Monday, May 2, 2016

LATAR BELAKANG PERLUNYA BIMBINGAN DAN KONSELING


             I.      Pendahuluan
Menurut pakar bimbingan, bimbingan yaitu suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.[1]
Sedangkan konseling merupakan bagian dari bimbingan, baik sebagai pelayanan maupun sebagai teknik. Konseling menurut Rochman Natawidjaja yaitu satu jenis pelayanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Konseli merupakan bagian terpadu dari bimbingan dua orang individu, dimana konselor berusaha membantu konseli untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang.[2]
          II.      Pembahasan
A.   Latar belakang perlunya bimbingan dan konseling
Faktor-faktor yang melatarbelakangi muncul dan diperlukannya bimbingan dan konseling:
1.     Latar belakang historis
Sejarah tentang developing one’s potential (pengembangan potensi individu) dapat ditelusiri masyarakat Yunani kuno. Mereka menekankan tentang upaya untuk mengembangkan dan memperkuat individu melaui pendidikan, sehingga mereka dapat mengisi peranannya dimasyarakat. Mereka meyakini bahwa dalam diri individu terdapat kekuatan-kekuatan yang dapat distimulasi dan dibimbing kearah tujuan-tujuan yang berguna, bermanfaat atau menguntungkan baik bagi dirinya sendiri maupun masyarakat. Konselor yang terkenal di Yunani kuno adalah Plato, karena dia telah menaruh perhatian yang begitu besar terhadap pemahaman psikologis individu, seperti menyangkut aspek isu-isu moral, pendidikan, hubungan dalam masyarakat, dan teologis. Dia juga menaruh perhatian terhadap masalah-masalah:
a.       Bagaimana membangun pribadi manusia yang baik melalui asuhan atau pendidikan formal.
b.      Bagaimana caranya supaya anak dapat berfikir lebih efektif.
c.       Teknik apa yang telah berhasil mempengaruhi manusia dalam kemampuannya mengambil keputusan dan mengembangkan keyakinannya.
Konselor yang lain diantaranya adalah Aristoteles (murid Plato), Hippocrates dan para dokter lainnya yang menaruh perhatian pada bidang psikologi.[3]
2.     Latar belakang filosofis
Kata filosofis atau filsafat dalam bahasa Arab yang berasal dari kata yunani yang berarti filosofia (philosophia). Filsafat artinya cinta terhadap kebijaksanaan atu hikmah atau ingin mengerti segala sesuatu dengan mendalam. John J. Pietrofesa et.al mengemukakan pendapat James Cribin tentang prinsip-prinsip filosofis dalam bimbingan:
a.  Bimbingan hendaknya didasarkan kepada pengakuan akan kemuliaan dan harga diri individu dan atas hak-haknya untuk mendapat bantuan.
b.  Bimbingan merupakan proses pendidikan yang berkesinambungan artinya bimbingan merupakan bagian intergal dalam pendidikan.
c.  Bimbingan harus respek terhadap hak-hak setiap klien yang meminta bantuan atau pelayanan.
d. Bimbingan bukan prerogatif kelompok khusus profesi kesehatan mental. Bimbingan dilaksanakan melaui kerjasama, dan masing-masing bekerja berdasarkan keahlian atau kompetensinya sendiri.
e.  Fokus bimbingan adalah membantu individu merealisasikan potensi dirinya.
f.   Bimbingan merupakan elemen pendidikan yang bersifat individualisme, personalisasi dan sosialisai.[4]
Pemikiran dan pemahaman filosofis menjadi alat yang bermanfaat bagi pelayanaan bimbingan dan konseling pada umumnya, dan bagi konselor khususnya yaitu membantu konselor dalam memahami situasi konseling dan dalam memberi keputusan yang tepat.[5]
3.     Latar belakang sosial budaya
Faktor-faktor sosial budaya yang menimbulkan kebutuhan akan bimbingan:
a.       Perubahan konstelasi keluarga
Terkait dengan masalah keluarga yang disfungsional, Stephen R. Covey mengemukakan sekitar 30 tahun yang lalu terjadi perubahan situasi keluarga yang sangat kuat dan dramatis seperti peristiwa berikut ini:
1)     Angka kelahiran anak yang tidak sah meningkat menjadi 400%.
2)     Persentase orang tua tunggal (single parrent) telah berlipat ganda.
3)     Angka perceraian yang terjadi telah berlipat ganda, pernikahan yang berakhir dengan perceraian.
4)     Peristiwa bunuh diri dikalangan remaja meningkat sekitar 300%.
5)     Sekor tes bakat skolastik para siswa turun sekitar 73 butir
6)     Masalah nomor satu wanita Amerika pada saat ini adalah tindakan kekerasan (pemerkosaan).
7)     Seperempat remaja yang melakukan hubungan seksual telah terkena penyakit kelamin sebelum menamatkan sekolahnya di SMA.[6]
b.      Perkembangan pendidikan
Arah meluas tampak dalam pembagian sekolah dalam berbagai jurusan khusus dan sekolah kejuruan. Hal ini menimbulkan kebutuhan akan bimbingan untuk memilih jurusan yang khusus dan memilih bidang studi yang tepat bagi setiap murid. Arah mendalam tampak dalam berkembangnya ruang lingkup dan keragaman disertai dengan pertumbuhan tingkat kerumitan dalam tiap bidang studi. Hal ini menimbulkan masalah bagi murid untuk mendalami tiap bidang studi dengan tekun. Perkembangan ke arah ini bersangkut paut pula dengan kemampuan dan sikap serta minat murid terhadap bidang studi tertentu. Ini semua menimbulkan akibat bahwa setiap murid memerlukan perhatian yang bersifat individual dan khusus. Dalam hal ini pula terasa sekali kebutuhan akan bimbingan di sekolah.[7]
c.       Dunia kerja
Dalam dunia kerja bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan karena terjadi berbagai macam perubahan diantaranya sebagai berikut:
1)         Semakin berkurangnya kebutuhan terhadap pekerja yang tidak memilki ketrampilan.
2)         Meningkatnya kebutuhan terhadap para pekerja yang profesional dan memiliki ketrampilan teknik.
3)         Berkembangnya berbagai jenis pekerjaan sebagai dampak dari penerapan teknologi maju.
4)         Berkembangnya perindustrian di berbagai daerah.
5)         Berbagai jenis pekerjaan yang baru memerlukan cara-cara pelayanan yang baru.
6)         Semakin bertambahnya jumlah para pekerja yang masih berusia muda dalam dunia kerja.
d.      Perkembangan metropolitan
Dampak sosial yang buruk dari pertumbuhan kota di abad-21 terutama di kota-kota berkembang sebagai berikut:
1)         Urbanisasi dilakukan dengan motivasi mengadu nasib.
2)         Masalah pengangguran.
3)         Banyaknya tenaga kerja yang tidak memenuhi kebutuhan lapangan kerja di kota.
4)         Banyaknya pemukiman ilegal didirikan.
5)         Terbatasnya fasilitas air bersih dibanding banyaknya jumlah kebutuhan penduduk.
6)         Lingkungan semakin buruk yang mengakibatkan meningkatnya angka kematian anak.
e.       Perkembangan komunikasi
f.       Seksisme dan rasisme
Seksisme merupakan paham yang mengunggulkan salah satu jenis kelamin dari jenis kelamin yang lainya. Sedangkan rasisme merupakan paham yang mengunggulkan ras yang satu dari ras yang lainnya.
g.      Kesehatan mental
h.      Perkembangan teknologi
Timbul dua masalah penting yang menyebabkan kerumitan struktur dan keadaan masyarakat:
1)         Penggantian sebagian besar tenaga kerja dengan alat-alat mekanis-elektronik.
2)         Bertambahnya jenis-jenis pekerjaan dan jabatan baru yang menghendaki keahlian dan pendidikan khusus.
i.        Kondisi moral dan keagamaan
j.        Kondisi sosial ekonomi.[8]
4.     Latar belakang religius
Landasan religius bimbingan dan konseling pada dasarnya ingin menetapkan klien sebagai makhluk Tuhan dengan segenap kemuliaannya menjadi fokus sentral upaya bimbingan dan konseling. Pembahasan landasan religius ini, terkait dengan upaya mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam proses bimbingan dan konseling. Pendekatan bimbingan dan konseling yang terintegrasi di dalamnya dimensi agama, ternyata sangat disenangi oleh masyarakat Amerika sekarang ini. Perlunya pengintegrasian nilai-nilai agama dalam konseling, Marsha Wiggin Frame mengemukakan bahwa agama sepatutnya mendapat tempat dalam praktek-praktek konseling atau psikoterapi, yang berdasarkan alasan:
a.       Mayoritas orang Amerika meyakini Tuhan dan mereka banyak yang aktif mengikuti peribadatan.
b.      Terdapat tumpang tindih dalam nilai dan tujuan antara konseling dengan agama, seperti menyangkut upaya membantu individu agar dapat mengelola berbagai kesulitan hidupnya.
c.       Banyak bukti empirik yang menunjukkan bahwa keyakinan beragama telah terkontribusi secara positif terhadap kesehatan mental.
d.      Agama sudah sepatutnya diintegrasikan ke dalam konseling dalam upaya mengubah pola pikir yang berkembang di akhir babad-20.
e.       Kebutuhan yang serius untuk mempertimbangkan konteks dan latar balakang budaya klien, mengimplikasikan bahwa konselor harus memperhatikan secara sungguh-sungguh tentang peranan agama dalam budaya.[9]
5.     Latar belakang psikologis
Peserta didik sebagai individu yang dinamis dan berada dalam proses perkembangan, memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksi dengan lingkungannya. Di samping itu, peserta didik senantiasa mengalami berbagai perubahan sikap dan tingkah lakunya. Proses perkembangan tidak selalu berlangsung secara linier (sesuai dengan arah yang diharapkan atau norma yang dijunjung tinggi), tetapi bersifat fluktuatif dan bahkan terjadi stagnasi atau diskontinuitas perkembangan.[10]
B.    Urgensi bimbingan dan konseling
Ada beberapa alasan dibutuhkannya bimbingan dan konseling pada setiap bidang, diantaranya:
1.     Perkembangan IPTEK.
Karena di era modern ini semakin maju dan berkembang, sehingga antara manfaat dan kerugiannya sangat tipis perbedaannya. Dampak perkembangan IPTEK ini sebagai berikut:
a.  Menimbulkan perubahan-perubahan dalam berbagai sendi kehidupan seperti: sosial, budaya, politik, ekonomi, industri, dan lain sebagainya.
b.  Berkembangnya sejumlah karier atau jenis lapangan pekerjaan tertentu.
c.  Timbul masalah hubungan sosial, tenaga ahli, lapangan pekerjaan, pengangguran, dan lain sebagainya.
d. Membawa dampak positif dan negatif, pertumbuhan penduduk semakin kompleks masalahnya.
e.  Berpengaruh dalam dunia pendidikan, khususnya dalam lingkup sekolah dan madrasah. Lembaga pendidikan bertanggung jawab mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu (berhasil) menyesuaikan diri di dalam masyarakat dan mampu memecahkan berbagai masalah yang dihadapi. Sehingga layanan bimbingan dan konseling sangat diperlukan.[11]
2.     Makna dan fungsi pendidikan
Dalam konteks Islam, pendidikan bermakna bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam. Pendidikan pada hakikatnya merupakan upaya untuk membentuk manusia lebih berkualitas. Inti tujuan pendidikan adalah terwujudnya kepribadian yang optimal dari setiap peserta didik.[12]
3.     Guru
Tugas utama guru selain sebagai pengajar juga pembimbing. Fungsi sebagai pengajar dan pembimbing terintegrasi dalam peran guru dalam proses pembelajaran. Guru diharapkan mampu:
a.       Mengenal dan memahami setiap siswa baik sebagai individu maupun kelompok.
b.      Memberikan berbagai informasi yang diperlukan dalam proses pembelajaran.
c.       Memberikan kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan karakteristik pribadinya.
d.      Membantu (membimbing) setiap siswa dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya.
e.       Menilai keberhasilan siswa
Guru mewujudkan fungsi dan peran seperti di atas merupakan suatu keniscayaan bagi setiap calon guru dan guru untuk menguasi bimbingan dan konseling.[13]
4.     Faktor psikologis
Terdapat perbedaan individual antara siswa satu dengan yang lain. Masalah-masalah psikologis yang timbul pada siswa menuntut adanya upaya pemecahan melalui pendekatan psikologis antara lain melalui layanan dan bimbingan konseling. Beberapa masalah psikologis yang menjadi latar belakang perlunya layanan bimbingan dan konseling, diantaranya:
a.       Masalah perkembangan individu.
b.      Masalah perbedaan individu.
c.       Masalah kebutuhan individu.
d.      Masalah penyesuaian diri.
e.       Masalah belajar.[14]
Pada hakikatnya manusia mengalami masalah-masalah yang kadang sulit untuk dipecahkan sehingga membutuhkan bantuan dari orang lain. Kalau orang terdekat misalnya keluarga tidak dapat membantu maka dibutuhkan bimbingan dan konseling untuk membantu memecahkan masalah tersebut.
       III.      Penutup
Simpulan
  1. Bimbingan dari kata guidance yang berarti mengarahkan, memandu, mengelola dan menyetir. Faktor-faktor yang melatarbelakangi perlunya bimbingan dan konseling, yaitu:
    1. Latar belakang historis
    2. Latar belakang filosofis
    3. Latar belakang sosial budaya
    4. Latar belakang religius
    5. Latar belakang psikologis
  2. Urgensi bimbingan dan konseling, yaitu:
a.       Adanya perkembangan IPTEK
b.      Makna dan fungsi pendidikan
c.       Guru
d.      Faktor psikologis
DAFTAR PUSTAKA
Ketut Sukardi, Dewa, dan Desak P.E. Nila Kusumawati. Proses Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. 2008.
Prayitno dan Erman Amti. Dasar–Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.1999.
Tohirin. Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2008.
Yusuf, Syamsu, dan A. Juntika Nurihsan. Landasan Bimbingan Dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2009.




      [1] Dewa Ketut Sukardi dan Desak P.E. Nila Kusumawati, Proses Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 2.
     [2] Dewa Ketut Sukardi dan Desak P.E. Nila Kusumawati, Proses Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, 4-5.
      [3] Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan Dan Konseling (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), 85-86
      [4] Ibid, 105-108.
      [5] Prayitno dan Erman Amti, Dasar–Dasar Bimbingan Dan Konseling (Jakarta: Rineka Cipta,1999), 138.
      [6] Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan Dan Konseling, 119-120.
      [7] Ibid, 123-124.
      [8] Ibid, 125-130.
      [9] Ibid, 133-134.
      [10] Ibid, 157-158.
      [11] Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), 2-3
      [12] Ibid, 4-5
      [13] Ibid, 6-7.
      [14] Ibid, 8-11.

No comments: