Setiap anak mempunyai kebebasan berpikir, bermain, maupun beradaptasi dengan orang lain namun tentunya ada batasan dalam kebebasannya. Salah seorang anak mengeluh jika pembelajaran hanya sebatas kejar nilai target atau setoran hafalan namun akhirnya membuat si anak menjadi stres bahkan menjadi bingung dalam belajarnya yang akhirnya tidak konsentrasi sampai juga menimbulkan anak sakit demam atau malas dalam belajarnya. Komunikasi orang tua dan anak kadang hanya sebatas pertemuan dalam sepatah kata "Bagaimana nilaimu atau sudah kerjakan PR nya buat besok ?". Itulah kilahan bagi sang orang tua. Akhirnya anak lebih memilih menyendiri, bersembunyi atau bermain tanpa memikirkan tugas-tugas maupun harapan nilai-nilai pelajarannya "apa adanya". Seringkali orang tua kurang memahami apakah anaknya sudah memberikan kebebasannya dalam pelajaran ? Padahal mereka sebagian besar stres terhadap pelajaran atau kurang nyaman dalam belajarnya.
Yang terpenting adalah bagaimana orangtua mengatur waktu, mengajarkan kepada anak agar mereka dapat mengenali dan mengekspresikan emosi mereka, dengan menggunakan cara-cara sehat untuk mengatasi stres yang mereka alami. Orangtua dapat membantu mempersiapkan anak-anak untuk menghadapi masalah apapun secara bersama. Hasil polling yang dilakukan, teryata yang menyebabkan stres pada anak adalah: Nilai, sekolah dan rumah (36%), keluarga (32%), dan teman-teman, gosip, dan gangguan lainnya (21%).
Dan yang dilakukan anak-anak untuk mengatasi atau menghilangkan stres adalah dengan cara, sebagai berikut;
- 52% bermain atau melakukan sesuatu yang aktif.
- 44% mendengarkan musik.
- 30% berbicara dengan seorang teman.
- 29% tidak mencoba untuk berpikir tentang hal ini.
- 28% mencoba melakukan atau mengerjakan sesuatu.
- 26% makan sesuatu.
- 23% meluapkan emosinya dengan marah dan membanting benda.
- 22% berbicara dengan orangtua.
- 11% menangis.
Kurangnya tindakan untuk mengantispasi anak yang stres bahkan orang tua pun stres melihat anaknya kurang semangat dalam belajar dan sedih karena prestasinya rendah. Ini adalah PR buat keluarga sang pendidik utama dalam menentukan masa depan bagi si Anak bukan guru saja. Yang akhirnya ujung-ujungnya Guru menjadi tumpuan bagi perubah sang anak didiknya. Apakah guru jadi tumpuan utama perubah ? tentu saja tidak, jika saja anak membuat stres karena orang tua kurang berkomunikasi atau tidak membiasakan jadwal belajarnya dengan baik bahkan sedikit memberikan kebebasannya dalam bermain. Bahkan dalam ungkapan salah satu anak berkata "Aku bermain futsal untuk menghilangkan stres". Lihatlah ternyata ungkapan itu menjadi ujung tombak bagi siswa bahwa si Anak membutuhkan waktunya bermain, bercengkraman, berdiskusi dengan si Anak agar bisa menyenangkan dalam belajar. Bahkan barangkali dirumah pun si anak tidak ada tempat bermain, bercanda dengan teman sebayanya yang akhirnya lebih memilih bermain teman sebayanya.
Kini waktunya anak membutuhkan bermain, diskusi belajar yang menyenangkan, bercanda dengan senang tentunya membuat si anak tidak stres bahkan menjadi sakit, karena kurangnya pengalaman, interaksi, adaptasi pada lingkungannya. Ini tergantung bagaiamana si Orang tua menyeleksi bahkan mencoba mengawasi apakah anak tersebut mendapat pergaulan yang baik dalam bermainnya. Sangat perlu sekali pengawasan tersebut apalagi anak harus tahu bagaimana tanggung jawabnya, kemandiriannya juga kesadarannya.
Sekitar 25% dari anak-anak yang disurvei mengatakan bahwa ketika mereka bingung, mereka kadang memukul kepalanya dengan sesuatu atau melakukan sesuatu yang lain untuk menyakiti diri. Orangtua harus waspada bahwa anak-anak akan melakukan sesuatu untuk membahayakan dirinya saat mereka stres.
Jajak pendapat yang juga mengungkapkan berita penting bagi orangtua. 75% dari anak-anak yang disurvei mengatakan mereka ingin agar orangtua membantu mereka memecahkan masalah. Jadi saat anak Anda stres cobalah untuk menghabiskan waktu bersama mereka.
Saya memberikan poin utama menghilangkan stres bagi si anak :
1. Ajaklah mereka berolahraga dengannya maupun teman sekolahnya agar ia semangat.
2. Ajaklah mereka berkunjung ketempat toko buku atau perpustakaan agar mengetahui pembelajaran mana yang ia sukai.
3. Sediakan waktu dan dengarkan anak Anda dengan senyuman, meminta mereka untuk memberitahu apa yang salah saat ia membicarakan persoalan.
4. Tanggapi secara bijkasana dalam mengambil keputusan dan tambahkan rasa humor Anda.
5. Evaluasi apakah ada tekanan dan cek ulang dalam prestasinya, jangan lupa berikan reward untuknya.
6. Perbanyak doa dan selalu meningkatkan ibadah bersamanya agar terkontrol dan bisa perhatian dengan si anak
Semoga Tips ini menjadikan anak selalu bersemangat dan terhindar dari kezhaliman bagi si Anak, kepedulian dari orang tua sangat penting sekali dan sangat di tunggu olehnya agar stres yang menimpa dirinya tidak membuat emosi bahkan menjadi sangat menyenangkan dalam kehidupannya sehari-hari. wallahu'alam bi showab
Dian Parikesit, S.Pd