Semakin lama zaman semakin modern, bumi pun juga semakin tua ketika punahnya bumi atau istilahnya tidak kuat dengan usia yang terlampau tua dan besar maka mudahlah ia rapuh maupun mudah terkena penyakit. Akankah dunia mudah terkena penyakit ? Maka istilah dokter mengatakan "mencegah lebih baik daripada mengobatinya". Ketika semakin banyaknya media informasi maka makin banyak pula tantangan dan ujian yang akan dialami dunia pendidikan. Begitu banyak hobi dan bakat siswa dalam menempuh dunia teknologi informasi yang terus diminati namun juga sering terjadi akhirnya lalai dalam memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Sebagian besar yang kami alami begitu habisnya waktu untuk siswa melakukan kegiatan refresingnya dengan televisi, komputer , internet namun minat untuk membaca semakin berkurang. Begitu banyaknya kemodernan informasi yang didapatkan dari ilmu informasi namun tidak dilandasi dengan kekaryaan terbarunya melalui tulisan dan tangan pena mereka. Yang hanya mereka bisa copy/paste, fotocopy, rekam, atau mendapatkan modul bahan ajaran.
Pertanyaan besar dalam diri saya apakah mereka selama ini hanya bisa menyontek atau meniru ? Namun yang sangat disayangkan bagaimana siswa dilatih untuk menulis, membaca bahkan mempresentasikan hasil kekaryaannya dimulai dengan kemandirian dan tanggung jawab kepribadian. Sungguh luarbiasa nya dunia informasi seperti internet yang akhirnya masih terjadinya meniru bahkan banyak kurang kreatifnya siswa untuk melakukan potensi yang harus dikembangkan. Siswa justru lebih banyak bermain face book, chatting bahkan game online bagaimana siswa selalu berkomunikasi melalui sms yang terus menerus yang hanya masalahnya ia tidak berjumpa ataupun tidak tahu informasi dari sahabatnya. Justru sms, facebook menjadi penting dibandingkan kemandirian dan kesadaran belajar, diskusi maupun bermain sesuai kaidah pendidikan yang baik.
Akankah dunia bisa dibatasi dengan informasi ini ? Tentu saja tidak, dunia semakin terus berkembang dan maju dengan teknologinya maupun model zaman forman yang akan membentuk karater manusia pada masa yang akan datang. Tentu setiap zaman harus mempunyai aturan batasan yang tidak sampai terobsesi anak menjadi budak informasi ataupun pengikut internet. Batasan perlu adanya sistem yang mewakili dari bakat dan kreativitas siswa maupun budaya yang memang harus merka kembangkan. Akan tetapi modal batasan juga harus dikelola dengan baik dan benar. bagaimana karakter anak membentuk tanggung jawab, berprestasi serta dapat sadar dengan sendirinya bisa menghasilaan kekaryaan yang baru. bukan justru terobsesi menjadi budak atau secara otomatis hanya peniruan bakat saja tanpa ada hasil karya yang ditemukannya.
Ubahlah bagaimana anak bisa membuat tulisan tersendiri (blog/memoar), memberikan diskusi, bahkan bagaimana anak dengan sadar bisa menggunakan jilbab menutup auratnya), sholat dan tilawah dengan kesadaran diri dan bisa dipertanggung jawabkan dengan akhirnya evaluasi pun akan menjadi membanggakan bagi keluarga maupun dunia pendidikan tidak harus mengikuti lomba event tertentu tapi harus dilandasi dengan batas wajar yang menurut orang tua wajib untuk menuntut anaknya agar tidak terobsesi hal-hal yang merugikan bagi si anak. Apalagi bagi dunia pendidikan. Berapa banyak informasi begitu hebatnya yang akhirnya bisa menutup usia tua namun banyak terjangkit penyakit yang mudah melemahkan belajar (malas, ngantuk, tidak peduli, emosional, pelit, berkelahi dan lain-lain).
itulah pelajaran tantangan bagi dunia pendidikan apakah kita bisa mengelola dunia ini tanpa batas ? kalo memang tidak ada batas siapa yang bisa mengawasi bahkan yang mengobatinya dengan resep yang manjur bahkan sehat sepanjang zamannya. Itupun kalo kita bisa mempertahankan arti budaya tradisional. Ternyata yang benama tradisional pun mempunyai makna dan manfaat yang banyak sekali untuk meningkatkan bakat maupun kemandirian siswa secara efektif dan efisien . Wallahu' alam bishowab
Dian Parikesit, S.Pd
No comments:
Post a Comment