Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) Bidang Pendidikan, Musliar Kasim mengatakan, pelatihan guru yang mengimplementasikan kurikulum 2013 tidak sesuai dengan harapan. Masih banyak guru yang tidak memahami kurikulum tersebut.
“Dari segi pemahaman guru ada yang harus ditingkatkan karena belum sesuai harapan. Namun tidak terlalu jelek (tingkat pemahaman guru),” katanya ketika dihubungi wartawan, Kamis (9/1/2014).
Karena itu, Musliar berjanji, pemerintah akan tetap memberikan pendampingan. Pemerintah akan melatih kembali semua guru dengan harapan ada perubahan di pola pikir guru. Perubahan terutama diutamakan pada materi pembelajaran hingga penilaian. Mengingat banyak sekali perubahan dalam kedua metode tersebut.
Berdasarkan data, Kemendikbud melaksanakan kurikulum baru di 6.000 sekolah. Kurikulum 2013 dilakukan secara bertahap dan terbatas di kelas 1,4,7, dan 10 saja. Sebanyak 61.074 guru telah menerima pelatihan. Jumlah itu terdiri atas 572 orang instruktur nasional, 4.740 orang guru inti dan 55.762 guru sasaran.
Mantan Rektor Universitas Andalas ini menyatakan, tahun ini ada 1,3 juta guru yang akan mengimplementasikan kurikulum baru di tahun ajaran 2014/2015. Salah satu yang akan diubah adalah pemilihan guru inti. Pada pelatihan tahun lalu, guru inti dipilih dan ditentukan pemerintah berdasarkan hasil uji kompetensi guru (UKG).
Selanjutnya mereka dilatih oleh instruktur nasional agar dapat mengajarkan kepada guru sasaran. Namun sistem tersebut tidak akan dilakukan lagi pada tahun ini.
“Tahun ini kita akan latih dulu semua guru. Guru yang cepat paham, berperforma tinggi dan dapat nilai tinggi yang akan diangkat menjadi guru inti,” terangnya.
Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sulistiyo mengatakan, guru belum paham mengenai kompetensi inti dan kompetensi dasar. Guru SD juga belum siap dengan pendekatan tematik integratif karena memerlukan perubahan paradigma mengajar guru. Penilaian proses dan hasil pembelajaran yang bersifat kuantitatif dan kualitatif, menjadikan Kurikulum 2013 tidak lugas sehingga sukar dimengerti para guru.
Sulistiyo menambahkan, kurikulum yang dilaksanakan mendadak dan terburu-buru menunjukkan akurasi yang rendah. Selain itu, asumsi-asumsinya yang dibangun tidak berkorelasi secara logis dengan apa yang ada di bawahnya.
“Sederetan ahli yang menyusun dan memikirkan kurikulum 2013 tanpa dilakukan dengan persiapan matang menjadikan kurikulum 2013 ini tampak gagah tetapi bolong di sana-sini,” ungkapnya.
Sementara, Pengamat Pendidikan Universitas Paramadina Mohammad Abduhzen berpendapat, saat ini guru-guru perlu diberi rasa tanggung jawab serta didorong untuk berdedikasi lebih tinggi.
Jika keduanya sudah dilatih maka akan mengarahkan guru kepada perilaku yang efektif dan berguna. Hal tersebutlah yang menurut Abduhzen belum pernah dilatih hingga kini.
Dia mengungkapkan, guru-guru gagal paham karena pelatihan yang diberikan hanya sebatas ceramah saja. Pola pelatihan training of trainer (TOT) tidak praktis dan hanya sebatas teori sehingga guru sasaran tidak menyerap ilmunya.
“Pelatihan tetap akan menjadi ceramah, seperti yang sudah-sudah. Beberapa keluhan guru mengatakan instruktur hanya membanyol saja. Sangat tidak profesional,” tutur Abduhzen.
Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti menjelaskan, keterlambatan pengadaan buku berdampak tertundanya pelatihan guru. Padahal buku itulah yang menjadi salah satu materi pelatihan.
Dia pun mengungkapkan, guru bingung saat menerapkan kurikulum 2013 di kelas. Pasalnya, guru pendamping yang dijanjikan hadir di kelas-kelas ternyata baru hadir pada November 2013 atau molor tiga bulan.
No comments:
Post a Comment