“7 Habits of Highly Effective People” Stephen Covey mengungkapkan :
Menjadi kebanggaan dan dapat menjadi inspirasi bagi orang lain adalah kepuasan yang ingin aku capai. Proses pembelajaran terus menerus, kegagalan, stagnan, dan bangkit lagi sudah kulalui demi mencapai pengakuan tersebut. Aku tidak mau selalu menja di ” si biasa-biasa saja” yang selalu tertutupi orang lain yang dianggap lebih baik. Padahal kita manusia diciptkan dengan ’spesifikasi’ yang sama tapi mengapa ada orang lain yang dianggap lebih berkualitas dibandingkan yang lain.
Kesadaran itu muncul bahwa seharusnya sikap bukan didasari alasan bagaimana orang lain mau melihatku melainkan keinginan dariku sendiri untuk memiliki hidup yang kuanggap berkualitas. Aku akan bangga dengan diriku sendiri karena telah mampu meraih semua mimpi-mimpi. Aku akan bangga pada diriku sendiri karena mampu memberikan nilai tambah pada orang-orang di sekelilingku. Aku akan bangga pada diriku sendiri karena akhirnya aku mampu menggapai kebahagiaan sesuangguhnya dengan orang-orang yang kucintai dengan penuh kedamaian, cinta, dan harmoni.
Proaktivitas, sebagai sifat manusia, kita memberi tanggapan terhadap kehidupan milik kita. Perilaku kita adalah suatu fungsi dari keputusan kita, bukan kondisi kita. Kita bisa meletakkan perasaan kita kepada nilai nilai. Kita memiliki inisiatif dan daya tanggap untuk membuat sesuatu terjadi. Pengalaman-pengalaman tersulit kita menjadi ujian dalam menempa karakter kita dan mengembangkan kekuatan jiwa (inner power).
Ada tiga nilai penting dalam kehidupan: pengalaman (yang terjadi pada diri kita), kreativitas (menjadikan ada), sikap (tanggapan terhadap persoalan sulit). Itu semua, adalah bagaimana kita menanggapi kepada
apa yang kita alami di dalam kehidupan. Ber-inisiatif berarti mengenali tanggapan (respon) kita agar sesuatu
terjadi. Gunakan S(umber/akal) dan I(nisiatif). Proaktivitas berdiri pada realitas, namun juga mengetahui kita memiliki kekuatan untuk memilih suatu tanggapan positif kepada sekeliling kita. Setiap organisasi bisa menjadi proaktif dengan mengkombinasikankreativitas dan daya akal (atas sumber-2) dari individu proaktif untuk menciptakan budaya proaktif dalam organisasi. Kita perlu tahu bagaimana memfokuskan waktu dan energi untuk menjadi fektif. Wilayah yang menjadi perhatian kita (concerned) disebut sebagai “Lingkaran Perhatian”. Wilayah dimana kita benar-benar bisa mengerjakan segala sesuatunya, disebut sebagai “Lingkaran Pengaruh”.K etika kita fokus padawaktu dan energi kita di Lingkaran Perhatian, namun posisi berada di luar Lingkaran Pengaruh, kita tidak efektif. Bagaimanapun, menjadi proaktif akan membantu memperluas Lingkaran Pengaruh kita. (Dimana kita bisa mengerjakan sesuatunya menjadi efektif).
Menjadi kebanggaan dan dapat menjadi inspirasi bagi orang lain adalah kepuasan yang ingin aku capai. Proses pembelajaran terus menerus, kegagalan, stagnan, dan bangkit lagi sudah kulalui demi mencapai pengakuan tersebut. Aku tidak mau selalu menja di ” si biasa-biasa saja” yang selalu tertutupi orang lain yang dianggap lebih baik. Padahal kita manusia diciptkan dengan ’spesifikasi’ yang sama tapi mengapa ada orang lain yang dianggap lebih berkualitas dibandingkan yang lain.
Kesadaran itu muncul bahwa seharusnya sikap bukan didasari alasan bagaimana orang lain mau melihatku melainkan keinginan dariku sendiri untuk memiliki hidup yang kuanggap berkualitas. Aku akan bangga dengan diriku sendiri karena telah mampu meraih semua mimpi-mimpi. Aku akan bangga pada diriku sendiri karena mampu memberikan nilai tambah pada orang-orang di sekelilingku. Aku akan bangga pada diriku sendiri karena akhirnya aku mampu menggapai kebahagiaan sesuangguhnya dengan orang-orang yang kucintai dengan penuh kedamaian, cinta, dan harmoni.
Proaktivitas, sebagai sifat manusia, kita memberi tanggapan terhadap kehidupan milik kita. Perilaku kita adalah suatu fungsi dari keputusan kita, bukan kondisi kita. Kita bisa meletakkan perasaan kita kepada nilai nilai. Kita memiliki inisiatif dan daya tanggap untuk membuat sesuatu terjadi. Pengalaman-pengalaman tersulit kita menjadi ujian dalam menempa karakter kita dan mengembangkan kekuatan jiwa (inner power).
Ada tiga nilai penting dalam kehidupan: pengalaman (yang terjadi pada diri kita), kreativitas (menjadikan ada), sikap (tanggapan terhadap persoalan sulit). Itu semua, adalah bagaimana kita menanggapi kepada
apa yang kita alami di dalam kehidupan. Ber-inisiatif berarti mengenali tanggapan (respon) kita agar sesuatu
terjadi. Gunakan S(umber/akal) dan I(nisiatif). Proaktivitas berdiri pada realitas, namun juga mengetahui kita memiliki kekuatan untuk memilih suatu tanggapan positif kepada sekeliling kita. Setiap organisasi bisa menjadi proaktif dengan mengkombinasikankreativitas dan daya akal (atas sumber-2) dari individu proaktif untuk menciptakan budaya proaktif dalam organisasi. Kita perlu tahu bagaimana memfokuskan waktu dan energi untuk menjadi fektif. Wilayah yang menjadi perhatian kita (concerned) disebut sebagai “Lingkaran Perhatian”. Wilayah dimana kita benar-benar bisa mengerjakan segala sesuatunya, disebut sebagai “Lingkaran Pengaruh”.K etika kita fokus padawaktu dan energi kita di Lingkaran Perhatian, namun posisi berada di luar Lingkaran Pengaruh, kita tidak efektif. Bagaimanapun, menjadi proaktif akan membantu memperluas Lingkaran Pengaruh kita. (Dimana kita bisa mengerjakan sesuatunya menjadi efektif).
Orang yang reaktif memfokuskan pada Lingkaran Perhatian, dimana sesuatunya tidak bisa mereka kendalikan. Energi negatif menyebabkan Lingkaran Pengaruh makin menyusut. Masalah kita ada pada tiga area: Kontrol Langsung (masalah menyangkut perilaku kita sendiri), Kontrol Tidak Langsung (masalah menyangkut perilaku orang lain), atau Tidak Ada Kontrol (masalah yang kita tidak bisa kerjakan apapun). Masalah Kontrol Langsung diselesaikanmelalui kemenangan pribadi dari Habits 1, 2 dan 3. Masalah Kontrol Tidak Langsung dipecahkan melalui cara berpengaruh, kemenangan publik Habit 3, 5 dan 6. Masalah tidak ada Kontrol yang terbaik adalah diselesaikan dengan penyikapan.
Lingkaran Perhatian diisi dengan pernyataan “memiliki”. Lingkaran Pengaruh diindikasikan sebagai pernyataan “menjadikan”. Suatu waktu kita berpikir bahwa masalah ada “diluar sana”, padahal pikiran itu sendiri adalah masalah.
Lingkaran Perhatian diisi dengan pernyataan “memiliki”. Lingkaran Pengaruh diindikasikan sebagai pernyataan “menjadikan”. Suatu waktu kita berpikir bahwa masalah ada “diluar sana”, padahal pikiran itu sendiri adalah masalah.
Sementara kita bebas untuk memilih tindakan; konsekwensi dari tindakan kita diatur dengan hukum alam. Terkadang kita membuat pilihan dengan konsekwensi negatif, disebut kesalahan. Kita tidak bisa mengembalikan atau mengulang kesalahan yang lalu. Pendekatan proaktif terhadap kesalahan, adalah mengakuinya secara langsung, mengkoreksi dan belajar darinya. Kesuksesan adalah sisi jauh dari kegagalan.
Jantung dari Lingkaran Pengaruh adalah kemampuan kita untuk membuat dan menjaga komitmen dan janji. Integritas kita dalam menjaga komitmen dan kemampuan membuat komitmen adalah perwujudan terjelas dari proaktivitas.
Jantung dari Lingkaran Pengaruh adalah kemampuan kita untuk membuat dan menjaga komitmen dan janji. Integritas kita dalam menjaga komitmen dan kemampuan membuat komitmen adalah perwujudan terjelas dari proaktivitas.
No comments:
Post a Comment