Sunday, September 25, 2011

Hati-hati, makanan bisa menjadi penyebab munculnya gangguan perilaku anak

Kira-kira makanan mana yang lebih disukai anak? Makanan dengan komposisi nasi, ikan, sayur dan buah atau makanan seperti fried chicken, pizza, kentang goreng, soda, nugget, snack dan coklat. Sebagian besar anak akan memilih komposisi makanan yang kedua. Selain banyaknya tayangan iklan di TV dan media cetak mengenai “junk food”, kesibukan orang tua juga menjadi faktor pendukung mengapa “junk food” ini menjadi pilihan untuk dikonsumsi anak, praktis bagi orang tua dan disukai anak, begitu alasannya. Tapi pernahkah ummi membayangkan, dalam 1 botol minuman teh atau soda, itu terdapat 6-12 sendok gula? Dalam coklat, berapa banyak lemak sintestis yang ditambahkan? Dalam snack berapa banyak zat perasa berupa MSG (monosodium glutamate) yang ditambahkan? Dalam nugget berapa banyak zat pengawet dan perasa yang ditambahkan? Dalam minuman yang berwarna-warni, berapa banyak pewarna yang ditambahkan dan jenis pewarna apa yang ditambahkan, jangan-jangan produsen memakai pewarna untuk pakaian? Apa memang makanan-makanan seperti itu yang layak untuk dikonsumsi oleh anak kita?

Apa sih akibatnya jika anak mengkonsumsi makanan yang mengandung garam, gula dan lemak berlebih? Kelebihan berat badan, merupakan efek yang pertama kali terlihat. Tapi sadarkah ummi, ada efek lain yang mungkin dialami anak? Berbagai gangguan perilaku yang ditampilkan anak, ternyata bisa disebabkan oleh makanan yang mengandung zat aditif seperti pemutih, pewarna, perasa dan pemanis buatan. Jika zat aditif ini dikonsumsi dalam jumlah berlebih, fungsi otak bisa terganggu. Seperti ummi ketahui, otak merupakan pusat koordinasi tubuh, jadi bisa dibayangkan kalau otak terganggu maka banyak kemungkinan manifestasi klinik yang ditimbulkannya, termasuk gangguan perilaku pada anak.

Berikut ini gangguan perilaku yang mungkin muncul pada anak akibat mengkonsumsi zat aditif secara berlebih:
*Gangguan konsentrasi. Anak yang mengalami gangguan konsentrasi akan cepat merasa bosan terhadap suatu aktivitas, kecuali menonton TV, membaca komik atau main ‘game’. Anak seperti ini juga tidak mampu bertahan lama untuk belajar, tidak teliti dalam mengerjakan tugas sekolah, sering pelupa, sering tertinggal barang, mudah teralihkan perhatiannya ketika belajar, akhirnya ketika belajar malah mengobrol atau mengganggu teman. Anak seperti ini sebenarnya cerdas, tapi karena mereka mengalami gangguan konsentrasi, nilai pelajaran mereka seringkali turun drastis
*Gangguan emosi. Anak menjadi mudah marah, sering berteriak, mengamuk, keras kepala, suka membantah dan sulit diatur, cengeng dan mudah menangis.
*Gangguan motorik. Anak tidak bisa duduk diam, berjalan sering terjatuh, terburu-buru dan sering menabrak.*Gangguan impulsif. Anak banyak bicara, tidak sabar menunggu giliran, dan sering memotong pembicaraan orang lain.

Memperberat autisme, yaitu gangguan perilaku yang ditandai oleh kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain, gangguan komunikasi dan adanya aktivitas-aktivitas tertentu yang diulang-ulang. Ternyata banyak sekali akibat yang ditimbulkan dari mengkonsumsi makanan yang tidak sehat. Padahal Allah telah memerintahkan kita untuk memakan makanan halal dan baik bagi kesehatan, seperti tercantum dalam Al-Quran, surat Al-Baqoroh ayat 168, tapi mengapa kita seringkali melupakannya.“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”

Jika kita ingin anak kita memiliki pola makan yang baik, bagaimana menyiasatinya?
Berikan makanan sesuai dengan usia anak dan berikan porsi yang tidak berlebihan
Kenalkan berbagai jenis makanan sehat sejak dini. Sehingga anak tidak menjadi pemilih dan terbiasa dengan berbagai rasa makanan.
Buat aktivitas makan menjadi sesuatu hal yang menyenangkan.
Orang tua harus memberikan contoh. Misalnya, orang tua makan sesuai jadwal makan. Orang tua memakan makanan yang sehat seperti nasi, ikan, sayur, buah. Jadi orang tua jangan hanya meminta anak untuk makan makanan yang sehat, tapi harus memberi contoh. Ingatlah, anak belajar dengan cara melihat.
Tetapkan waktu makan. Dengan cara ini, anak akan terbiasa untuk makan di jam tertentu. Jika anak tidak mau makan pada waktu yang telah ditentukan, jangan dipaksa, biarkan saja. Anak harus belajar bahwa ia tidak akan mendapatkan makanan selain dari jadwal yang telah ditetapkan. Sehingga keesokan harinya, anak mau makan pada saat jam makan karena takut merasa lapar.
Jangan memarahi dan memaksa anak untuk makan, jika dipaksa dan dimarahi, anak akan menganggap bahwa aktivitas makan merupakan sesuatu hal yang menakutkan, sehingga akhirnya ia tidak mau makan.
Mulai usia 2-3 tahun, berikan kesempatan pada anak untuk belajar makan sendiri. Jangan dimarahi kalau anak makan masih berantakan dan lambat dalam mengunyah.
Buatlah makanan dengan bentuk yang menarik. Sehingga anak lebih tertarik untuk makan dan pakailah peralatan makan yang menarik untuk anak.
Jangan sekali-kali menjanjikan pada anak bahwa ia akan diberi hadiah berupa coklat, es krim, dsb, jika ia mau menghabiskan makanan yang telah disajikan untuknya.
Terakhir, orang tua jangan punya prinsip “tidak apa-apalah anak makan makanan junk food, dari pada tidak ada makanan yang masuk”. Ingatlah, anak mau makan makanan yang sehat itu melalui proses pembiasaan.

No comments: