Segala puji hanya bagi Allah swt. Allah ciptakan kepada
kita ayat-ayat-Nya di penjuru langit dan di ufuk bumi, bahkan dalam diri
kita sendiri. Allah ciptakan kepada kita matahari yang mengajarkan
kepada kita untuk percaya diri dan tepat janji datang di pagi hari
dengan sinar yang berseri. Dan Allah ciptakan kepada kita juga purnama
yang mengajarkan kepada kita untuk bersinar lembut dan bijaksana.
Purnama sinarnya lembut tapi penuh cinta dan pesona. Purnama sinarnya
lembut tapi tidak pernah kehilangan kharisma.
Muslim
itu harus seperti matahari, berani dan punya nyali. Tapi muslim juga
harus seperti purnama, lembut dan bijaksana. Berani tapi penuh
kelembutan, lembut tapi penuh keberanian.
Suatu
ketika Nabi berkata, “Amin, amin, amin.” Sahabat bertanya, “Kenapa ya
Rasulullah?” “Sesungguhnya Jibril telah berdoa. Di antara doanya adalah:
Celaka seorang hamba yang Ramadhan berlalu dari padanya tapi dosanya
belum diampunkan juga. Celaka! Ramadhan pergi dia belum berubah jadi
lebih baik, celaka! Ramadhan pergi tapi dosanya tidak berkurang, celaka!
Ramadhan pergi dia belum bisa menjadi manusia yang makin dekat dengan
Allah SWT maka dia celaka.
Makanya ketika orang
sampai kepada Idul Fitri, hari kemenangan, ulama mengingatkan yang
namanya hari raya bukan karena bajunya baru, hari raya karena taatnya
makin nambah, makin dekat sama Allah. Harusnya terjadi perubahan yang
kilat. Yang sebelumnya funky sekarang ngaji. Yang sebelumnya ngawur sekarang dekat kepada ta’lim. Yang awalnya gila harta sekarang cinta dengan surga. Yang tadinya lupa dengan agama sekarang bangga dengan agama Allah swt.
Yang
awalnya jadi generasi lalat, sekarang berubah jadi generasi lebah.
Bagaimana generasi lalat? Ternyata banyak sekali generasi sekarang,
orang tua dan anak muda yang kayak lalat. Yang pacarannya
pegang-pegangan, peluk-pelukan, gendong-gendongan, sikat-sikatan,
banting-bantingan, cekik-cekikikan. Yang pakaiannya ala kadarnya, yang
percaya dengan mistik, percaya dengan ramalan. Percaya dengan dukun.
Muncul
generasi lalat. Lalat itu nongkrongnya di tempat yang jelek-jelek.
Kalau pejabat suka korupsi, kenapa bisa begitu? Lalat. Lalat itu hobinya
nongkrong di tempat yang jelek-jelek. Nongkrongnya di koreng, di
sampah. Banyak manusia sekarang yang hobinya nongkrong di tempat yang
jelek-jelek. Tempat maksiat, ngambil hak orang.
Banyak
generasi sekarang yang kelakuannya seperti lalat. Lalat itu makannya
yang jelek-jelek. Lalat itu makannya dari kotoran manusia, dari sampah.
Banyak orang sekarang yang makannya yang jelek-jelek. Minuman yang
haram, makanan yang haram, yang memabukkan, yang ngerusak dirinya. Tujuh
puluh persen artis terlibat narkoba.
Lalat itu
hobinya yang jelek-jelek, menyebarkan penyakit. Banyak manusia sekarang
hobi yang jelek-jelek. Uang habis cuma untuk pesta pora. Hura-hura. Uang
abis untuk beli film-film yang tidak beres. Tapi kalau untuk disuruh
sedekah, luar biasa beratnya. Ini generasi lalat.
Sedangkan
generasi lebah adalah generasi yang hobinya baik-baik. Lebah hobinya
nongkrong di tempat yang baik-baik. Lebah nongkrongnya di pepohanan
taman bunga. Jadilah generasi yang Ramadhan ini yang nongkrongnya di
sekitar kebaikan. Masjid.
Hobinya kebaikan, ibadah.
Zaman Rasul orang shalat nangis. Kalau ibadah separo hartanya, seluruh
hartanya. Bahkan hartanya diwakafkan untuk umat. Berapa banyak sekarang
pejabat kaya, pemimpin kaya? Boro-boro mau berwakaf, ibadah saja malas.
Jadilah
generasi lebah yang hobinya di sekitar kebaikan. Yang hobinya berbuat
kebaikan. Lebah itu hobinya menyebarkan kebaikan, madu. Dan menyembuhkan
penyakit. Jadilah manusia yang jadi sumber solusi, sumber kedamaian,
sumber pencerahan buat umat. Hadirin sekalian, pemirsa sekalian, saatnya
kita berubah menjadi generasi-generasi yang Islami. Dengan cara apa?
Dengan cara optimalkan Ramadhan kita supaya jadi manusia-manusia takwa.