Friday, July 24, 2009
Penanganan Tepat pada Anak Autisme
Anak yang menderita autis sebenarnya dapat diketahui sejak usia dini. Karena umumnya gangguan ini muncul sebelum anak berusia tiga tahun. Hanya kebanyakan orangtua kurang aware dengan gejala yang timbul pada anaknya hingga usia empat tahun.
Padahal pada usia tersebut, anak sudah larut dengan dunianya sendiri sehingga tidak bisa berkomunikasi dan berinterkasi dengan teman-teman dan lingkungannya. Ketika kondisi tersebut terlambat diketahui, maka langkah utama yang harus dilakukan ialah memfokuskan kelebihan anak di bidang tertentu yang dikuasainya.
Nah, kunci sukses untuk membantu para orangtua atau keluarga agar penderita autis dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, maka seluruh anggota keluarga harus turut langsung membantu para penderita ini berusaha melakukan hal itu.
Menurut dr Irawan Mangunatmadja, Sp.A(K), pakar autis indonesia, beberapa keganjalan yang sering dilakukan oleh penderita autis dapat dibantu dengan melakukan empat macam terapi. Saat ini sudah terdapat beberapa terapi bagi penderita autis, baik itu terapi perilaku - ABA, terapi sensori integrasi, terapi okupasi, terapi wicara maupun terapi tambahan seperti terapi musik, AIT, Dolphin Assisted Therapy.
"Terapi perilaku - ABA merupakan terapi gentak untuk memperbaiki perilaku anak autis yang sering menyimpang. Salah satu hal yang dapat dilakukan ialah bersuara keras saat memberikan perintah pada anak. Kalau anak tidak mau melakukan apa yang diperintahkan, maka harus mengagetkan mereka," kata dr Irawan dalam seminar yang diselenggarakan di Kantor Pusat Sun Hope Indonesia, belum lama ini.
Terapi sensori integrasi, sambungnya, khusus ditujukan pada fungsi biologis otak. Sehingga otak melakukan segala sesuatu dengan benar. Sementara itu, terapi okupasi dilakukan untuk memperbaiki aktivitas penderita autis. Selain itu ada juga terapi wicara yang dilakukan untuk membantu penderita autis yang mengalami gangguan bicara agar bisa berbicara kembali.
Ternyata agar anak autis dapat kembali di tengah-tengah keluarganya, tak hanya langkah terapi saja yang dilakukan. Pemberian nutrisi tepat bagi penyandang autis juga harus diperhatikan. Karena pada beberapa studi menunjukkan bahwa anak yang mengalami autisme ternyata juga alergi terhadap makanan tertentu.
Menurut ahli gizi Sun Hope Indonesia, Fatimah Syarief, AMG, StiP, orang tua perlu memerhatikan beberapa jenis makanan yang sebaiknya dihindari seperti makanan yang mengandung gluten (tepung terigu), permen, sirip, dan makanan siap saji yang mengandung pengawet, serta bahan tambahan makanan.
"Penderita autis umumnya mengalami masalah pencernaan terutama makanan yang mengandung casein (protein susu) dan gluten (protein tepung)," kata Fatimah saat dihubungi okezone melalui telepon genggamnya, Rabu (30/4/2008).
Selain asupan makanan yang tepat, suplementasi pun perlu diberikan pada pasien autis mengingat adanya gangguan metabolisme penyerapan zat gizi (lactose intolerance) dan gangguan cerna yang diakibatkan karena konsumsi antibiotik dengan pemberian sinbiotic (kombinasi Sun Hope probiotik dan enzymes sebagai prebiotik).
"Meski suplemen penting diberikan pada penderita autis, hal yang paling tepat dilakukan adalah memberikan pengaturan nutrisi yang tepat. Ketika makanan tidak tepat masuk ke dalam tubuh, maka akan masuk ke usus halus dan tidak tercerna dengan baik. Akhirnya makanan tersebut keluar melalui urin, karena material tersebut sifatnya toxic (racun) sehingga terserap ke otak. Hal tersebut menyebabkan anak autis semakin hiperaktif," jelasnya panjang lebar.
Tak hanya itu saja, untuk membantu mengurangi gejala hiperaktif dan membantu meningkatkan konsentrasi dan perbaikan perilaku, suplementasi omega 3 yang terdapat pada Sun Hope Deep Sea dapat dijadikan alternatif. (nsa)
Saturday, July 18, 2009
Tukang Kayu dan Segelas susu
Hasilnya bukanlah sebuah rumah baik. Sungguh sayang ia harus mengakhiri kariernya dengan prestasi yang tidak begitu mengagumkan. Ketika pemilik perusahaan itu datang melihat rumah yang dimintanya, ia menyerahkan sebuah kunci rumah pada si tukang kayu. "Ini adalah rumahmu, " katanya, "hadiah dari kami." Betapa terkejutnya si tukang kayu. Betapa malu dan menyesalnya. Seandainya saja ia
mengetahui bahwa ia sesungguhnya mengerjakan rumah untuk dirinya sendiri, ia tentu akan mengerjakannya dengan cara yang lain sama sekali. Kini ia harus tinggal di sebuah rumah yang tak terlalu bagus hasil karyanya sendiri. Itulah yang terjadi pada kehidupan kita. Kadangkala, banyak dari kita yang membangun kehidupan dengan cara yang membingungkan. Lebih memilih berusaha ala
kadarnya ketimbang mengupayakan yang baik. Bahkan, pada bagian-bagian terpenting dalam hidup kita tidak memberikan yang terbaik.
Pada akhir perjalanan kita terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan dan menemukan diri kita hidup di dalam sebuah rumah yang kita ciptakan sendiri. Seandainya kita menyadarinya sejak semula kita akan menjalani hidup ini dengan cara yang jauh berbeda. Renungkan bahwa kita adalah si tukang kayu. Renungkan rumah yang sedang kita bangun. Setiap hari kita memukul paku, memasang papan, mendirikan dinding dan atap. Mari kita selesaikan rumah kita dengan sebaikbaiknya seolah-olah hanya mengerjakannya sekali saja dalam seumur hidup. Biarpun kita hanya hidup satu hari, maka dalam satu hari itu kita pantas untuk hidup penuh keagungan dan kejayaan. Apa yang bisa diterangkan lebih jelas lagi. Hidup kita esok adalah akibat sikap dan pilihan yang kita perbuat hari ini. Hari perhitungan adalah milik Tuhan, bukan kita, karenanya pastikan kita pun akan masuk dalam barisan kemenangan.
(adapted from "The Builder", Unknown, thanks to Cecilia Attal) "Hidup adalah proyek yang kau kerjakan sendiri".
Segelas Susu
Suatu hari seorang bocah miskin sedang berjualan dari rumah ke rumah demi membiayai sekolahnya.Ia merasa lapar dan haus, tapi sayangnya ia hanya mempunyai sedikit sekali uang.
Anak itu memutuskan untuk meminta makanan dari rumah terdekat. Tetapi, saat seorang gadis muda membukakan pintu, ia kehilangan keberaniannya. Akhirnya ia hanya meminta segelas air putih untuk menawarkan dahaga. Gadis muda itu berpikir pastilah anak ini merasa lapar, maka dibawakannyalah segelas besar susu untuk anak tersebut.
Ia meminumnya perlahan, kemudian bertanya, "Berapa saya berhutang kepada anda ?"
"Kamu tidak berhutang apapun kepada saya," jawabnya. "Ibuku mengajarkan untuk tidak menerima bayaran untuk perbuatan baik yang kami lakukan." Anak itu menjawab, "Kalau begitu, saya hanya bisa mengucapkan terima kasih dari lubuk hati saya yang terdalam."
Saat Howard Kelly - anak kecil yang miskin itu - meninggalkan rumah tersebut, dia bukan hanya merasa badannya lebih segar, tetapi keyakinannya pada Tuhan dan sesama manusia menjadi lebih kuat. Sebelumnya dia sudah merasa putus asa dan hampir menyerah. Tahun demi tahun berlalu. Suatu hari wanita muda tersebut mengalami sakit parah. Dokter yang menanganinya merasa bingung dan akhirnya mengirim wanita itu kekotabesar untuk mendapatkan pertolongan spesialis. Dr. Howard Kelly dipanggil untuk berkonsultasi. Ketika ia mendengar namakotatempat asal si pasien, ia segera pergi ke kamar tempatdimana wanita tersebut dirawat. Ia langsung mengenali dan memutuskan untuk melakukan hal terbaik yang bisa ia usahakan untuk menolongnya. Sejak hari itu, ia memberikan perhatian khusus pada kasus ini.
Setelah melewati perjuangan panjang, peperanganpun dapat dimenangkan. Dr. Kelly dipanggil oleh pihak administrasi untuk menandatangani biaya yang harus dibayarkan oleh si wanita kepadanya. Ia melihat kepada kuitansi tersebut, dan kemudian menuliskan sesuatu. Kuintansi tersebut lalu di kirim ke kamar perawatan si wanita. Wanita tersebut merasa takut untuk membukanya, karena ia merasa yakin bahwa ia tidak akan mampu membayarnya. Akhirnya dengan menguatkan hati, ia melihat ke kuintansi tersebut. Sebuah tulisan pada kuitansi telah menarik perhatiannya. Ia membaca tulisan itu : "TELAH DI BAYAR PENUH DENGAN SATU GELAS SUSU." Tertanda, Dr. Howard Kelly. Air mata mengalir dari matanya saat hatinya yang bahagia mengucapkan doa dan pujian :
"Terima kasih Tuhan, kasihMu telah memancar melalui hati dan tangan manusia."
BELAJAR KREATIF, ASYIK dan BERMAKNA
BELAJAR KREATIF, ASYIK dan BERMAKNA*
Pendahuluan
Makalah ini tidak menguraikan bagaimana metoda belajar kreatif yang asyik dan bermakna secara detail. Di sini diuraikan prinsip fungsi otak dalam abad neurosains yang menjadi sumber ditemukannya metoda cara baca cepat, quantum learning, quantum teaching atau revolution learning. Selanjutnya dapat disaksikan pada penjelasan dengan LCD/OHP.
Alasan Perlunya Metoda Baru
Para ahli psikologi belajar berpendapat bahwa:
a) Manusia sekarang penuh dengan persoalan kompleksitas, sehingga tantangannya berkembang cepat serta semakin rumit teapi pada saat yang bersamaan kebutuhan untuk hidup bahagia lebih sulit diperoleh, bahkan oleh anak-anak sekalipun. Oleh karena itu, jaman ini diperlukan manusia dengan persiapan lebih kompleks tetapi perlu didasari masa kecil yang bahagia, sebelum mereka terjebak oleh penderitaan jaman.
b) Ditemukannya pengetahuan tentang peta otak manusia lebih intensif sebagaimana dinyatakan oleh ilmuwan Amerika bahwa abad ini adalah abad neurosciens, bahkan penelitian otak dua dasawarsa terakhir telah menjungkirbalikkan berbagai teori tentang otak. Sejak Daniel Goleman (1996) meluncurkan tema kecerdasan emosional, kesadaran orang semakin besar akan pentingnya asah emosi, belum lagi reda semburan ide tentang kecerdasan spiritual oleh Danar Zohar dan Ian Marshal (2002) semakin menjadikan manusia modern merasa perlu untuk mengenali struktur biologis otaknya. Apalagi setelah Amerika menyatakan bahwa dekade 1990-2000 adalah termasuk brain era, maka berbagai penelitian tentang strutjtur dan fungsi otak hampir menyamai penelitian tentang kosmologi. Misteri kosmologi hingga kini belum juga terpecahkan, apalagi setelah pesawat Columbia, Chalanger meledak berturut-turut. Rupanya alam kosmologi manusia tengah mengalami penelusuran, dan jejak-jejaknya ditelusuri melalui pemetaan otak yang semakin computerized dengan paduan neurosains modern.
c) Salah satu tema terpenting dari neurosains akhir-akhir ini adalah adanya noktah yang menjadi lahan subur “rasa ber-Tuhan” yang diberi nama “god spot”. “Kehadiran” Tuhan di otak merupakan suatu hal yang menarik. Bukan saja karena otak adalah CPU (Central Processing Unit)-nya manusia, melainkan juga karena isi dan fungsi otak merupakan pembentuk sejarah hidup pemiliknya maupun sejarah kehidupan itu sediri. Banyak sekali kemampuan yang dinisbahkan kepada otak melebihi yang diberikan pada jantung atau ginjal.
Era Fungsi Neurosains
Ada tiga fungsi yang diperankan oleh otak dan membuatnya berbeda dengan yang lain: (1) fungsi emosi, (2) fungsi rasional – eksploratif atau fungsi kognisi, dan (3) fungsi refleksi.
Fungsi emosi
Fungsi yang pertama ditunjukkan oleh beragam penemuan tetang emotional intelligence (EQ), termasuk penemuan faktor – faktor biologis yang mempengaruhi terjadinya penyakit jiwa; antara lain penemuan psikoneuroimunologi dan pentingnya “keyakinan” dalam menciptakan kodisi biologis tubuh yang baik. Ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa “keyakinan” dapat menjadi salah satu terapi penting dalam meciptakan kodisi tubuh yang seimbang. “Keyakinan untuk sembuh adalah metode penyembuhan itu sendiri”. Keyakinan berhubungan secara timbal balik dengan metabolisme tubuh. Dengan kata lain, optimisme dan positive thinking memberi pengaruh menguntungkan dalam kodisi biologis manusia. Sistem limbik dan amigdala yang terletak di daerah tengah otak merupakan dua komponen yang berperan penting.
Hal yang penting dari fungsi emosional otak adalah munculnya rasa bahagia, senang, gembira dalam setting sosial dan lingkungan. Tanpa kecerdasan yang satu ini manusia tidak akan pernah menjadi manusia sosial yang hidup dengan snejata emosionalnya.
Berdasarkan penelitian para neurosains, fungsi emosional lebih dahulu berkembang daripada fungsi rasional. Oleh karenanya perkembangannya menjadi penting.
Fungsi kognisi
Fungsi kedua ditunjukkan oleh semaraknya penemuan dalam bidang keilmuan yang membuahkan teknologi, dari yang sederhana sampai yang tercanggih. Apa yang disebut Thomas Kuhn (1984) sebagai revolusi paradigma, sesungguhnya adalah aktualisasi dari fungsi eksploratif tersebut. Fungsi rasional – eksploratif sari otak digambarkan secara jelas dan tegas dalam makna harfiah kata berfikir. Kata fikir (dalam bahasa indonesia) itu diambil dari kata fikr yang diubah dari bentuk awal fark. Kata fark itu sediri bermakna, antara lain: (1) mengorek sehingga apa yang dikorek itu muncul, (2) menumbuk sampai hancur, (3) menyikat (pakaian) sehingga kotorannya hilang, dan (4) menggosok hingga bersih. Dari keempat makna yang ditunjukkan oleh kata fark, tampak bahwa berpikir itu menunjukkanpada usaha tak kenal lelah dan keras untuk “menyingkap “, “membuka “ atau “mengeksplorasi” setiap objek yang ada sehingga objek itu dapat dipahami dan ditangkap secara jelas. Dengan demikian, usaha yang dilakukan oleh Democritus dengn teori atom, Nicolaus Copernicus dengan teori heliosentris, Albert Einstein dengan teori relativitas, Rutherford dengan teori proton, Abdussalam dengan teori gabungan gaya elektromagnetik – gaya lemah, Edward Jenner dengan teori vaksinasi, Robert Koch dengan teori linguistik, Sigmund Freud dengan teori psikoanalisis, adalah kegiatan berpikir untuk dapat menyingkap segala sesuatu tentang objek yang ada di alam semesta. Kulit otak merupakan komponen utama untuk fungsi ini.
Fungsi spiritual
Fungsi ketiga mencangkup hal – hal yang bersifat supranatural dan religius, yang menurut beberapa penelitian “bersumber” dari dalam otak manusia. Kerangka orientasi (seperti agama), sebagaimana ditegaskan oleh Erich Fromm (1994) yang “bersumber” dalam kulit otak (korteks serebri) manusia adalah contoh fungsi refleksi.
Fungsi ini hendak menegaskan bahwa “keberadaan Tuhan“ adalah sesuatu yang sesungguhnya tidak perlu dipermasalahkan. “Keberadaan Tuhan” sedikitnya, ditampakkan dalam kesempurnaan jalinan dan jaringan saraf manusia. Pernyataan ini tidak berarti bahwa “Tuhan” itu direduksi sampai bentuk seluler persarafan manusia atau tingkat terrendah dalam wujud materi sebagaimana diyakini oleh para materialis. Makna “kehadiran Tuhan“ berhubungan erat dengan adanya kesempurnaan tubuh fisik manusia. Kesempurnaan tubuh fisik manusia, antara lain, ditunjukkan oleh adanya setruktur tubuh yang efektif dan fungsional dalam menjamin fungsi – fungsi kehidupan yang penting. Posisi tegak, sistem lokomotorik, dan panca indra adalah tiga contoh kesempurnaan itu.
Zohar dan Marshall memberikan gambaran bagaimana tanda-tanda orang yang memiliki SQ tinggi, yaitu :
1. Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif)
2. Tingkat kesadaran yang tinggi
3. Kemampuan menghadapi dan memanfaatkan penderitaan
4. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa takut
5. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai
6. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu
7. Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal (berpandangan holistik)
8. Kecenderungan nyata untuk bertanya: “mengapa?” atau “bagaimana jika?” untuk mencari jawaban yang mendasar
9. Pemimpin yang penuh pengabdian dan bertanggungjawab
Ada dua hal yang diangap penting oleh Danar Zohar dan Marshal, yakni aspek nilai dan makna sebagai unsur penting dari kecerdasan spiritual, sebagai misal yang dapat dicatat:
· “SQ adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan masalah makna dan nilai”.
· ‘SQ adalah kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya
· “Kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain
· “Kecerdasan ini tidak hanya untuk mengetahui nilai-nilai yang ada, tetapi juga untuk secara kreatif menemukan nilai-nilai baru.
Bagaimana Belajar?
Pada dasarnya anak-anak dapat belajar dengan metoda apa saja. Metoda akan efektif selama ia sesuai dengan fungsi dasar otak: emosional, rasional dan spiritual. Ketiga aspek ini perlu dirangsang sejak dini dengan prinsip seimbang, mudah dan mungkin. Setiap fungsi otak memiliki karakteristik tersendiri seperti otak emosional perlu belajar dengan metoda yang membahagiakan karena ia otak primitif yang bersifat hedonis. Otak rasional bersifat kreatif, imajinatif dan logis. Otak spiritual perlu dirangsang dengan hal-hal yang bersifat memberi makna dan nilai.
Bagaimanakah merancang metoda yang tepat?
Semua metode belum tentu tepat untuk semua anak, dan tidak semua guru dapat menjalankan metoda yang sama dengan kualitas yang sama. Oleh karena itu metoda merupakan hasil dari kematangan belajar sang guru terhadap dirinya sendiri. Metoda yang tepat adalah mencerdaskan diri pendidik, sehingga selalu terjadi proses kreativitas guru yang dapat menstimulasi peserta didik. Proses yang tepat adalah belajar dari prinsip-prinsip pembelajaran yang berbasis neurosains mutakhir dengan terus meyakini ada sisi gelap “penciptaan” yang dimensinya adalah kekuatan do’a dan raihan hidayah.
Lebih jauh karena keterbatasan ruang, dapat dilihat pada tayangan OHP/LCD.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disarikan dalam tabel berikut:
Fungsi | Emosional | Rasional | Spiritual |
Ciri umum | Cerdas secara emosi, mampu mandiri, komunikasi, memimpin, adaptasi, humoris, dan membangun relasi | Cerdas secara intelektual: pandai dalam merumuskan, menganalisa, memutuskan dengan pendekatan kuantitatif dan logis | Cerdas secara nurani: mampu memberi makna, transendensi diri, mengambil hikmah, keshalehan, bermoral dan mengatasi kesulitan dengan para logis dan metafisik. |
Daftar Pustaka
Dryden Gordon, Vos Jeannette, 1999, The Learning Revolution: To Change the way the world Learns. New Zealand: The Learning web
Goleman, Daniel, 1996, Emotional Intelligence, Jakarta:Gramedia.
Pasiak, Taufik, 2002, Revolusi IQ, EQ, SQ antara Neurosains dan Al Quran, Bandung: Mizan
Tasmara, Toto, (2001) “Kecerdasan Ruhaniyah” (Transcendental Intelligence), Gema Insani Press, Jakarta.
Zohar, Danah dan Ian Marshall, 2000, SQ: Spiritual Quotient, The Ultimate Intelligence, London. (Edisi Indonesia diterjemahakan oleh Rahmani Astuti dkk, Mizan, Bandung)