Tidak percaya? Coba, semua orang tua pasti mengaku peduli kepada
anaknya. Semua mengatakan sayang dan cinta kepada anak - anaknya. Ingat -
ingat saja bagaimana percakapan Anda dan teman - teman sekantor soal
mendidik anak. Apakah obrolan Anda itu seperti artikel majalah atau
tayangan di televisi tentang selebritas, entah artis, politisi, pejabat
atau pengusaha yang tengah membicarakan anak - anaknya? Bukankah mereka
selalu mengatakan bahwa "Yang penting adalah kualitas waktu pertemuan
dengan anak - anak, bukan kuantitasnya." Nah, Anda juga bisa bilang
begitu kan?
"Tetapi, bagaimana mungkin menciptakan kualitas pertemuan jika nyaris tak punya waktu bertemu? Realistiskah, jika Anda orang yang supersibuk - dengan banyak peran dan tanggung jawab yang menyita waktu, pikiran dan perasaan - begitu sampai di rumah, dalam detik - detik atau menit - menit awal langsung bisa menciptakan pertemuan berkualitas dengan anak - anak Anda, sementara Anda hanya punya waktu 'total' sekitar satu jam bersama anak- anak? Tentu bisa, jika Anda jawara dalam 'manajemen stres' dan 'manajemen perasaan'. Apakah Anda termasuk di dalamnya?"
"Ataukah Anda serumpun dengan orang tua di bawah ini? Waktu resmi pulang kantor sama, pukul lima sore. Sebagian menunda waktu pulang - bahkan sampai 1 - 2 jam - karena 'menunggu berkurangnya kemacetan.' Sebagian lagi, memang baru bisa pulang lewat dari pukul tujuh malam karena lembur. Lalu, sebagian 'kecil' lainnya memilih untuk "play hard" dengan sekadar jalan - jalan di mal atau ngopi di cafe sampai menjelang mal tutup, bahkan clubbing sampai larut malam. Setiba di rumah, tentu saja, bayi atau anak - anak telah tidur. Sebagaian, ditidurkan oleh baby sitter- nya yang oleh sebagian orang tua, menyewa baby sitter dianggap sebagai bukti kasih sayang dan kepeduliannya kepada bayi dan anak - anaknya. Dalam kasus ini, saya cenderung mengatakan terus terang, itu HANYA bukti bahwa mereka tidak menelantarkan anak - anaknya, "tutur Dr. Katerina Timoer MPsi, MPhil, psikolog muda yang tengah menekuni filsafat pendidikan. "Pagi hari, bayi atau balita Anda telah bangun, sementara orangtuanya masih tidur karena kelelahan. Atau sebaliknya, Anda termasuk yang harus bangun subuh karena harus sudah tiba di kantor sebelum pukul delapan atau sembilan karena bisa kena penalti kalau terlambat. Semuanya dilakukan serba tergesa - gesa. Mulai dari mandi hingga sarapan. Termasuk memandikan dan memberi sarapan balita Anda. Apalagi, tak sedikit orangtua yang menyerahkan dua hal ini, apalagi mengganti popok bayinya, kepada baby sitter.
Dokter Katerina kembali bertanya retoris, "Jadi, kapan Anda melakukan kontak fisik dan membangun ikatan emosional dengan balita anda? Sebagian orangtua biasanya menjawab, "Waktu berkualitas saya dengan anak - anak sewaktu mengantar mereka ke sekolah/playgroup. Saya tanyakan bagaimana hari mereka kemarin, saya tanyakan apa yang dipelajarinya di sekolah."
"Apakah itu disebut sebagai waktu berkuallitas? Bukankah Anda bertanya jawab itu sambil menyetir mobil atau sibuk menyiapkan pekerjaan kantor? Kemana arah tatapan anda? Ke anak atau ke jalan? Tentu ke jalan, kalau tidak, bisa kecelakaan. Bisakah disebut berkualitas jika percakapan dilakukan tanpa saling berpandangan? Selain tiu, apakah itu dialog atau interogasi? Bukankah Anda bertanya dan anak menjawab? Kapan Anda mendengarkan cerita - ceritanya, keluh kesahnya? Lebih - lebih lagi, kapan Anda mendengarkannya dengan penuh perhatian alias menyimak dengan fokus seratus persen?"
Cinta butuh waktu! "Ya saya percaya, tidak satu pun orangtua yang tidak mencintai anaknya. Cinta. Tetapi menurut anak - anak, kata CINTA itu bukanlah dieja dengan lima huruf C - I - N - T - A. Bukan! Anak - anak mengeja cinta sebagai W - A - K - T - U!!!" tandas Katerina sambil tersenyum lebar.
"Jadi, jika Anda ingin membuktikan bahwa Anda memang orangtua yang peduli pada masa depan anak - anak Anda, jika anda memang mengasihi anak - anak Anda, jangan lagi berdalih di balik jargon usang, konsep yang sama sekali keliru: "Bahwa kualitas pertemuan lebih penting daripada kuantitasnya." Siapa bilang bahwa sepuluh menit pertemuan berkualitas lebih berharga dan bermanfaat bagi perkembangan anak - anak dibandingkan setengah jam perjumpaan tidak berkualitas?
Lagipula, Anda punya ukuran atau parameter dari 'kualitas' pertemuan itu? Para psikolog, pedagog dan mereka yang merasa mengerti soal parenting lalu mengagung - agungkan mitos pentingnya kualitas pertemuan, sudahkan mereka mengembangkan parameter kualitas itu yang bisa menjadi pedoman para orangtua? Apakah mereka sudah memberikan contoh - contoh konkrit berupa kejadian - kejadian yang biasa dialami oleh para orangtua sehari - hari yang menunjukan seperti apa kualitas pertemuan itu?" papar Prof. Kunto Wicaksono, MPd, pakar psikologi pendidikan.
Nah, semua ini menegaskan sekali lagi betapa sangat pentingnya menentukan gaya dan metoda parenting sejak dini, bahkan kalau bisa sebelum Anda sengaja hendak punya anak.
Sumber : Mom & Kiddie
"Tetapi, bagaimana mungkin menciptakan kualitas pertemuan jika nyaris tak punya waktu bertemu? Realistiskah, jika Anda orang yang supersibuk - dengan banyak peran dan tanggung jawab yang menyita waktu, pikiran dan perasaan - begitu sampai di rumah, dalam detik - detik atau menit - menit awal langsung bisa menciptakan pertemuan berkualitas dengan anak - anak Anda, sementara Anda hanya punya waktu 'total' sekitar satu jam bersama anak- anak? Tentu bisa, jika Anda jawara dalam 'manajemen stres' dan 'manajemen perasaan'. Apakah Anda termasuk di dalamnya?"
"Ataukah Anda serumpun dengan orang tua di bawah ini? Waktu resmi pulang kantor sama, pukul lima sore. Sebagian menunda waktu pulang - bahkan sampai 1 - 2 jam - karena 'menunggu berkurangnya kemacetan.' Sebagian lagi, memang baru bisa pulang lewat dari pukul tujuh malam karena lembur. Lalu, sebagian 'kecil' lainnya memilih untuk "play hard" dengan sekadar jalan - jalan di mal atau ngopi di cafe sampai menjelang mal tutup, bahkan clubbing sampai larut malam. Setiba di rumah, tentu saja, bayi atau anak - anak telah tidur. Sebagaian, ditidurkan oleh baby sitter- nya yang oleh sebagian orang tua, menyewa baby sitter dianggap sebagai bukti kasih sayang dan kepeduliannya kepada bayi dan anak - anaknya. Dalam kasus ini, saya cenderung mengatakan terus terang, itu HANYA bukti bahwa mereka tidak menelantarkan anak - anaknya, "tutur Dr. Katerina Timoer MPsi, MPhil, psikolog muda yang tengah menekuni filsafat pendidikan. "Pagi hari, bayi atau balita Anda telah bangun, sementara orangtuanya masih tidur karena kelelahan. Atau sebaliknya, Anda termasuk yang harus bangun subuh karena harus sudah tiba di kantor sebelum pukul delapan atau sembilan karena bisa kena penalti kalau terlambat. Semuanya dilakukan serba tergesa - gesa. Mulai dari mandi hingga sarapan. Termasuk memandikan dan memberi sarapan balita Anda. Apalagi, tak sedikit orangtua yang menyerahkan dua hal ini, apalagi mengganti popok bayinya, kepada baby sitter.
Dokter Katerina kembali bertanya retoris, "Jadi, kapan Anda melakukan kontak fisik dan membangun ikatan emosional dengan balita anda? Sebagian orangtua biasanya menjawab, "Waktu berkualitas saya dengan anak - anak sewaktu mengantar mereka ke sekolah/playgroup. Saya tanyakan bagaimana hari mereka kemarin, saya tanyakan apa yang dipelajarinya di sekolah."
"Apakah itu disebut sebagai waktu berkuallitas? Bukankah Anda bertanya jawab itu sambil menyetir mobil atau sibuk menyiapkan pekerjaan kantor? Kemana arah tatapan anda? Ke anak atau ke jalan? Tentu ke jalan, kalau tidak, bisa kecelakaan. Bisakah disebut berkualitas jika percakapan dilakukan tanpa saling berpandangan? Selain tiu, apakah itu dialog atau interogasi? Bukankah Anda bertanya dan anak menjawab? Kapan Anda mendengarkan cerita - ceritanya, keluh kesahnya? Lebih - lebih lagi, kapan Anda mendengarkannya dengan penuh perhatian alias menyimak dengan fokus seratus persen?"
Cinta butuh waktu! "Ya saya percaya, tidak satu pun orangtua yang tidak mencintai anaknya. Cinta. Tetapi menurut anak - anak, kata CINTA itu bukanlah dieja dengan lima huruf C - I - N - T - A. Bukan! Anak - anak mengeja cinta sebagai W - A - K - T - U!!!" tandas Katerina sambil tersenyum lebar.
"Jadi, jika Anda ingin membuktikan bahwa Anda memang orangtua yang peduli pada masa depan anak - anak Anda, jika anda memang mengasihi anak - anak Anda, jangan lagi berdalih di balik jargon usang, konsep yang sama sekali keliru: "Bahwa kualitas pertemuan lebih penting daripada kuantitasnya." Siapa bilang bahwa sepuluh menit pertemuan berkualitas lebih berharga dan bermanfaat bagi perkembangan anak - anak dibandingkan setengah jam perjumpaan tidak berkualitas?
Lagipula, Anda punya ukuran atau parameter dari 'kualitas' pertemuan itu? Para psikolog, pedagog dan mereka yang merasa mengerti soal parenting lalu mengagung - agungkan mitos pentingnya kualitas pertemuan, sudahkan mereka mengembangkan parameter kualitas itu yang bisa menjadi pedoman para orangtua? Apakah mereka sudah memberikan contoh - contoh konkrit berupa kejadian - kejadian yang biasa dialami oleh para orangtua sehari - hari yang menunjukan seperti apa kualitas pertemuan itu?" papar Prof. Kunto Wicaksono, MPd, pakar psikologi pendidikan.
Nah, semua ini menegaskan sekali lagi betapa sangat pentingnya menentukan gaya dan metoda parenting sejak dini, bahkan kalau bisa sebelum Anda sengaja hendak punya anak.
Sumber : Mom & Kiddie
No comments:
Post a Comment