Thursday, May 6, 2010

Membayangkan sekolah sebagai keluarga



Pernahkah terpikirkan oleh kita bahwa sekolah dimana tempat kita bekerja mendedikasikan diri pada pendidikan anak bangsa adalah sebuah keluarga? Pikiran ini sangat menggelitik saya sehingga muncul keinginan yang kuat untuk menulis ini.

Dibanyak sesi sering sekali dibahas masalah konsep keluarga. Di majelis keagamaan, seminar, talkshow di TV media cetak maupun elektronik lainnya. Namun apakah kita sudah benar-benar memahami konsep sebuah keluarga dengan jelas sehingga pada akhirnya kita dapat menerapkan konsep tersebut dalam kehidupan kita sehari hari. Bagaimana dengan sebuah sekolah, silahkan mengikuti lebih lanjut hasil perenungan saya.

Oleh karena itu saya menganalogikan komponen yang ada di lembaga sekolah sebagai anggota keluarga dengan perannya masing-masing. Sebagaimana layaknya sebuah keluarga maka struktur yang ada disebuah sekolah didalamnya akan terlihat seperti dibawah ini:

1. Adanya figur pemimpin yang mengarahkan mengayomi, berjuang keras untuk memastikan keberlangsungan keluarga, kesejahteraan, keharmonisan, membangun semangat dan menghargai setiap anggotanya. Figur pemimpin ini bisa diibaratkan sebagai yayasan dan kepala sekolah.

2. Figur Ibu, dalam hal ini saya identikkan dengan peran guru, yang bertugas menididk untuk menumbuhkan semua potensi yang dimiliki anak didiknya. Memberi nutrisi untuk kesehatan lahir dan batin yang baik serta sanggup menjadi mitra yang baik bagi pemimpinnya dengan memberi semangat sang pemimpin agar dapat bekerja secara maksimal.

3. Peran anak yang membutuhkan bimbingan, kasih sayang, motivasi, sarana untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya serta bimbingan untuk memiliki sikap moral positif dan mandiri. Budaya saling menghargai gotong royong dan kebersamaan dapat ditanamkan sejak dini pada diri anak agar dapat berinteraksi secara sehat.

4. Peran orang lain diluar anggota inti yang bertugas membantu keluarga mewujudkan lingkungan yang bersih, tertata dan terorganisir dengan baik, tentunya dengan kerjasama bersama anggota keluarga inti lainnya. Peran ini bisa diibaratkan sebagai peran komunitas yang ada di sekeliling sekolah.

5. Selain keluarga inti dan peran support tim yang ada, keluarga juga perlu menggandeng pihak lain yang dapat dijadikan mitra agar mendapat dukungan dalam menjalankan roda kehidupannya. Disinilah peran pinpinan dan guru menjaga hubungan baik dengan mereka agar segala program yang telah direncanakan dapat terselenggara dengan baik.

Setelah kita mengetahui struktur dan peran masing-masing maka pertanyaan selanjutnya apakah keluarga tersebut akan menjadi sebuah keluarga yang harmonis dengan ke kompakkan serta keselarasan dalam berpikir dan bertindak.

Keluarga yang mempunyai visi, misi dan tujuan yang jelas tentunya akan menghantarkan anak-anaknya memasuki setiap tahapan dalam kehidupan untuk masa depan mereka yang cerah.Ketika ucapan, prilaku dan aktivitas guru teladan, profesional maka tidak menutup mata siswa pun juga akan menjadi keluarga yang menyatu dalam hatinya yang memberikan pusat perhatian/konsultasi bagi si murid dan guru. Kebersamaan dan memahami karakter anak didik perlu saling menutupi kesalahan maupun memperbaiki dalam prestasi siswa maupun masa transisi pubertas sangat perlu sekali siswa saling tukar pengalaman dengan guru.

Oleh karena itu kekeluargaan sekolah bukan berarti hanya target prestasi, nilai yang bagus tapi memberikan kemandirian, kepemimpinan, serta kreativitas anak yang bisa diwujudkan cita-citanya yang nyata agar ia bisa mengalami pembaruan pikiran akal dan hatinya sehingga ia benar-benar membutuhkan dan mencari identitas kepribadiannya yang sebenarnya. Tiba saatnya guru memberikan kekeluargaan yang harmonis kepada siswa, orang tua, karyawan maupun pimpinan Yayasan agar tercapai pendidikan yang profesional dan muncul kepribadian yang baik, selalu tekun dalam ibadahnya serta peduli dengan lingkungan sekitarnya, perlu satu persepsi yang sama, mengurangi rasa buruk sangka serta menjauhi dari sikap egois kecemburuan yang tinggi. Rusaknya ukhuwah maka rusak pula imannya.

Dian Parikesit, S.Pd

No comments: