Teknologi
dapat diibaratkan sebagai pedang bermata dua. Keberadaannya dapat
berdampak positif dan juga negatif. Salah satu lingkungan terkecil yang
lekat dan mendapatkan dampak dari teknologi adalah keluarga. Teknologi
seperti smartphone dapat mendekatkan jarak antara orang tua dan
anak. Sebaliknya, ia juga dapat merenggangkan jarak antar anggota
keluarga yang begitu sibuk dengan smartphonenya ketika berkumpul
bersama. Baru-baru ini
sebuah penelitian menunjukkan bahwa sekalipun anak-anak menyukai
teknologi, setengah dari mereka mengalami tekanan dalam hubungan
keluarga. Dikutip dari Antara, The Halifax Insurance Digital Hime mengeksplorasi
penggunaan teknologi pada 1.000 orang tua dan anak-anak berusia 7-17
tahun untuk memahami pengaruh teknologi pada kehidupan keluarga.
Hasilnya mengejutkan, saat ini anak-anak memiliki perangkat teknologi
dan sepertiganya selalu siaga memeriksa ponsel dalam kurun waktu satu
jam. Dua pertiga diketahui menggunakan perangkat di tempat tidur
termasuk ponsel dan tablet.
Perilaku
siaga pada perangkat teknologi (ponsel) telah memberikan perubahan
hubungan berkeluarga. Hal ini terlihat dari hasil studi tersebut yang
menyebut lebih dari sepertiga dari anak-anak berkomunikasi dengan
anggota keluarga menggunakan gadget meskipun berada dalam satu atap
rumah yang sama. Selain itu, sepertiga dari orang tua dan anak-anak
menggunakan perangkat teknologi di meja makan.
Psikolog
pendidikan, Dr. Kairen Cullen dikutip dari Antara (18/3), menyebutkan
saat ini orang tua harus beradaptasi dengan iklim komunikasi yang
berbeda. Mereka juga harus memastikan percakapan terbuka dan bermakna
dengan anak-anak mereka yang telah tumbuh dengan media sosial.
Menurutnya, komunikasi virtual tidak akan pernah menggantikan kontak
tatap muka keluarga.
"Teknologi
modern adalah bagian dari kehidupan kontemporer dan tercermin dalam
cara keluarga menggunakannya. Namun, hal ini menjadi jelas bahwa
sejumlah anak-anak dan orang muda menggunakan teknologi secara
berlebihan," ujar psikolog pendidikan, Dr Kairen Cullen, seperti
dilansir Female First.
Perubahan
perilaku hubungan berkeluarga dewasa ini telah menjangkit bahkan sejak
anak-anak masih bayi. Hal ini terlihat dari hasil studi yang menemukan
perangkat teknologi mempengaruhi pola pengasuhan. Sekitar dua per tiga
orang tua menghibur anak-anak mereka dengan perangkat teknologi. Namun,
lebih dari setengah orang tua merasa prihatin atas banyak waktu yang
anak mereka habiskan bersama perangkat teknologi.
Kemudian,
sekiar 35 persen orang tua mengaku tidak tahu bagaimana anak-anak
menggunakan perangkat yang ditempatkan di ruangan mereka. Orang tua pun
khawatir mereka tidak dapat mengkontrol penggunaan teknologi anak-anak
mereka.
Fakta hasil studi
tersebut juga memperlihatkan bahwa perubahan perilaku anak-anak karena
teknologi memiliki kurangnya keteladanan. Sekitar 30 persen anak-anak
mengklaim orang tua memberikan contoh buruk dalam penggunaan teknologi.
Misalnya, rata-rata orang tua menghabiskan waktu tiga jam sehari untuk
menonton televisi.
Hasil
studi menjadi pembenaran fenomena perubahan pola sosialiasasi manusia
karena teknologi. Orang tua perlu mengajarkan sejak dini pada anak-anak
mereka tentang penggunaan perangkat teknologi. Jika tidak, jangan-jangan
masa depan akan menjadi seperti di dalam film “Wall E”: manusia kelak
akan lumpuh karena segala aktivitasnya telah tergantikan oleh teknologi.
No comments:
Post a Comment