Bila diamati sejak dini anak-anak telah dikenalkan dengan persaingan, bentuknya pun beragam, mulai dari lomba, sayembara, kompetisi hingga olimpiade, Ini bertujuan anak memiliki mental kompetitif dan tidak gampang menyerah, sedangkan pihak sekolah berlomba-lomba membuat berbagai program untuk menyiapkan anak didik menjadi seorang pemenang.
Tanpa disadari sikap ambisius orangtua seringkali membuat anak terkungkung dalam situasi yang tertekan, ambisi ini dapat berupa sikap menuntut anak untuk berprestasi pada suatu bidang, tak jarang bila anak gagal mencapai target, anak akan dianggap bodoh dan gagal, akibatnya orangtua akan memarah atau menyindir, selain itu anak akan diikutkan bimbingan belajar dan tambahan pelajaran agar tidak tertinggal, jam belajar yang lama semakin bertambah panjang, 8 jam di sekolah masih harus ditambah beberapa jam lagi di luar sekolah, sehingga anak tidak punya kesempatan untuk bermain dan bersosialisasi, anak tumbuh dalam ketakutan untuk gagal dan melakukan kesalahan.
Perasaan tersebut menjadi sebuah tekanan batin bagi anak, berbagai kegiatan positif yang diikutkan orangtua akan menjadi momok, anak akan membolos dan menggunakan berbagai alasan untuk menghindari kegiatan tersebut.
Jika sudah begini, impian untuk mendapat prestasi akademis yang baik tinggal menjadi kenangan, motivasi berprestasi anak akan turun dan digantikan perasaan cemas serta takut gagal, kondisi ini membuat anak enggan mencoba meraih nilai cemerlang dan anak akan gagal meraih prestasi dan tak naik kelas.
Tentu ini bukan akhir segalanya, kita berharap bahwa anak akan memiliki prestasi cemerlang dan dapat menjadi kebanggaan orangtua serta membawa nama bangsa ke ranah internasional, dukungan orangtua, perhatian dan menjaga kesehatan, serta asupan gizi menjadi penting untuk meraih kesuksesan, namun yang perlu ditekankan bahwa apa yang mereka lakukan adalah untuk kemajuan anak, bukan untuk ambisi atau obsesi pribadi, jangan sampai anak merasa tertekan dan tidak nyaman dalam menjalani hidup, biarkan mereka memilih apa yang terbaik bagi mereka.
Bila anak adalah anak panah, maka orangtua adalah busurnya, tugas orangtua adalah memberikan dorongan serta mengarahkan, bukan memaksa.
No comments:
Post a Comment