Thursday, May 28, 2009

Membesarkan Anak Yang Kreatif

Ibu dan ayah yang ingin membesarkan 'Michelangelo' baru mungkin perlu sedikit menahan diri. Riset baru mengatakan bahwa anak-anak yang orang tuanya benar-benar 'membiarkan mereka' akan menjadi lebih kreatif dibandingkan anak-anak yang orang tuanya lebih banyak terlibat dalam proses kreativitas mereka. Hasil temuan tersebut dipresentasikan oleh Dr. Dale Grubb dari Baldwin-Wallace College di Berea, Ohio, dalam pertemuan tahunan American Psychological Society. 

Para orang tua yang suka mengajari berbagai hal kepada anak-anak mereka, cenderung mempunyai anak-anak yang kurang kreatif, demikian ia menjelaskan. Dan yang perlu digarisbawahi ialah kadang mereka terlalu berlebihan mencoba untuk terlibat dalam proses kreativitas si anak. 

Biarkan kreativitas mereka berkembang 
Dalam penelitian tersebut, mereka menggunakan berbagai metode pengujian untuk menilai kreativitas 29 orang anak yang berusia 3 - 6 tahun, dan kreativitas salah satu orang tua anak-anak tersebut. Grubb menjelaskan bahwa dalam satu tes mereka memberikan beberapa pertanyaan sederhana, seperti "bagaimana anda dapat menggunakan sepotong kertas?" atau "bagaimana anda dapat menggunakan sebuah kotak?", dan semakin banyak ataupun semakin 'asing' jawaban yang diberikan, maka mereka dianggap semakin kreatif. 

Tidak mengherankan, orang tua yang lebih kreatif tampaknya mempunyai anak-anak yang lebih kreatif. Namun Grubb mengatakan bahwa mereka masih tidak jelas apakah hal ini terjadi karena faktor genetik atau cara mereka mendidik. Dengan memusatkan perhatian pada cara orang tua mendidik, para peneliti merekam interaksi antara orang tua dan anak mereka saat sedang bermain. Mereka membuat asumsi bahwa orang tua dengan cara mendidik yang paling mendukung dan 'memungkinkan', akan mempunyai anak-anak yang paling kreatif. "'Memungkinkan' berarti bersikap sangat fokus pada anak, bertanya kepada si anak tentang apa yang ingin ia lakukan, mengapa begini atau begitu serta hal-hal lain yang seperti itu," Grubb menjelaskan. 

Tetapi asumsi yang mereka buat ternyata keliru. Gaya mendidik yang 'memungkinkan' bukan hanya tidak ada kaitannya dengan tingkat kreativitas tertentu dari anak, akan tetapi malah – meskipun tidak besar – cenderung menyebabkan berkurangnya kreativitas. "Malah gaya 'Memungkinkan' ini dapat dengan mudah berkembang menjadi apa yang disebut sebagai sikap 'memaksa', yang membuat orang tua sering berkata: "jangan begitu, lakukan seperti ini", dan tidak memberikan banyak pilihan kepada anaknya," kata Grubb. 

Pesan yang dapat diambil, menurut Grubb, adalah bahwa kalau orang tua menghargai kreativitas si anak dan memberikan dukungan tanpa terlalu mengarahkan dan kalau mereka sendiri memang kreatif, maka mereka mungkin akan mempunyai anak-anak yang lebih kreatif. 

Bagaimana hal ini dapat diterapkan ke dalam ruang bermain anak? 
Pertama-tama, hindari alat-alat permainan yang memaksakan konsep struktur atau membatasi kreativitas si anak. Berikan kepada mereka kertas putih polos, bukan buku mewarnai (dengan gambar-gambar yang telah ditetapkan sebelumnya) dan biarkan mereka menemukan sendiri kemana mereka ingin pergi. 

Pilih alat-alat permainan yang bentuknya lebih mudah diubah-ubah (seperti lilin mainan), ketimbang balok-balok yang saling disambung dan hanya dapat membentuk bangunan persegi yang terbatas. 

Namun yang paling penting, selalu berikan pujian atas usaha yang telah mereka lakukan. Mereka mungkin saja menggambar sesuatu yang konyol atau tidak masuk akal, namun tetap berikan pujian karena mereka telah mencoba membuat sesuatu yang baru, demikian saran Grubb.

Wednesday, May 27, 2009

Ajari Anak Dengan Pengalaman

Penghargaan bagi pendidikan anak-anak juga dapat diberikan kepada sebuah gerakan yang dimulai lebih dari 90 tahun lalu seperti kita ambil pelajaran dari dokter wanita pertama asal Italia, Maria Montessori. Beliau merekam ide-ide pembelajaran terbaik didunia pada 1990, menemukan pusat pelayanan Montessori bagi keluarga pekerja miskin Amerika, yaitu para pemetik buah dan sayuran yang berasal dari meksiko. Kedua orang tua mereka bekerja di ladang dari pukul 4.30 atau 5.00 setiap pagi dengan pendapatan keluarga sekitar $7000 setahun. Montessori menyiapkan berbagai materi dan pengalaman sehingga anak “terbelakang” sekalipun dapat dengan mudah belajar menulis, melukis dan berhitung sebelum mereka masuk sekolah.Dia berhasil dengan brilian, siswa-siswanya yang mengalami kerusakan otak dapat lulus dalam berbagai tes standar. Dalam metode Montessori, seorang anak kecil tidak “diajari” menulis, ia sodori pengalaman konkret tertentu yang membantunya mengembangkan kemampuan “motor” dan kemampuan lainnya yang mengarahkannya ke penemuan kemampuan menuls secara mandiri. Pauline Pertab- ahli metode Montessori dari Auckland, Selandia Baru menjelaskan, “Pada usia dua setengah tahun, seorang anak didorong untuk menuangkan air dan mengelap, mengembangkan koordinasi tangan dan matanya ; melukis dan menggambar, mengembangkan kontrol atas pensil ; bekerja dengan bentuk dan pola, menyusuri bagian dalam dan luar dari sebuah gambar ; bekerja dengan huruf-huruf yang besarnya 9 cm untuk mendapatkan kepekaan akan bentuk. Eksplorasi ini muncul ketika seorang anak menemukan sendiri bahwa dia dapat menulis dengan rapi dan indah dalam usia empat setengah tahun. Jadi kunci perkembangan anak-anak sangat bergantung pada penyediaan lingkungan yang mendukung bagi seluruh anak-anak untuk mengembangkan bakatnya. Berbeda dengan pendapat Piaget, psikologi pengembangan berkebangsaan Swiss yang menyatakan bahwa anak-anak memiliki masa khusus kognitif atau pengembangan intelektual, saat anak-anak tak mencapai tingkat operasional konkret” sampai usia tujuh tahun. Berikut ini perbandingan Montessori dan VS Piaget :
MONTESSORI PIAGET
Kelahiran hingga usia 3 tahun
Otak penghisap
Pengalaman indrawi Periode gerak indrawi sejak kelahiran hingga 2 tahun
Memperoleh pengetahuan dasar lewat indera
18 bulan hingga 3 tahun
Koordinasi dan pengembangan otot
Tertarik pada benda-benda kecil Masa praoperasional sejak sekitar usia 2 hingga 7 tahun
Mengembangkan ketrampilan berbahasa dan menggambar, namun egois dan tak bisa mengerti penalaran abstrak atau logika
2 hinggga 4 tahun
Perbaikan gerakan, 
Menaruh perhatian pada kebenaran dan realitas
Kesadaran akan urutan dalam hal ruang dan waktu Masa operasional nyata, sejak usia 7 hingga 11 tahun
Mulai berpikir logis, menyusun pengetahuan, mengklasifikasikan objek dan memikirkan masalah.
2,5 hingga 6 tahun
Perbaikan cerapan indriawi Masa operasional formal sejak 11 hingga 15 tahun
Anak-anak mulai berargumen menulis secara realistis tentang masa depan dan berhubungan dengan abstraksi
3 hingga 6 tahun
Rentan pengaruh orang dewasa Keseluruhan :
Piaget mengklaim bahwa membaca, menulis dan matematika harus ditinggalkan hingga mereka mencapai usia 7 tahun dan seterusnya.
3,5 hingga 4,5 tahun
Menulis
4 hingga 4,4 tahun
Indra sentuh 
4,5 hingga 5,5 tahun
Membaca 
Keseluruhan :
Langkah pramenulis sudah diajarkan jauh lebih awal usia 3,5 tahun

Tahap pembelajaran

Oleh karena itu setiap anak membutuhkan pembelajaran secara tahap baik dengan gaya aktivitas maupun secara proaktif melihat kondisi lingkungan maupun dari kultur bangsa itu sendiri. Ada Tiga jenis gaya pembelajaran yang dikenali:
1. Pembelajaran secara spontan, dimana pembelajaran berjalan secara ‘spontan’ sepanjang
waktu dalam derajat yang lebih besar maupun kecil.
2. Pembelajaran secara tidak sengaja, dimana terjadi sebagai hasil dari situasi yang tidak
diharapkan.
3. Pembelajaran yang direncanakan dimana bertentangan dengan 2 buah gayapembelajaran lainnya yaitu dilakukan dengan sadar. Merupakan sebuah tujuan akhir yang disusun secara khusus dan pembelajaran merupakan hasil yangdiharapkan.



Thursday, May 21, 2009

Bila Orang Lain Berbuat Salah

Bila Orang Lain Berbuat Salah 

KH. Abdullah Gymnastiar 

Orang yang pasti tidak nyaman dalam keluarga, orang yang pasti tidak tentram dalam bertetangga, orang yang pasti tidak nikmat dalam bekerja adalah orang-orang yang paling busuk hatinya. Yakinlah, bahwa semakin hati penuh kesombongan, semakin hati suka pamer, ria, penuh kedengkian, kebencian, akan habislah seluruh waktu produktif kita hanya untuk meladeni kebusukan hati ini. Dan sungguh sangat berbahagia bagi orang-orang yang berhati bersih, lapang, jernih, dan lurus, karena memang suasana hidup tergantung suasana hati. Di dalam penjara bagi orang yang berhati lapang tidak jadi masalah. Sebaliknya, hidup di tanah lapang tapi jikalau hatinya terpenjara, tetap akan jadi masalah. 

Salah satu yang harus dilakukan agar seseorang terampil bening hati adalah kemampuan menyikapi ketika orang lain berbuat salah. Sebab, istri kita akan berbuat salah, anak kita akan berbuat salah, tetangga kita akan berbuat salah, teman kantor kita akan berbuat salah, atasan di kantor kita akan berbuat salah karena memang mereka bukan malaikat. Namun sebenarnya yang jadi masalah bukan hanya kesalahannya, yang jadi masalah adalah bagaimana kita menyikapi kesalahan orang lain. 

Sebetulnya sederhana sekali tekniknya, tekniknya adalah tanya pada diri, apa sih yang paling diinginkan dari sikap orang lain pada diri kita ketika kita berbuat salah ?! Kita sangat berharap agar orang lain tidak murka kepada kita. Kita berharap agar orang lain bisa memberitahu kesalahan kita dengan cara bijaksana. Kita berharap agar orang lain bisa bersikap santun dalam menikapi kesalahan kita. Kita sangat tidak ingin orang lain marah besar atau bahkan mempermalukan kita di depan umum. Kalaupun hukuman dijatuhkan, kita ingin agar hukuman itu dijatuhkan dengan adil dan penuh etika. Kita ingin diberik kesempatan untuk memperbaiki diri. Kita juga ingin disemangati agar bisa berubah. Nah, kalau keinginan-keinginan ini ada pada diri kita, mengapa ketika orang lain berbuat salah, kita malah mencaci maki, menghina, memvonis, memarahi, bahkan tidak jarang kita mendzalimi ?! 

Ah, Sahabat. Seharusnya ketika ada orang lain berbuat salah, apalagi posisi kita sebagai seorang pemimpin, maka yang harus kita lakukan adalah dengan bersikap sabar pangkat tiga. Sabar, sabar, dan sabar. Artinya, kalau kita jadi pemimpin, dalam skala apapun, kita harus siap untuk dikecewakan. Mengapa? Karena yang dipimpin, dalam skala apapun, kita harus siap untuk dikecewakan. Mengapa ? Karena yang dipimpin kualitas pribadinya belum tentu sesuai dengan yang memimpin. Maka, seorang pemimpin yang tidak siap dikecewakan dia tidak akan siap memimpin. 

Oleh karena itu, andaikata ada orang melakukan kesalahan, maka sikap mental kita, pertama, kita harus tanya apakah orang berbuat salah ini tahu atau tidak bahwa dirinya salah ? Kenapa ada orang yang berbuat salah dan dia tidak mengerti apakah itu suatu kesalahan atau bukan. Contoh yang sederhana, ada seorang wanita dari desa yang dibawa ke kota untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Ketika hari-hari pertama bekerja, dia sama sekali tidak merasa bersalah ketika kran-kran air di kamar mandi, toilet, wastafel, tidak dimatikan sehingga meluber terbuang percuma, mengapa ? Karena di desanya pancuran air untuk mandi tidak ada yang pakai kran, di desanya tidak ada aturan penghematan air, di desanya juga tidak ada kewajiban membayar biaya pemakaian air ke PDAM, sebab di desanya air masih begitu melimpah ruah. Tata nilai yang berbeda membuat pandangan akan suatu kesalahan pun berbeda. Jadi, kalau ada orang yang berbuat salah, tanya dululah, dia tahu tidak bahwa ini sebuah kesalahan. 

Lalu, kalau dia belum tahu kesalahannya, maka kita harus memberi tahu, bukannya malah memarahi, memaki, dan bahkan mendzalimi. Bagaimana mungkin kita memarahi orang yang belum tahu bahwa dirinya salah, seperti halnya, bagaimana mungkin kita memarahi anak kecil yang belum tahu tata nilai perilaku orang dewasa seumur kita ? Misal, di rumah ada pembantu yang umurnya baru 24 tahun, sedangkan kita umurnya 48 tahun, hampir separuhnya. Bagaimana mungkin kita menginginkan orang lain sekualitas kita, sama kemampuannya dengan kita, sedangkan kita berbuat begini saja sudah rentang ilmu begitu panjang yang kita pelajari, sudah rentang pengalaman begitu panjang pula yang kita lalui. 

Sebuah pengalaman, dulu ketika pulang sehabis diopname beberapa hari di rumah sakit karena diuji dengan sakit. Saat tiba di rumah, ada kabar tidak enak, yaitu omzet toko milik pesantren menurun drastis! Meledaklah kemarahan, "Kenapa ini santri bekerja kok enggak sungguh-sungguh ? Lihat akibatnya, kita semua jadi rugi! Pimpinan sakit harusnya berjuang mati-matian!". 
Tapi alhamdulillah, istri mengingatkan, "Sekarang ini Aa umur 32 tahun, santri yang jaga umurnya 18 tahun. Bedanya saja 14 tahun, bagaimana mungkin kita mengharapkan orang lain melakukan seperti apa yang mampu kita lakukan saat ini, sementara dia ilmunya, kemampuannya, dan juga pengalamannya masih terbatas?! Mungkin dia sudah melakukan yang terbaik untuk seusianya. Bandingkan dengan kita pada usia yang sama, bisa jadi ketika kita berumur 18 tahun, mungkin kita belum mampu untuk jaga toko". Subhanallah, pertolongan ALLAH datang dari mana saja. Oleh karena itu, kalau melihat orang lain berbuat salah, lihat dululah, apakah dia ini tahu atau tidak bahwa yang dilakukannya ini suatu kesalahan. Kalau toh dia belum tahu bukannya malah dimarahi, tapi diberi tahu kesalahannya, "De', ini salah, harusnya begini". 

Maka tahap pertama adalah memberitahu orang yang berbuat salah dari tidak tahu kesalahannya menjadi tahu dimana letak kesalahan dirinya. Selalu kita bantu orang lain mengetahui kesalahannya. 

Tahap kedua, kita bantu orang tersebut mengetahui jalan keluarnya, karena ada orang yang tahi itu suatu masalah, tapi dia tidak tahu harus bagaimana menyelesaikannya? Maka, posisi kita adalah membantu orang yang berbuat salah mengetahui jalan keluarnya. Hal yang menarik, ketika dulu zaman pesantren masih sederhana, ketika masih berupa kost-kostan mahasiswa, muncul suata masalah di kamar paling pojok yang dihuni seorang santri mahasiswi, yaitu seringnya bocor ketika hujan turun, "Wah, ini massalah nih, tiap hujan kok bocor lagi, bocor lagi". Dia tahu ini masalah, tapi dia tidak tahu bagaimana cara mengatasinya. Kita harus bantu, tapi bantuan kita yang paling bagus adalah bukan menyelesaikan masalah, tapi membantu dia supaya bisa menyelesaikan masalahnya. Sebab, bantuan itu ada yang langsung menyelesaikan masalah, namun kelemahan bantuan ini, yaitu ketika kita membantu orang dan kita menyelesaikannya, ujungnya orang ini akan nyantel terus, ia akan punya ketergantungan kepada kita, dan yang lebih berbahaya lagi kita akan membunuh kreatifitasnya dalam menyelesaikan suatu masalah. Bantuan yang terbaik adalah memberikan masukan bagaimana cara memperbaiki kesalahan. 

Dan tahap yang ketiga adalah membantu orang yang berbuat salah agar tetap bersemangat dalam memperbaiki kesalahan dirinya. Ini lebih menyelesaikan masalah daripada mencaci, memaki, menghina, mempermalukan, karena apa? Karena anak kita adalah bagian dari diri kita, istri kita adalah bagian dari keluarga kita, saudara-saudara kita adalah bagian dari khazanah kebersamaan kita, kenapa kita harus penuh kebencian, kedengkian, menebar kejelekan, ngomongin kejelekan, apalagi dengan ditambah-tambah, dibeberkan aib-aibnya, bagaimana ini ? Lalu, apa yang berharga pada diri kita ? Padahal, justru kalau kita melihat orang lain salah, maka posisi kita adalah ikut membantu memperbaiki kesalahannya. 

Nah, Sahabat. Selalulah yang kita lakukan adalah berusaha membantu agar orang yang berbuat salah mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Membantu orang yang berbuat salah mengetahui bahwa yang dilakukannya adalah suatu kesalahan. Membantu orang yang berbuat salah agar ia tahu bagaimana cara memperbaiki kesalahannya. Dan membantu orang yang berbuat salah agar tetap bersemangat dalam memperbaiki kesalahan dirinya. 

Melihat orang yang belum shalat, justru harus kita bantu dengan mengingatkan dia tentang pentingnnya shalat, membantu mengajarinya tata cara shalat yang benar, membantu dengan mengajaknya supaya dia tetap bersemangat untuk melaksanakan shalat secara istiqamah. Lihat pemabuk, justru harus kita bantu supaya pemabuk itu mengenal bahayanya mabuk, membantu mengenal bagaimana cara menghentikan aktivitas mabuk. Artinya, selalulah posisikan diri kita dalam posisi siap membantu. Walhasil, orang-orang yang pola pikirnya selalu rindu untuk membantu memperbaiki kesalahan orang lain, dia tidak akan pernah benci kepada siapapun. Tentu saja ini lebih baik, dibanding orang yang hanya bisa meremehkan, mencela, menghina, dan mencaci. Padahal orang lain berbuat kesalahan, dan kita pun sebenarnya gudang kesalahan. 
kesalahan. 
  

Thursday, May 14, 2009

Berburu Pahala


Saudaraku,

Pahala memang tak tampak di mata
Tak seperti tumpukan harta dunia yang dicari-cari manusia
Tak seperti gadis cantik yang diidam-idamkan para pemuda
Tak seperti nilai A yang didambakan mahasiswa

Saudaraku,
Tapi ingatlah siapa yang menjanjikannya
Dzat yang menciptakan dunia beserta seluruh isinya
Yang membukakan bagimu kebaikan beserta pintu-pintunya
Dia Yang Maha benar perkataannya
Dia tidak pernah menyelisihi janji-Nya

Saudaraku,
Kalau seandainya seluruh jin dan manusia
Berhati taqwa yang mencapai puncaknya
Maka tidaklah menambah kemuliaan-Nya sedikitpun juga

Kalau seandainya seluruh jin dan manusia
Berhati busuk yang mencapai dasar jurang dosa
Maka tidaklah mengurangi kemuliaan-Nya sedikitpun juga

Saudaraku,
Ketika para penuntut ilmu agama duduk di majelis ilmu
Dimanakah kamu?

Ketika hamba-hamba Alloh menaikkan celana demi Robb-mu
Dimanakah kamu?

Ketika para mukminat mengenakan jilbab berhias rasa malu
Dimanakah kamu?

Ketika Al Qur’an dibaca dengan merdu
Dimanakah kamu?

Ketika orang-orang berkerumun antri wudhu
Dimanakah kamu?

Ketika adzan Shubuh di pagi buta memanggilmu
Dimanakah kamu?

Ketika saudaramu membutuhkan senyum dan tegur salammu
Dimanakah kamu?

Ketika jalan diliputi rintangan yang mengganggu
Dimanakah kamu?

Ketika saudaramu membutuhkan nasehatmu
Dimanakah kamu?

Ketika dzikir pagi-sore membasahi lisan menyejukkan qalbu
Dimanakah kamu?

Ketika masyarakat yang diliputi kejahilan haus akan ilmu
Dimanakah kamu?

Ketika orang-orang berburu pahala dengan menggebu-gebu
Dimanakah kamu?

Wednesday, May 13, 2009

Bagaimana Anda Mampu Dan Kuat Bekerja


Bagaimana Anda Mampu Dan Kuat Bekerja
Bagaimana seseorang tahan berjam-jam bekerja seolah tak mengenal lelah? Apapula rahasia pekerja rig lepas pantai yang meninggalkan anak istri bertarung dengan angin dan badai? Bagaimana jika dengan para petani, nelayan, kuli, supir angkutan, pekerja berat yang tahan membanting tulang ditengah terik panas atau dingin malam? Kekuatan apa yang mendorong mereka begitu kuat secara fisik dan tangguh secara mental? Sedangkan di sudut sempit yang lain, banyak orang mengeluh karena persoalan yang tak lebih besar dari ujung kuku.
Kekuatan itu bernama cinta. Cinta yang melahirkan harapan dan pengabdian bagi kepada siapakah mereka mempersembahkan hasil kerja mereka; kepada keluarga nun jauh disana; kepada masyarakat banyak yang membutuhkan karya mereka; kepada alam yang mengasuh mereka; kepada masa depan kehidupan yang sejahtera; atau kepada hati tempat cinta itu
mengalir. Bila anda berkeluh kesah hanya karena harus memperpanjang waktu kerja
anda beberapa jam saja, maka kenanglah punggung bungkuk seorang kakek yang menarik sampah kota ini. Beliau memiliki sesuatu yang kita cintai, yang kepadanya ia ulurkan kerja. Kepada beliau kita belajar pengabdian atas nama cinta.

Tuesday, May 12, 2009

Teori Multiple Intelligences


Teori Multiple Intelligences bertujuan untuk mentransformasikan sekolah agar kelak sekolah dapat mengakomodasi setiap siswa dengan berbagai macam pola pikirnya yang unik. Ada beberapa macam kecerdasan yang diungkapkan oleh Gardner (1983) 1yaitu:

Linguistic Intelligence (Word Smart)
Pandai berbicara, gemar bercerita, dengan tekun mendengarkan cerita atau membaca merupakan tanda anak yang memiliki kecerdasan linguistik yangmenonjol. Kecerdasan ini menuntut kemampuan anak untuk menyimpan berbagai informasi yang berarti berkaitan dengan proses berpikirnya.
Logical – Mathematical Intelligence (Number / Reasoning Smart)
Anak-anak dengan kecerdasan logical–mathematical yang tinggi memperlihatkan minat yang besar terhadap kegiatan eksplorasi. Mereka sering bertanya tentang berbagai fenomena yang dilihatnya. Mereka menuntut penjelasan logis dari setiap pertanyaan. Selain itu mereka juga sukamengklasifikasikan benda dan senang berhitung.
Visual – Spatial Intelligence (Picture Smart)
Anak-anak dengan kecerdasan visual – spatial yang tinggi cenderung berpikir secara visual. Mereka kaya dengan khayalan internal (internal imagery),sehingga cenderung imaginatif dan kreatif.
Bodily – Kinesthetic Intelligence (Body Smart)
Anak-anak dengan kecerdasan bodily – kinesthetic di atas rata-rata, senang bergerak dan menyentuh. Mereka memiliki kontrol pada gerakan, keseimbangan, ketangkasan, dan keanggunan dalam bergerak. Merekamengeksplorasi dunia dengan otot-ototnya.
Musical Intelligence (Music Smart)
Anak dengan kecerdasan musical yang menonjol mudah mengenali dan mengingat nada-nada. Ia juga dapat mentranformasikan kata-kata menjadi lagu, dan menciptakan berbagai permainan musik. Mereka pintar melantunkan beat lagu dengan baik dan benar. Mereka pandai menggunakan kosakata musical, dan peka terhadap ritme, ketukan, melodi atau warna suara dalamsebuah komposisi musik.
Interpersonal Intelligence (People Smart)
Anak dengan kecerdasan interpersonal yang menonjol memiliki interaksi yang baik dengan orang lain, pintar menjalin hubungan sosial, serta mampu mengetahui dan menggunakan beragam cara saat berinteraksi. Mereka juga mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku dan harapan orang lain, serta mampu bekerja sama denganm orang lain.
Intra personal Intelligence (Self Smart)

Anak dengan kecerdasan intra personal yang menonjol memiliki kepekaan perasaan dalam situasi yang tengah berlangsung, memahami diri sendiri, dan mampu mengendalikan diri dalam situasi konflik. Ia juga mengetahui apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan dalam lingkungan sosial. Mereka mengetahui kepada siapa harus meminta bantuan saat memerlukan.

Naturalist Intelligence (Nature Smart)

Anak-anak dengan kecerdasan naturalist yang menonjol memiliki ketertarikan yang besar terhadap alam sekitar, termasuk pada binatang, di usia yang sangat dini. Mereka menikmati benda-benda dan cerita yang berkaitan dengan fenomena alam, misalnya terjadinya awan dan hujan, asal usul binatang, pertumbuhan tanaman, dan tata surya. E xistence Intelligence
Anak yang memiliki kecerdasan ini memiliki ciri-ciri yaitu cenderung bersikap mempertanyakan segala sesuatu mengenai keberadaan manusia, arti kehidupan, mengapa manusia mengalami kematian, dan realitas yang dihadapinya.
Kecerdasan ini dikembangkan oleh Gardner pada tahun 1999.

Selamat Datang Dian Education Center

Selamat datang diblogsite Dian Education Center

Hubungi kami 5859779/08999331642

Konsultan edukasi dan Rohani