Wednesday, December 2, 2020

Praktik Baik di Sekolah

 

“READING AND DHUHA TIME

 

a.      Latar Belakang Masalah

Karakter adalah fondasi dari soft skill yang justru lebih menunjang tingkat kesuksesan seseorang dalam hidupnya. Kemampuan teknis hebat yang tidak diiringi karakter yang baik adalah percuma. Ia tidak akan mampu bekerja sama dan berempati kepada rekannya. Selain itu, penggunaan ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh karakter yang tidak baik akan menghadirkan konsekuensi yang buruk pula. Hal yang paling ditakuti guru bukanlah siswa yang tidak mampu mengikuti mata pelajaran matematika atau mata pelajaran rumit lainnya. Guru lebih khawatir jika siswa tidak dapat belajar mengantre. Mengapa? Karena antrean memuat banyak indikator karakter dari seseorang yang berhasil terdidik.

 

Ketika siswa mampu mengantre, berarti siswa telah mempelajari konsekuensi dari persiapan yang kurang matang, yakni nomor antrean belakang. Sebaliknya, jika mereka sudah datang lebih dulu,  mereka akan mendapatkan nomor antrean lebih awal. Mengantre juga memberikan pelajaran menghargai sistem, hak orang lain, disiplin diri dan konsekuen terhadap perbuatannya sendiri. Kondisi saat ini masa virus Pandemi covid 19 khususnya di Jakarta membuat siswa/i terkendala dalam menghadapi pembelajaran yang akhirnya berujungnya hilang nilai karakter siswa, sehingga harapan siswa/i pun harus melakukan terobosan baru untuk belajar yang inovatif dan efektif. Pembelajaran jarak jauh (daring) membuat siswa menjadi kurangnya pemantauan kedisiplinan karakter siswa maupun sebagai persiapan  belajar, khususnya dalam karakter siswa serta untuk literasi budaya membaca yang semakin berkurang dan sholat Dhuha yang masih belum dikerjakan siswa. Maka perlunya upaya untuk mengarahkan, melatih, memupuk nilai-nilai baik agar menumbuhkan kepribadian yang baik, bijak, sehingga dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungan dan masyarakat luas dalam pembiasan karakter.

 

b.      Strategi dan Langkah mengatasi masalah

 

Pendidikan adalah berbagai upaya untuk mewujudkan pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif belajar dan mengembangkan potensi dirinya menjadi lebih baik dari segi kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, dan sebagainya. Mengupayakan adanya rambu-rambu aturan disiplin  (kegiatan kedisiplinan/kegiatan ibadah) secara berkelanjutan dan monitoring pendampingan siswa secara persuasif.

Sebelum menentukan strategi yang digunakan untuk memberikan pendidikan karakter selama PJJ,  sekolah terlebih dahulu harus mengetahui dahulu faktor apa saja yang mempengaruhi karakter seseorang. Faktor-faktor tersebut, menurut Zubaedi (2012, hlm.177-183) faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan pendidikan karakter bagi sekolah, yakni:

 

Faktor Insting (Naluri),

Insting adalah sikap dan tabiat yang telah terbentuk sejak dilahirkan. Bahwasanya membaca tilawah, tadabur terjemahan Alqur’an serta sholat Dhuha akan ada amal kebaikan dan dicatat oleh Allah SWT yang maha kuasa sehingga tabiat anak mengharapkan imbalan yaitu adanya balasan pahala serta penilaian tambahan pelajaran Agama Islam. Siswa membaca Alquran setiap hari satu halaman dan melaksanakan sholat Dhuha sebanyak 2 rakaat berjamaah

Adat (Kebiasaan),

Suatu perilaku yang sama dan diulang secara terus-menerus hingga menjadi terbiasa. Sebagaimana Tilawah dan sholat Dhuha menjadi kewajiban pembiasaan sebelum KBM dimulai terbiasanya siswa melakukan ibadah ritual setiap hari pada pukul 07.00-07.30 WIB

Keturunan (heredity),

Sifat-sifat anak sebagian merupakan cerminan dari sikap dan sifat orangtuanya, baik secara rohani, maupun jasmani. Orang tua maupun guru menjadi pendamping siswa agar menjadi pemberi moivasi dan monitoring (piket) setiap harinya sesuai jadwal yang sudah ditentukan oleh sekolah.

 

 

Lingkungan (milieu),

Segala hal yang mengelilinginya mulai dari adat istiadat, pergaulan, keadaan sekolah, desa, kota, dsb akan memberikan pengaruh secara langsung atau tidak langsung pada karakter seseorang. Lingkungan baik maka akan terciptalah lingkungan /tradisi yang kondusif  dan bersahaja menjadi siswa yang rendah diri. Pelaksanaanya dilakukan di Gedung Aula (putri) dan Musholla (Putra)

 

c.       Hasil

Kedisiplinan waktu ibadah sholat Dhuha dan Tilawah Alquan menjadikan pembiasaan karakter sehari hai agar siswa mandiri dan inovatif dan bisa dilakukan secara utuh sekaligus pemantauan dari guru maupun orang tua siswa. Hasil yang diharapkan bisa terlaksana 95 % seluruh siswa terbentuk karakter budaya baca dan melaksanakan ibadah dengan mandiri. Tujuan Reading Time dan Dhuha Time meliputi :

-          Mengembangkan potensi nurani/kalbu/afektif peserta didik sebagai warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.

-          Mengembangkan kebiasaan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan denan nilai universal dan tradisi bangsa dan nilai agama yang religius.

-          Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai penerus bangsa.

-          Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan.

-          Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan aman, jujur, kreatif dan bersahabat.

-           

d.      Faktor Pendukung

-          Fasilitas Alqur’an terjemahan dan perlengkapan sholat sudah disiapkan oleh orang tua siswa dirumah.

-          Penilaian Tambahan afektif dan psikomotorik bagi siswa yang melaksanakannya.

-          Difasilitasi dokumentasi melalui via Whatsapp atau google classrom

-          Sebagai absensi kehadiran KBM selama PJJ (daring)

e.       Faktor penghambat :

-          Orang tua tekendala laporan whatsapp online dikarenakan kuota internet/sinyal buruk.

-          Terlambat memberi konfirmasi sebelum waktu KBM bagi yang berhalangan sakit/datang bulan

 

f.       Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa karakter Reading and Dhuha Time adalah sifat, persepsi, baik-buruk seseorang dalam menerapkan etika nilai, moral, emosi dan berbagai kemampuan kejiwaan lain yang tercermin melalui perilakunya dalam menerapkan karakter baik siswa dalam hal budaya menjalanan ibadah maupun budaya literasi. Karakter juga sebagai nilai dasar yang tertanam dan yang dimiliki oleh individu sebagai fondasi diri untuk berbuat baik, sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Pendidikan karakter adalah suatu pendidikan yang digunakan untuk menanamkan dan mengembangkan karakter kepada peserta didik, sehingga mereka memiliki karakter yang luhur setelah memiliki maka dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari bak di rumah, di sekolah maupun di masyarakat (Wibowo, 2013, hlm. 40). Nyatanya siswa berkarakterbangsa menjadi harapan orang tua juga harapan masa depan bagi bangsa ini. Siswa akan menjadi disiplin hadir belajar maupun mampu menerapkan budaya membaca setiap harinya

 

No comments: