Friday, June 26, 2009
Sunday, June 14, 2009
30 Kiat Mendidik Anak
Apabila telah tampak tandatanda tamyiz pada seorang anak, maka selayaknya dia mendapatkan perhatian serius dan pengawasan yang cukup. Sesungguhnya hatinya bagaikan bening mutiara yang siap menerima segala sesuatu yang mewarnainya. Jika dibiasakan dengan hal-hal yang baik, maka ia akan berkembang dengan kebaikan, sehingga orang tua dan pendidiknya ikut serta memperoleh pahala. Sebaliknya, jika ia dibiasakan dengan halhal buruk, maka ia akan tumbuh dengan keburukan itu. Maka orang tua dan pedidiknya juga ikut memikul dosa karenanya. Oleh
karena itu, tidak selayaknya orang tua dan pendidik melalaikan tanggung jawab yang besar ini dengan melalaikan pendidikan yang baik dan penanaman adab yang baik terhadapnya sebagai bagian dari haknya. Di antara adab-adab dan kiat dalam mendidik anak adalah sebagai berikut:
1. Hendaknya anak dididik agar makan dengan tangan kanan, membaca basmalah, memulai dengan yang paling dekat dengannya dan tidak mendahului makan sebelum yang lainnya (yang lebih tua, red). Kemudian cegahlah ia dari memandangi makanan dan orang yang sedang makan.
2. Perintahkan ia agar tidak tergesa-gesa dalam makan. Hendaknya mengunyahnya dengan baik dan jangan memasukkan makanan ke dalam mulut sebelum habis yang di mulut. Suruh ia agar berhati-hati dan jangan sampai mengotori pakaian.
3. Hendaknya dilatih untuk tidak bermewahmewah dalam makan (harus pakai lauk ikan,
daging dan lain-lain) supaya tidak menimbulkan kesan bahwa makan harus dengannya. Juga diajari agar tidak terlalu banyak makan dan memberi pujian kepada anak yang demikian. Hal ini untuk mencegah dari kebiasaan buruk, yaitu hanya mementingkan perut saja.
4. Ditanamkan kepadanya agar mendahulukan orang lain dalam hal makanan dan dilatih dengan makanan sederhana, sehingga tidak terlalu cinta dengan yang enak-enak yang pada akhirnya akan sulit bagi dia melepaskannya.
5. Sangat disukai jika ia memakai pakaian berwarna putih, bukan warnawarni dan bukan
dari sutera. Dan ditegaskan bahwa sutera itu hanya untuk kaum wanita.
6. Jika ada anak lakilaki lain memakai sutera, maka hendaknya mengingkarinya.
Demikian juga jika dia isbal (menjulurkan pakaiannya hingga melebihi mata kaki). Jangan sampai mereka terbiasa dengan hal-hal ini.
7. Selayaknya anak dijaga dari bergaul dengan anak-anak yang biasa bermegah-megahan dan bersikap angkuh. Jika hal ini dibiarkan maka bisa jadi ketika dewasa ia akan berakhlak demikian. Pergaulan yang jelek akan berpengaruh bagi anak. Bisa jadi setelah dewasa ia memiliki akhlak buruk, seperti: Suka berdusta, mengadu domba, keras kepala, merasa hebat dan lainlain,
sebagai akibat pergaulan yang salah di masa kecilnya. Yang demikian ini, dapat dicegah dengan memberikan pendidikan adab yang baik sedini mungkin kepada mereka.
8. Harus ditanamkan rasa cinta untuk membaca al Qur’an dan bukubuku, terutama di
perpustakaan. Membaca al Qur’an dengan tafsirnya, hadits-haditsNabi dan juga pelajaran fikih praktis dan lain-lain.Dia juga harus dibiasakan menghafal nasihat-nasihat yang baik, sejarah orang-orangshalih dan kaum zuhud, mengasah jiwanya
agar senantiasa mencintai dan meneladani mereka. Dia juga harus diberitahu tentang buku dan faham Asy’ariyah, Mu’tazilah, Rafidhah dan juga kelompok-kelompok bid’ahlainnya agar tidak terjerumus ke dalamnya. Demikian pula aliranaliran sesat yang banyak berkembang di daerah sekitar, sesuai dengan tingkat kemampuan anak.
9. Dia harus dijauhkan dari syair-syaircinta gombal dan hanya sekedar menuruti hawa nafsu, karena hal ini dapat merusak hati dan jiwa.
10. Biasakan ia untuk menulis indah (khath) dan menghafal syair-syair tentang kezuhudan
dan akhlak mulia. Itu semua menunjukkan kesempurnaan sifat dan merupakan hiasan
yang indah.
11. Jika anak melakukan perbuatan terpuji dan akhlak mulia jangan segan-seganmemujinya atau memberi penghargaan yang dapat membahagiakannya. Jika suatu kali melakukan kesalahan, hendaknya jangan disebarkan di hadapan orang lain sambil dinasihati bahwa apa yang dilakukannya tidak baik.
12. Jika ia mengulangi perbuatan buruk itu, maka hendaknya dimarahi di tempat yang terpisah dan tunjukkan tingkat kesalahannya. Katakan kepadanya jika terus melakukan itu, maka orang-orang akan membenci dan meremehkannya. Namun jangan terlalu
sering atau mudah memarahi, sebab yang demikian akan menjadikannya kebal dan
tidak terpengaruh lagi dengan kemarahan.
13. Seorang ayah hendaknya menjaga kewibawaan dalam berkomunikasi dengan anak. Jangan menjelek-jelekkan atau bicara kasar, kecuali pada saat tertentu. Sedangkan seorang ibu hendaknya menciptakan perasaan hormat dan segan terhadap ayah dan memperingatkan anak-anakbahwa jika berbuat buruk maka akan mendapat ancaman dan kemarahan dari ayah.
14. Hendaknya dicegah dari tidur di siang hari karena menyebabkan rasa malas (kecuali
benarbenar perlu). Sebaliknya, di malam hari jika sudah ingin tidur, maka biarkan ia tidur (jangan paksakan dengan aktivitas tertentu, red) sebab dapat menimbulkan kebosanan dan melemahnya kondisi badan.
15. Jangan sediakan untuknya tempat tidur yang mewah dan empuk karena mengakibatkan badan menjadi terlena dan hanyut dalam kenikmatan. Ini dapat mengakibatkan sendi-sendi
menjadi kaku karena terlalu lama tidur dan kurang gerak.
16. Jangan dibiasakan melakukan sesuatu dengan sembunyisembunyi, sebab ketika ia melakukannya, tidak lain karena adanya keyakinan bahwa itu tidak baik.
17. Biasakan agar anak melakukan olah raga atau gerak badan di waktu pagi agar tidak timbul rasa malas. Jika memiliki ketrampilan memanah (atau menembak, red), menunggang kuda, berenang, maka tidak mengapa menyibukkan diri dengan kegiatan itu.
18. Jangan biarkan anak terbiasa melotot, tergesagesa dan bertolak (berkacak) pinggang
seperti perbuatan orang yang membangggakan diri.
19. Melarangnya dari membanggakan apa yang dimiliki orang tuanya, pakaian atau makanannya di hadapan teman sepermainan. Biasakan ia bersikap tawadhu’, lemah lembut dan menghormati temannya.
20. Tumbuhkan pada anak (terutama laki-laki) agar tidak terlalu mencintai emas dan perak
serta tamak terhadap keduanya. Tanamkan rasa takut akan bahaya mencintai emas dan perak secara berlebihan, melebihi rasa takut terhadap ular atau kalajengking.
21. Cegahlah ia dari mengambil sesuatu milik temannya, baik dari keluarga terpandang (kaya), sebab itu merupakan cela, kehinaan dan menurunkan wibawa, maupun dari yang fakir, sebab itu adalah sikap tamak atau rakus. Sebaliknya, ajarkan ia untuk memberi karena itu adalah perbuatan mulia dan terhormat.
22. Jauhkan dia dari kebiasaan meludah di tengah majelis atau tempat umum, membuang ingus ketika ada orang lain, membelakangi sesama muslim dan banyak menguap.
23. Ajari ia duduk di lantai dengan bertekuk lutut atau dengan menegakkan kaki kanan dan
menghamparkan yang kiri atau duduk dengan memeluk kedua punggung kaki dengan
posisi kedua lutut tegak. Demikian cara-cara duduk yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam.
24. Mencegahnya dari banyak berbicara, kecuali yang bermanfaat atau dzikir kepada Allah
ta’aala.
25. Cegahlah anak dari banyak bersumpah, baik sumpahnya benar atau dusta agar hal tersebut tidak menjadi kebiasaan.
26. Dia juga harus dicegah dari perkataan keji dan sia-sia seperti melaknat atau mencaci
maki. Juga dicegah dari bergaul dengan orang-orang yang suka melakukan hal itu.
27. Anjurkanlah ia untuk memiliki jiwa pemberani dan sabar dalam kondisi sulit. Pujilah ia
jika bersikap demikian, sebab pujian akan mendorongnya untuk membiasakan hal tersebut.
28. Sebaiknya anak diberi mainan atau hiburan yang positif untuk melepaskan kepenatan
atau refreshing, setelah selesai belajar, membaca di perpustakaan atau melakukan kegiatan lain.
29. Jika anak telah mencapai usia tujuh tahun maka harus diperintahkan untuk shalat dan
jangan sampai dibiarkan meninggalkan bersuci (wudhu) sebelumnya. Cegahlah ia dari berdusta dan berkhianat. Dan jika telah baligh, maka bebankan kepadanya perintahperintah.
30. Biasakan anakanak untuk bersikap taat kepada orang tua, guru, pengajar (ustadz) dan
secara umum kepada yang usianya lebih tua. Ajarkan agar memandang mereka dengan penuh hormat. Dan sebisa mungkin dicegah dari bermainmain di sisi mereka (mengganggu mereka).
Demikian adabadabyang berkaitan dengan pendidikan anak di masa tamyiz hingga masa-masa
menjelang baligh. Uraian di atas adalah ditujukan bagi pendidikan anak laki-laki. Walau demikian, banyak di antara beberapa hal di atas, yang juga dapat diterapkan bagi pendidikan anak perempuan.
Wallahu a’lam.
Thursday, June 11, 2009
PENDIDIKAN ENTREPRENEURSHIP DI USA, EROPA, DAN ASIA
Walaupun spirit entrepreneurship telah tumbuh meluas dengan pesat di berbagai negara, namun informasi kurikulum dan metode pendidikan entrepreneurship sangat bervariasi yang berbeda satu dengan lainnya. Di bab ini akan disajikan bagaimana pendidikan entrepreneurship berkembang di Amerika, Eropa dan di Asia. Dari uraian ini diharapkan dapat memberi inspirasi bagaimana pendidikan entrepreneurship seharusnya di terapkan di UB khususnya dan di Indonesia pada umumnya.
Pendidikan entrepreneurship di Amerika tumbuh secara pesat di tahun 1950an dan awal 1960an yang dimotori oleh McClelland’s. Bertahun-tahun peranan pendidikan entrepreneurship menjadi penting dalam bisnis sampai akhirnya pemerintah Amerika pada awal tahun 1990an menyatakan bahwa pendidikan entrepreneurship menduduki peringkat ke 6 faktor utama dari 60 faktor yang direkomendasikan untuk memecahkan permasalahan dalam pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM). Banyak pemahaman yang ada di Amerika utara tentang pendidikan entrepreneurship, namun pada prinsipnya pendidikan entrepreneurshi disana diarahkan untuk mendorong tumbuhnya kreasi bisnis yang indipenden. Dalam pertumbuhannya banyak perguruan tinggi yang menyelenggarakan kuliah pendidikan entrepreneurship, namun keberhasilan tertinggi diperoleh dari adanya kemampuan atau skill mengajar yang baik serta kesesuaian antara kebutuhan mahasiswa dengan teknik pembelajaran. Kesimpulan menarik lain yang diperoleh adalah bahwa entrepreneurship dapat dipelajari asalkan dengan metode pembelajaran yang baik. Disepakati oleh para pendidik bahwa pendidikan entrepreneurship adalah berbasis scientific yang akan mampu menumbuhkan seni (Artistic) dan kreativitas memulai entrepreneurship. Lebih lanjut bahkan di nyatakan kelompok yang telah menyelesaikan pendidikan entrepreneurship memiliki tingkat keberhasilan yang sangat nyata lebih baik bila dibandingkan dengan entrepreneur yang tanpa menjalani pendidikan entrepreneurship dalam berbisnis.
Keberhasilan pendidikan entrepreneurship tidak ditengarai oleh banyaknya individu/mahasiswa yang telah lulus pelatihan namun lebih diukur dari dampaknya terhadap sosial-ekonomi/socioeconomic dari usaha yang telah di kreasi/dibentuk. Isu dampak sosial ekonomi kemudian juga diperluas dengan banyaknya lapangan kerja, jumlah tenaga kerja yang dapat terserap, jumlah usaha dan jenis usaha serta potensinya bagi pertumbuhan ekonomi.
Walaupun tidak ada definisi yang tegas tentang tujuan pendidikan, namun dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi dan mempersiapkan potensi peserta (civitas academica) sebagai enterpreneurs/pengusaha untuk start-ups
2. Mempersiapkan partisipan (civitas academica) untuk membuat business plan/rencana bisnis untuk usaha baru (new venture)
3. Fokus pada isu kritis yang dibutuhkan guna proyek entrepreneurial misalnya penelitian pasar, finansial usaha, legal essue dll.
4. Memungkinkan berkembangnya secara berkelanjutan dan perilaku pengambilan resiko (risk-taking behavior)
Untuk mencapai itu semua, pendidikan entrepreneurship di Amerika dan juga di Eropa mengikuti pola pendidikan yang dimulai dari merancang struktur kurikulum mata kuliah entrepreneurship yang terdiri dari tujuan, isi, metode pendekatan dan deliveri kuliahnya yang kesemuanya harus mempertimbangkan kebutuhan partisipan pendidikan entrepreneurship. Keefektifan pendidikan entrepreneurship akan ditentukan oleh potensi pertumbuhan pendidikan entrepreneurship yang mempertimbangkan etika dan perspektif terkini pendidikan tersebut.
Pendidikan entrepreneurship yang dilakukan di Asia sedikit berbeda dalam aspek apa yang dilakukan di Amerika dan Eropa. Perbedaan tersebut bersumber pada kultur yang berbeda. Asia lebih memiliki kultur yang lebih bersifat kekeluargaan dan lebih kearah family business sedangkan di Amerika dan Eropa lebih bersifat individual atau sebagai corporate. Karena pertimbangan tersebut maka model pendidikan entrepreneurship di Asia kemungkinan akan lebih tepat untuk diterapkan di Indonesia dengan minimum penyesuaian.
Saturday, June 6, 2009
Don't Worry about Criticism
Basic Techniques in Analyzing Worry
2. Weigh all the facts — then come to a decision.
3. Once a decision is reached, act!
4. Write out and answer the following questions:
a. What is the problem?
b. What are the causes of the problem?
c. What are the possible solutions?
d. What is the best possible solution?
Break the Worry Habit Before It Breaks You
1. Keep busy.
2. Don’t fuss about trifles.
3. Use the law of averages to outlaw your worries.
4. Cooperate with the inevitable.
5. Decide just how much anxiety a thing may be worth and refuse to give it more.
6. Don’t worry about the past.
Cultivate a Mental Attitude that will Bring You Peace and Happiness
1. Fill your mind with thoughts of peace, courage, health and hope.
2. Never try to get even with your enemies.
3. Expect ingratitude.
4. Count your blessings — not your troubles.
5. Do not imitate others.
6. Try to profit from your losses.
7. Create happiness for others.
The Perfect Way to Conquer Worry
1. Pray.
Prevent Fatigue and Worry and Keep Your Energy and Spirits High
1. Rest before you get tired.
2. Learn to relax at your work.
3. Protect your health and appearance by relaxing at home.
4. Apply these four good working habits:
a) Clear your desk of all papers except those relating to the immediate problem
at hand.
b) Do things in the order of their importance.
c) When you face a problem, solve it then and there if you have the facts necessary
to make a decision.
d) Learn to organize, deputize and supervise.
5. Put enthusiasm into your work.
6. Don’t worry about insomnia.
Don't Worry about Criticism
1. Remember that unjust criticism is often a disguised compliment.
2. Do the very best you can.
3. Analyze your own
http://www.dalecarnegie.com/pdfs/gbflash_English.pdf
“Orang yang berhasil akan mengambil manfaat dari kesalahan-kesalahan yang ia lakukan, dan akan mencoba kembali untuk melakukan dalam suatu cara yang berbeda”
(Dale Carnegie)
Jadilah Proaktif
Jadilah proaktif merupakan prinsip visi pribadi. Saat ini kata proaktif umum digunakan de-ngan pengertian inisiatif. Kata PROAKTIF yang dimaksudkan dalam 7 kebiasaan manusia yang sangat efektif lebih dari inisiatif. Proaktif yang dimaksud disini adalah sebagai manusia kita bertanggung jawab atas hidup kita sendiri, sikap kita merupakan keputusan yang kita pilih berdasarkan nilai-nilai yang kita anut tidak dipengaruhi oleh kondisi, perasaan atau lingkungan kita.
Ciri-ciri Manusia Proaktif :
Merespon sesuai dengan nilai-nilai yang dianut
Menerima tanggung jawab atas perilakunya
Berfokus dalam lingkaran pengaruh mereka
Ada beberapa hal yang akan kita kenal dalam kebiasaan yang satu ini.
PERILAKU REAKTIF
Orang-orang yang reaktif membiarkan pengaruh-pengaruh luar (suasana hati, perasaan, situasi yang ada) mengendalikan respon- respon mereka.
Determinisme Genetis
Determinisme genetis mengatakan bahwa kakek, nenek atau nenek moyang adalah yang berbuat begitu kepada Anda sehingga Anda mempunyai sifat seperti ini. Misalnya nenek mo-yang Anda pemarah, sifat ini diturunkan dari generasi ke gene-rasi, dan diwariskan kepada An- da. Apabila Anda menghadapi masalah, Anda selalu menjadi pemarah karena Anda merasa “dari sananya” saya pemarah.
Determinisme Psikis
Determinisme psikis mengatakan orangtua Andalah yang berbuat begitu kepada Anda. Pendidikan dan pengasuhan selama masa kanak-kanak mem- bentuk kecenderungan pribadi dan karakter Anda. Pengalaman masa kanak-kanak tertanam da-lam alam bawah sadar Anda. Apabila yang tertanam merupakan hal-hal buruk maka hal ini akan berpengaruh pada masa dewasa, dan dalam mengha-dapi masalah yang berhubung- an dengan hal tersebut maka Anda akan berkata orang tua saya mendidik saya seperti itu.
Determinisme Lingkungan
Determinisme mengatakan atasan Anda, pasangan Anda, anak-anak Anda, situasi ekono-mi, yang membuat Anda se- perti saat ini. Anda merasa tidak bertanggung jawab terhadap hal-hal yang terjadi karena lingkungan Anda.
PERILAKU PROAKTIF
Manusia proaktif menggunakan ruang kebebasan yang dimilikinya untuk membuat pilihan-pilihan yang paling sesuai dengan nilai-nilai yang dianutnya dan bertanggung jawab atas pilihannya.
Dalam ruang kebebasan itu manusia proaktif berpikir menggunakan 4 anugerah manusiawi. Mengapa manusiawi? Oleh karena 4 anugerah ini hanya di- berikan Tuhan kepada manusia, tidak kepada hewan atau ma-khluk hidup lainnya.
ANUGERAH MANUSIAWI
Kesadaran Diri
Memungkinkan kita memisahkan diri dan memeriksa cara kita “melihat” diri sendiri. Hal ini mempengaruhi sikap dan pe-rilaku kita juga mempengaruhi bagaimana kita melihat orang lain.
Imajinasi
Kemampuan untuk membayangkan hal-hal diluar pengalaman maupun realitas yang ada.
Hati Nurani atau Suara Hati
Kesadaran batin tentang hal benar dan hal salah, tentang prin- sip-prinsip yang kita yakini dan tindakan yang selaras dengan prinsip tersebut.
KEHENDAK BEBAS
Kemampuan bertindak berdasarkan kesadaran diri, bebas dari pengaruh luar.
Ciri ketiga dari manusia proaktif adalah berfokus pada
LINGKARAN PENGARUH,
apabila kita membahas lingkaran pengaruh maka kitapun akan membahas lingkaran ke-pedulian, karena keduanya tidak dapat dipisahkan.
Lingkaran Kepedulian
Hal-hal yang berada diluar diri kita yang tidak dapat kita kontrol misalnya kondisi eko-nomi saat ini, bahaya alam (angin topan La Nina), utang negara, situasi politik.
Lingkaran Pengaruh
Hal-hal yang dapat kita kontrol, hal-hal yang kita dapat lakukan sesuatu terhadapnya. Manusia proaktif berfokus pada lingkaran pengaruh, me-reka melakukan hal-hal yang terhadapnya mereka dapat ber- buat sesuatu. Sifat energinya adalah positif, yang mengakibatkan lingkaran pengaruh mereka meningkat.
Manusia yang reaktif berpusat pada lingkaran kepedulian dengan mengatakan:
“Seandainya saja saya mempunyai atasan yang penuh pengertian …”
“Seandainya saja saya mempunyai harta yang lebih banyak …”
“Seandainya saja saya mempunyai istri yang lebih bijaksana …”
“Seandainya saja saya mempunyai lebih banyak waktu …”
Banyak angan-angan disana tetapi tidak melakukan sesuatu, dipenuhi oleh mimpi namun tidak berusaha mewujudkan mimpi.
Manusia proaktif berpusat pada lingkaran pengaruh, dipe-nuhi dengan MENJADI. Saya dapat menjadi lebih sabar, menjadi bijaksana, menjadi penuh kasih, menjadi pendengar yang baik. Manusia proaktif tidak hanya berangan-angan atau peduli terhadap sesuatu tetapi melakukannya dan mewujudkannya, berusaha MENJADI diperlukan inisiatif dan keinginan yang kuat.
Jadilah proaktif adalah perubahan dari dalam keluar, untuk menjadi berbeda dan dengan menjadi berbeda dapat mengadakan perubahan se-hingga saya dapat menjadi lebih rajin, saya menjadi lebih kreatif, saya menjadi lebih dapat bekerja sama.
Proaktif, ada ruang untuk berpikir dan memilih respon setelah stimulus datang. Akan tetapi walaupun kita bebas untuk memilih tindakan kita, kita tidak bebas untuk memilih konsekuensi dari tindakan itu, karena konsekuensi diatur oleh hukum alam.
Kon- sekuensi berada dalam lingkaran kepedulian. Oleh karena itu hiduplah selaras dengan prinsip agar membawa konsekuensi positif, melanggar prinsip akan menghasilkan konskuensi negatif. Sekali lagi manusia proaktif bertanggung jawab atas pilihannya, apabila yang dipilih berakibat negatif/kesalahan maka akuilah dan belajar darinya karena “Keberhasilan berada pada ujung lain dari kegagalan”
Berikut kumpulan ebook gratis free http://www.namagraph.com/?p=381
Tuesday, June 2, 2009
Ringkasan Seven Habits by Stephen R Covey
Menghargai Perbedaan
Intisari sinergi adalah menghargai perbedaan mental, emosional dan pskologis diantara orang-orang. Kunci untuk menghargai perbedaan itu adalah menyadarkan bahwa semua orang memandang dunia, tidak sebagaimana adanya. namun sebagaimana mereka (perbedaan dalam memandang). Orang yang benar-benar efektif memiliki kerendahan hati dan menghargai
untuk mengenali batasan persepsi yang dimilikinya dan menyadari kekayaan akal/sumber yang tepat melalui interaksi hati dan pikiran dari sisi kemanusiawian yang lain.
Dua orang bisa tidak setuju dan keduanya bisa benar adalah sesuatu yang tidak logis, ini psikologis. Dan ini kenyataan. Kita melihat sesuatu yang sama, tetapi menginterprestasikan secara berbeda, keadaan kitalah yang menyebabkannya. Jika tidak, kita menilai perbedaan dalam persepsi kita dan berusaha mengerti bahwa hidup tidak selalu sesuatu yang dikotomi
(benar atau salah) dan/atau, disana ada alternatif ketiga, kita tidak akan pernah mampu melebihi ambang batas kondisi kita. Jika dua orang memiliki opini yang sama, sesuatu yang tidak penting. Jika demikian, bila saya menjadi sadar terhadap perbedaan dalam persepsi
kita, saya berkata “Hebat! Bantu aku melihat apa yang kau lihat.” Dengan mengerjakannya, saya tidak hanya mengembangkan kewaspadaan, tapi saya juga mengiyakan. Saya memberimu hawa psikologis. Saya membuat suatu lingkungan untuk bersinergi.
Menekankan Analisis di Lapangan
Sesuai dengan Kurt Lewin, seorang sosiologis, tahapan sekarang dari unjuk kerja atau keberadaan kita adalah posisi keseimbangan, antara tekanan untuk menjalankan dorongan pergerakan naik dan menahan tekanan untuk turun. Dorongan (driving force) adalah positif, bersifat pribadi, dan berkesadaran. Menahan (restraining force) adalah negatif, emosional, tidak berkesadaran, bersifat sosial/psikologis. Kedua tekanan harus bersangkutan dengan perubahan. Menaikan dorongan akan memberikan hasil sementara. Kadang, tekanan menahan akan beraksi mirip pegas yang membalikkannya ke tahap semula. Untuk menghasilkan sinergi, konsep menang/menang, sinergi pengertian dan pencarian bersama digunakan untuk bekerja langsung pada dorongan menahan. Kalo begitu libatkan orang dalam proses, sehingga mereka mengerti, apa yang menjadikan permasalahan. Mereka akan berlaku menjadi bagian penting dari solusi. Sebagai suatu hasil, berbagai sasaran bisa diciptakan, sehingga perusahaan bisa bergerak maju. Proses legal harus menjadi pilihan terakhir, bukan pertama, ditempatkan paling akhir karena membuatnya menjadi blok-blok, membuat sinergi
hal yang tidak mungkin menjadi nyata.
silahkan download http://www.profitadvisors.com/7-habits-summary-Vind1.pdf
Monday, June 1, 2009
Manfaatkan Kelebihan Anda
Manfaatkan Kelebihan Anda
KALAU mau jujur, sebenarnya tiap orang memiliki kekurangan dan kelebihan. Lantas pertanyaannya, kenapa banyak orang tidak mau memanfaatkan kelebihannya? Padahal, jika kelebihan itu dikelola dengan baik, bisa mendatangkan hasil yang baik. Bahkan bisa menghasilkan uang.
Misalnya, Si A punya bakat menggambar. Tetapi dia tidak mau memanfaatkannya. Dia pilih wiraswasta yang sebenarnya bukan bakatnya. Akibatnya dia sering bangkrut.
Ketika bangkrut itulah Si A ingat akan kelebihannya. maka diapun segera membeli kanvas dan cat untuk melukis. Dia mulai mengembangkan bakatnya. Tidak hanya itu, dia juga belajar membuat animasi menggunakan software. Mulai dari animasi biasa hingga animasi 3D. Karena Si A berbakat, maka dalam waktu singfkat dia berkembang pesat.
Dia membuat lukisan-lukisan di kanvas dengan tata warna yang menarik. Dia membuat komik. Dia membuat iklan animasi di internet dan dikomersilkan. Kemudian dia membuat studio atau ruang kerja yang menarik di rumahnya.
Tidak hanya itu, diapun kursus fiberglass. Dia membuat desain mebel yang unik dan menarik. Tetangganyapun mulai banyak yang memesan mebel dengan desain-desain unik yang tidak dijual di toko. Bahkan, dia dibantu oleh beberapa orang karyawannya.
Kalau dulu dia yang mencari uang, maka sekarang terbalik, uang yang mencari dia. Semua karena dia memahami akan kelebihan yang dia miliki. Bukankah sebenarnya tiap orang memiliki kelebihan? Bukankah tiap orang punya talenta atau bakat? Kenapa banyak orang mengkhianati bakatnya?
Nah, mulai hari ini Anda harus jujur mengakui kelebihan yang Anda miliki, kembangkan dan kembangkan hingga sampai pada titik yang optimal. Banyak orang mendadak kaya hanya karena dia mau dan mampu mengembangkan kelebihannya.
Oleh karena itu sebenarnya hidup ini tidak perlu dihadapi dengan pesimistis. Hidup sebenarnya selalu membuka berbagai kemungkinan. Hidup senantiasa memberikan harapan bagi siapa saja yang mau dan mampu mengembangkan kelebihannya.