua, asisten, atau pun orang yang lebih dewasa jangan mengambil alih tanggung jawab anak. 

Sebagai contoh, beri kesempatan pada anak untuk belajar makan secara benar dengan tangannya sendiri sejak dia mampu memegang sendok. Jangan diambil alih hanya karena alasan akan membuat kotor. Atau beri kesempatan pada anak untuk menghadapi dunia sekolah pertama kali tanpa banyak intervensi dari pengasuh maupun orang tua. Memberi rasa aman pada anak memang penting jika diberikan pada saat yang tepat. Tetapi menunggui anak selama dia belajar di sekolah adalah pemberian rasa aman yang tidak perlu. Momen ini adalah momen penting bagi anak untuk belajar menghadapi dunia di luar rumah tanpa bantuan langsung orang-orang di sekitarnya. 

Pengalaman anak merasa mampu menghadapi persoalan dengan kemampuannya sendiri akan menumbuhkan kepercayaan diri. Oleh karena itu, orang tua sebaiknya membatasi diri hanya menjadi partner diskusi yang membantu anak menemukan berbagai kemungkinan solusi. Orang tua kadang harus berteguh hati membiarkan anak mengalami rasa sakit, menderita, dan rasa tertekan dalam isi dan porsi yang tepat, karena hal itu akan sangat baik untuk perkembangan mental anak. 

Anak akan tumbuh menjadi pribadi yang siap menghadapi tantangan hidup dan tidak mudah menyerah.. Hargai anak bukan dari hasil akhirnya melainkan dari proses perjuangannya. Anak perlu diberi pembelajaran (dan juga orang tua perlu belajar) untuk bisa menikmati dan menghargai proses, meskipun proses seringkali tidak nyaman. 

(Dr. Christina Siwi Handayani, Staf Pengajar Fakultas Psikologi, 
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta)