Monday, February 11, 2013

Benarkah Kurikulum 2013 Peserta Didik Fokus tingkatkan membaca ?


Jika tak ada kendala, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan mengesahkan rancangan kurikulum 2013 sebagai pengembangan dari kurikulum tingkat satuan pendidikan. Secara umum, materi rancangan kurikulum 2013 sebenarnya seperti kembali ke periode kurikulum berbasis kompetensi (KBK), tetapi titik tekan pada kompetensi dan proses implementasi kurikulum sajalah yang hendak diubah. Kurikulum 2013 dengan berani mengedepankan aspek kompetensi sikap (attitude) ketimbang pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill).
Pada proses pengembangan kurikulum sebelumnya peran serta guru dan masyarakat nyaris tak terdengar, sedangkan pada rancangan kurikulum 2013 pemerintah melakukan langkah berani dengan mengajak seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) pendidikan, termasuk guru dan masyarakat, terlibat di dalamnya.
Kemampuan itulah yang kemudian diadaptasi oleh Kemendikbud sebagai alasan pengembangan kurikulum 2013, yaitu terdiri dari kemampuan berkomunikasi, berpikir jernih dan kritis, mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, menjadi warga negara yang bertanggung jawab, kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda, kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal, memiliki minat luas dalam kehidupan, memiliki kesiapan untuk bekerja, memiliki kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya, serta memiliki rasa tanggung jawab terhadap lingkungan.
Tak ada yang salah dengan rumusan dan alasan pengembangan kurikulum tersebut. Hanya, jika diamati secara saksama, rencana kurikulum 2013 ini bagi saya masih kurang kuat mengagendakan penguatan materi pembelajaran dalam hal tantangan teknologi dalam rangka menumbuhkan kompetensi kesiapan siswa menghadapi tantangan masa depan. Strategi implementasi rancangan kurikulum ini seolah hanya fokus pada pengembangan kurikulum itu sendiri, dengan tema sentral memperbaiki rancangan kurikulum itu sendiri serta kondisi kapasitas dan kemampuan guru apalagi dilihat materi pelajaran IPA dan IPS pada tingkat SD kelas 1-4 dihilangkan. Artinya, jika dilihat dari aspek perbandingan arah perubahan kurikulum yang dikehendaki, rancangan kurikulum 2013 sesungguhnya telah mencoba mengadopsi pendekatan yang dinamis, yang titik tekannya memang diarahkan bukan hanya kepada substansi kurikulum, melainkan juga rencana perbaikan kemampuan guru. Berarti Guru gagal menerapkan kualitas dari tingkat dasar pengenalan alamiah maupun sosial. Padahal tingat dasarlah yang perlu ditanamkan kepedulian sosial dan mengenal wawasan alam bagi peserta didik.
 Jika dilihat pada tabel, terlihat dengan jelas bahwa pendekatan dalam dynamic curriculum change approach baru saja dirancang dalam rencana kurikulum 2013, di mana titik tekan berada pada substansi kurikulum itu sendiri dan kompetensi guru. Meskipun pelibatan semua pemangku kepentingan telah dilakukan, jika dilihat dari sudut pandang arah peru bahan kurikulum yang diinginkan, tampaknya agenda untuk memasukkan secara serius perbaikan manajemen sekolah belum dimasukkan ke skema perubahan kurikulum. Nampaknya dari pihak revisi kurikulum hanya melihat tataran kota saja dibandingkan daerah terpencil hingga pelosok desa. Akhirnya deadline membaca sangat penting namun yang lebih penting lagi seharusnya budaya pengingatan alam, kepedulian sosial, harmonisasi hubungan manusia senyap tanpa diikuti tanda pengenalan mulai dari tingkat dasar hanya masalah tuntutan teknologi komputer yang semakin canggih zaman ini,
Karena itu, melakukan mekanisme dan prosedur pengangkatan kepala sekolah yang terbuka dan menetapkan kualifikasi yang sesuai dengan tujuan pengembangan kurikulum 2013 adalah imperatif. Demikian juga, melakukan workshop penguatan kapasitas kepemimpinan dan manajemen sekolah merupakan keharusan yang tidak bisa diabaikan dalam proses implementasi kurikulum 2013. kalo yang memang diotoritaskan oleh sekolah hanya pihak negerilah yang bisa menunjukkan birokrasi bermain namun tetap saja tertinggal karena lebih banyak aturan bahkan mengekor sesuai undang-unndang. Padahal kebijakan dan kreativitas sekolah sangat beragam justru memberi peluang imajinasi dan kebangkitan bagi pendidikan. Namun jika swasta tetap berkompetensi dalam otoritas "asalkan tidak seumur hidup" dalam memimpin sekolah makan gairah pertumbuhan dan berkompetensi menjadi harapan peradaban dunia pendidikan yang sangat meningkat.

Dian Parikesit, S.Pd

No comments: