Monday, December 19, 2011

Kupu Kupu

Seorang anak sedang bermain dan menemukan kepompong kupu - kupu di sebuah dahan yang rendah.
Diambilnya kepompong tersebut dan tampak ada lubang kecil disana.
Dia tertegun mengamati lubang kecil itu
karena terlihat ada seekor kupu-kupu yang sedang berjuang untuk keluar membebaskan diri melalui lubang tersebut.
Lalu, tampak kupu-kupu itu berhenti mencoba,
dia kelihatan sudah berusaha semampunya dan
tampaknya sia-sia untuk keluar melalui lubang kecil di ujung kepompongnya.

Melihat fenomena itu, si anak menjadi iba dan
mengambil keputusan untuk membantu si kupu-kupu untuk keluar dari kepompongnya.
Dia pun mengambil gunting dan membuka badan kepompong
agar sang kupu-kupu bisa keluar dan terbang dengan leluasa.

Begitu kepompong terbuka, kupu-kupu pun keluar dengan mudahnya.
Akan tetapi, ia masih memiliki tubuh gembung dan kecil,
sayap-sayapnya tampak masih berkerut.
Anak itu pun mulai mengamatinya lagi dengan seksama
sambil berharap agar sayap tersebut berkembang
sehingga bisa membawa si kupu-kupu mungil itu terbang menuju bunga- bunga yang ada di taman.
Harapan tinggal harapan, apa yang ditunggu-tunggu si anak tidak kunjung tiba.
Kupu-kupu tersebut terpaksa menghabiskan sisa hidupnya dengan merangkak di sekitarnya
dengan tubuh gembung dan sayap yang masih berkerut serta tidak terbentang sempurna.
Kupu-kupu itu akhirnya tidak pernah mampu terbang.

Si anak yang membantu mengeluarkan kupu-kupu dari kepompongnya itu,
rupanya tidak mengerti bahwa kupu-kupu perlu berjuang dengan daya usahanya sendiri
untuk bisa membebaskan diri dari kepompongnya.
Lubang kecil yang perlu dilaluinya akan memaksa cairan dari tubuhnya masuk kedalam sayap-sayapnya
sehingga dia akan siap terbang dan memperoleh kebebasannya.

"Hidup adalah perjuangan.
Hidup adalah kerja keras, bahkan untuk meraih keberhasilan diperlukan keringat dan air mata,"
demikian Thomas Alva Edison, si penemu lampu pijar pernah bertutur.

Tidak ada yang instant, semua melalui proses yang sudah ada dalam siklus kehidupan.
Setiap tapak kehidupan yang telah dilalui
akan memberikan makna yang luar biasa bagi seseorang untuk memasuki tapak kehidupan berikutnya.
Pengalaman-pengalam an suka dan duka dalam setiap sendi kehidupan
akan memberikan warna tersendiri untuk menghiasi rentang kehidupan kita yang sebentar ini.

Itulah sebabnya terkadang jika sedang merenung,
terbersit keinginan untuk bisa mengikuti setiap jengkal kehidupan dengan bijaksana dan serius.
Namun, tatkala persaingan sudah semakin ketat, perenungan tinggal perenungan,
yang penting bagaimana meraih keberhasilan dengan cara apapun,
walaupun terkadang sampai menghalalkan segala cara.

Seorang anak tanpa disadari terkadang menjadi korban ambisi orangtuanya.
Misalnya, orangtua memaksa anak untuk belajar berhitung atau kursus komputer
agar terlihat lebih dulu bisa dibandingkan teman-temannya.
Fenomena lain terjadi di sebuah perusahaan
ketika "putra mahkota" (anak pemilik perusahaan) yang relatif lebih muda sudah diberikan tempat yang menyenangkan
sebagai salah satu anggota direksi.

Beberapa kisah "pengorbitan" di atas tentu akan menuai permasalahan baru dalam implementasiny a,
karena individu-individu yang "diorbitkan" tidak dibiarkan terlebih dahulu untuk matang dalam perjuangan hidup.

Jika kita kembali pada kisah kupu-kupu,
mungkin kita baru mengerti bahwa seekor kupu-kupu yang cantik ternyata baru bisa terbang dengan indahnya
setelah melalui perjuangan yang cukup berat dalam proses metamorfosis yang luar biasa hebatnya.
Jika seorang ingin terbang dengan kompetensi yang memadai tentu harus melalui perjuangan yang berat.
Kompetensi seseorang dinilai dari apa yang telah dilakukannya,
bukan dari apa yang diucapkannya.
Kompetensi seseorang diuji melalui pengalaman-pengalam an hidup yang dialaminya,
bukan sekedar perencanaan yang tertulis diatas kertas.

Layaknya seekor kupu-kupu, hidup manusia pun tidak hanya sekadar tumbuh mengikuti siklus kehidupan yang sudah ada,
namun harus berani mengambil titik balik untuk berubah kearah yang lebih baik lagi.
"Meta" dan "Morphe", demikian asal kata Metamorphosis yang diambil dari bahasa Yunani untuk perubahan yang terjadi pada seekor kupu-kupu.
Artinya,berubah ke bentuk yang lebih baik (dari ulat menjadi kepompong lalu kupu-kupu).

Perubahan pertama yang memungkinkan kita untuk terbang tinggi adalah perubahan paradigma
(perubahan cara berpikir) dan cara pandang.
Bagaimana cara kita memandang kehidupan ini,
bagaimana cara kita memandang perusahaan kita saat ini,
akan sangat menentukan bagaimana kita melalui hari-hari kita selanjutnya.

Jika selalu memandang negatif dan terus mengeluh tentu akan membuat sikap mental kita menjadi lebih buruk.
Sebaliknya, jika disikapi dengan optimis dan penuh harapan,
maka proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik.
Perubahan pikiran ini selanjutnya akan diikuti dengan perubahan perasaan yang selanjutnya membuahk an perubahan tingkah laku.

(dikutip dari "Setengah Isi Setengah Kosong" oleh Parlindungan Marpaung)

No comments: