Tuesday, January 5, 2010

Terlalu Bagus menjadi Kenyataan ?


Kekuatan potensi siswa diukur bukan hanya dilihat dari akademik namun juga harus dilihat dari segi psikomotorik. Bagaimana bisa seorang anak untuk berusaha menempuh pendidikan dengan nilai target yang dicapai kalo harus dibunuh karakter pribadinya. Kepuasan seorang peserta didik justru di berikan melalui pengalaman siswa seutuhnya dari proses pembelajaran dan ilmu tambahan dari informasi media, komunikasi, maupun dari sahabat pribadinya yang membuat anak mencari identitasi kehidupan pengalaman yang seutuhnya. Cita-cita anak tak harus dibuat oleh orang tua yang mengharuskan target pembelajaranya standar tinggi dalam proses nilai belajar. Jika keadaan seperti itu maka anak Indonesia belum menjadikan anak yang mandiri dan hanya bersifat parsial tanpa mengelola dan memanfaatkannya dari psikomotoriknya yang dicapai dalam pendidikan.

Sangat berpeluang jika anak diberikan pembelajaran tanggung jawab, kepeminpinan, pengorganisasian, serta bagaimana siswa dapat merancang tujuan pendidikan yang terampil tanpa harus menargetkan nilai yang ditargetkan disekolahnya maupun target bagi si Orang tua. Pembelajaran tanggung jawab, kepeminpinan siswa sangat baik sekali  ketika dalam variasi kegiatan belajarnya mampu membuat rancangan hasil karya dan produktivitas kinerja yang benar-benar dilatih agar siswa bisa menerapkan bagaimana siswa berpikir apa arti tujuan akhir belajar di sekolahnya. Yang diinginkan sebagian besar siswa untuk bersekolah adalah pendidikan yang baik, mendapatkan teman, bersenang-senang meski harus diakui segala keinginannya adalah kedamaian hati dan mampu berpikir dengan kesadaran diri. Namun  jika diperhatikan kebanyakan kasus, orang tua/guru hanya berpikir bisa mendidik kompetensi tapi justru sulit untuk mendidik karakter siswa. 

Ubahlah persepsi kita agar menjadikan pembelajaran/sekolah yang bagus, tapi bukan sekolah yang berprestasi tinggi A, B, C. bila kita hanya memikirkan mencapai nilai tes tinggi, saya pun khawatir kita akan menciptakan generasi anak-anak yang tidak mendapat melakukan apa-apa selain mengerjakan tes dengan baik apalagi ketrampilan dan tanggung jawab karakter siswa. Saya percaya bahwa secara keseluruhan bagi kaum pelajar masa kini merupakan generasi yang paling gemilang dan berbakat yang pernah ada dibumi ini sekalipun. 

Mereka dapat mengakses lebih banyak penyesuaian, pengetahuan, kecerdikan dan sumber daya daripada generasi sebelumnya. Maka dalam pertanyaan kita  masa depan seperti apa yang akan dihadapi orang-orang muda generasi ini ?Apa yang dinantikan mereka ?  Tapi perlu diingat masa depan akan menjadi sebuah petualangan yang tak ada duanya bagi mereka. Dunia bisnis sudah berubah bentuk karena teknologi meratakan lapangan permainan globalisasi dan persaingan ketat terjadi didalam setiap perusahaan dan berdampak pada semua rumah tangga. Apakah anak-anak Indonesia akan memiliki kemampuan dan kualitas karakter yang diperlukan untuk suskes di masa depan ?

Bukankah sebagian besar guru lebih memikirkan "Pelajaran apa yang harus saya persiapkan hari ini ? dari pada memikirkan "Karir masa depan apakah yang paling cocok untuk 10 tahun yang akan datang ?Maka seorang anak akan berpikir panjang yang harus ia katakan  "Apa makan siang hari ini ?" atau "Saya akan bergaul dengan siapa usai jam sekolah ?" Tentunya sekolah-sekolah tidak saja mengajarkan kompetensi akademik yang dipikirkan namun ketrampilan yang akan berdampak masa depan siswa dan juga ketrampilan yang berprinsip memberi dampak langsung hari ini, hanya siswa membuat pilihan yang lebih baik , hari ini Kita. anak-anak sudah berusaha untuk belajar yang bagus, terbaik namun janganlah ia terbunuh dengan karakter pribadinya dengan akademik, nilai maupun target capaian yang tidak memenuhi standar Anda. Berilah keleluasan dan kebebasan berpikir dalam belajarnya agar ia bisa bertanggung jawab dan juga bisa menumbuhkan kesadaran yang berarti dalam belajarnya.

Dian Parikesit, S.Pd

No comments: