“READING AND DHUHA TIME
a. Latar Belakang Masalah
Karakter adalah fondasi dari soft skill yang justru lebih menunjang tingkat kesuksesan seseorang dalam hidupnya. Kemampuan teknis hebat yang tidak diiringi karakter yang baik adalah percuma. Ia tidak akan mampu bekerja sama dan berempati kepada rekannya. Selain itu, penggunaan ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh karakter yang tidak baik akan menghadirkan konsekuensi yang buruk pula. Hal yang paling ditakuti guru bukanlah siswa yang tidak mampu mengikuti mata pelajaran matematika atau mata pelajaran rumit lainnya. Guru lebih khawatir jika siswa tidak dapat belajar mengantre. Mengapa? Karena antrean memuat banyak indikator karakter dari seseorang yang berhasil terdidik.
Ketika siswa mampu
mengantre, berarti siswa telah mempelajari konsekuensi dari persiapan yang
kurang matang, yakni nomor antrean belakang. Sebaliknya, jika mereka sudah
datang lebih dulu, mereka akan
mendapatkan nomor antrean lebih awal. Mengantre juga memberikan pelajaran
menghargai sistem, hak orang lain, disiplin diri dan konsekuen terhadap
perbuatannya sendiri. Kondisi saat ini masa virus Pandemi covid 19 khususnya di Jakarta
membuat siswa/i terkendala dalam menghadapi pembelajaran yang akhirnya
berujungnya hilang nilai karakter siswa, sehingga harapan siswa/i pun harus
melakukan terobosan baru untuk belajar yang inovatif dan efektif. Pembelajaran
jarak jauh (daring) membuat siswa menjadi kurangnya pemantauan kedisiplinan
karakter siswa maupun sebagai persiapan belajar, khususnya dalam karakter siswa serta untuk
literasi budaya membaca yang semakin berkurang dan sholat Dhuha yang masih
belum dikerjakan siswa. Maka perlunya upaya untuk mengarahkan, melatih, memupuk
nilai-nilai baik agar menumbuhkan kepribadian yang baik, bijak, sehingga dapat
memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungan dan masyarakat luas dalam
pembiasan karakter.
b. Strategi dan Langkah mengatasi masalah
Pendidikan adalah berbagai upaya untuk mewujudkan pembelajaran agar
peserta didik dapat secara aktif belajar dan mengembangkan potensi dirinya
menjadi lebih baik dari segi kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, dan
sebagainya. Mengupayakan adanya rambu-rambu aturan disiplin (kegiatan kedisiplinan/kegiatan ibadah) secara
berkelanjutan dan monitoring pendampingan siswa secara persuasif.
Sebelum menentukan strategi yang digunakan untuk memberikan pendidikan
karakter selama PJJ, sekolah terlebih
dahulu harus mengetahui dahulu faktor apa saja yang mempengaruhi karakter
seseorang. Faktor-faktor tersebut, menurut Zubaedi (2012, hlm.177-183) faktor
yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan pendidikan karakter bagi sekolah,
yakni:
Faktor Insting
(Naluri),
Insting adalah sikap dan tabiat yang telah terbentuk sejak dilahirkan.
Bahwasanya membaca tilawah, tadabur terjemahan Alqur’an serta sholat Dhuha akan
ada amal kebaikan dan dicatat oleh Allah SWT yang maha kuasa sehingga tabiat
anak mengharapkan imbalan yaitu adanya balasan pahala serta penilaian tambahan
pelajaran Agama Islam. Siswa membaca Alquran setiap hari satu halaman dan
melaksanakan sholat Dhuha sebanyak 2 rakaat berjamaah
Adat (Kebiasaan),
Suatu perilaku yang sama dan diulang secara terus-menerus hingga
menjadi terbiasa. Sebagaimana Tilawah dan sholat Dhuha menjadi kewajiban
pembiasaan sebelum KBM dimulai terbiasanya siswa melakukan ibadah ritual setiap
hari pada pukul 07.00-07.30 WIB
Keturunan (heredity),
Sifat-sifat anak sebagian merupakan cerminan dari sikap dan sifat
orangtuanya, baik secara rohani, maupun jasmani. Orang tua maupun guru menjadi
pendamping siswa agar menjadi pemberi moivasi dan monitoring (piket) setiap
harinya sesuai jadwal yang sudah ditentukan oleh sekolah.
Lingkungan (milieu),
Segala hal yang mengelilinginya mulai dari adat istiadat, pergaulan,
keadaan sekolah, desa, kota, dsb akan memberikan pengaruh secara langsung atau
tidak langsung pada karakter seseorang. Lingkungan baik maka akan terciptalah
lingkungan /tradisi yang kondusif dan
bersahaja menjadi siswa yang rendah diri. Pelaksanaanya dilakukan di Gedung
Aula (putri) dan Musholla (Putra)
c. Hasil
Kedisiplinan waktu
ibadah sholat Dhuha dan Tilawah Alquan menjadikan pembiasaan karakter sehari
hai agar siswa mandiri dan inovatif dan bisa dilakukan secara utuh sekaligus
pemantauan dari guru maupun orang tua siswa. Hasil yang diharapkan bisa
terlaksana 95 % seluruh siswa terbentuk karakter budaya baca dan melaksanakan
ibadah dengan mandiri. Tujuan Reading Time dan Dhuha Time meliputi :
-
Mengembangkan potensi nurani/kalbu/afektif peserta didik sebagai warga
negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.
-
Mengembangkan kebiasaan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan
denan nilai universal dan tradisi bangsa dan nilai agama yang religius.
-
Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai
penerus bangsa.
-
Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia mandiri, kreatif,
dan berwawasan kebangsaan.
-
Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan aman,
jujur, kreatif dan bersahabat.
-
d. Faktor Pendukung
-
Fasilitas Alqur’an terjemahan dan perlengkapan sholat sudah disiapkan
oleh orang tua siswa dirumah.
-
Penilaian Tambahan afektif dan psikomotorik bagi siswa yang
melaksanakannya.
-
Difasilitasi dokumentasi melalui via Whatsapp atau google classrom
-
Sebagai absensi kehadiran KBM selama PJJ (daring)
e. Faktor penghambat :
-
Orang tua tekendala laporan whatsapp online dikarenakan kuota
internet/sinyal buruk.
-
Terlambat memberi konfirmasi sebelum waktu KBM bagi yang berhalangan
sakit/datang bulan
f. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa
karakter Reading and Dhuha Time adalah sifat, persepsi, baik-buruk seseorang
dalam menerapkan etika nilai, moral, emosi dan berbagai kemampuan kejiwaan lain
yang tercermin melalui perilakunya dalam menerapkan karakter baik siswa dalam
hal budaya menjalanan ibadah maupun budaya literasi. Karakter juga sebagai
nilai dasar yang tertanam dan yang dimiliki oleh individu sebagai fondasi diri
untuk berbuat baik, sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Pendidikan
karakter adalah suatu pendidikan yang digunakan untuk menanamkan dan mengembangkan
karakter kepada peserta didik, sehingga mereka memiliki karakter yang luhur
setelah memiliki maka dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari bak di
rumah, di sekolah maupun di masyarakat (Wibowo, 2013, hlm. 40). Nyatanya siswa
berkarakterbangsa menjadi harapan orang tua juga harapan masa depan bagi bangsa
ini. Siswa akan menjadi disiplin hadir belajar maupun mampu menerapkan budaya
membaca setiap harinya
No comments:
Post a Comment