Sunday, May 22, 2016

Pribadi Qona'ah

Saudaraku, salah satu sebab yang membuat hidup ini tidak tentram adalah terpedayanya diri oleh kecintaan pada harta dan dunia. Orang yang terpedaya harta akan senantiasa merasa tidak cukup dengan apa yang dimilikinya. Sehingga ia jadi sangat jauh dari rasa syukur kepada Alloh Sang Maha Pemberi rezeki.

Orang yang cinta dunia akan selalu ambisius untuk menuruti segala keinginannya, meski harus menggunakan segala cara: licik, bohong, memanipulasi timbangan, dan sebagainya. Ia tidak menyadari sesungguhnya harta hanyalah ujian.

Alloh Swt. berfirman, “Maka apabila manusia ditimpa bahaya, ia menyeru Kami, kemudian apabila kami berikan kepadanya nikmat dari Kami, ia berkata: ‘Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku’. Sebenarnya itu adalah ujian, tapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui” (QS. Az-Zumar [39]:49).
Ayat ini menunjukkan tentang orang yang tidak tepat dalam menyikapi harta dan dunia yang diberikan kepadanya. Ia mengira bahwa ketentraman hidup ditentukan oleh banyak-tidaknya harta yang ia miliki, besar-kecilnya tempat tinggal, tinggi-rendahnya kedudukan dan pangkat yang disandangnya.

Padahal ketentraman hidup hanya dapat diraih melalui penyikapan yang benar terhadap harta dan dunia, sekecil dan sebesar apa pun harta yang dimilikinya. Sikap yang demikian dikenal dengan ‘Qonaah’, yaitu merasa cukup dan puas atas harta dan dunia yang sudah dimiliknya.

Namun, Qonaah tidak berarti fatalis -menerima nasib begitu saja tanpa ikhtiar. Orang Qonaah bisa saja memiliki harta yang sangat banyak, bahkan memiliki banyak sekali perusahaan, namun semua itu bukan untuk menumpuk kekayaan. Kekayaan yang dimilikinya ia sikapi dengan rambu-rambu Alloh Swt., sehingga apa pun yang dimilikinya tidak pernah melalaikannya dari mengingat Sang Maha Pemberi rezeki. Ia memandang bahwa bekerja adalah ibadah dan harta kekayaan adalah sarana untuk ibadah dan dakwah.

Orang yang qonaah menyadari tiga hal ini, pertama, bahwa rezeki yang ia makan hanya akan menjadi kotoran. Kedua, rezeki yang ia pakai hanya akan menjadi benda usang. Ketiga, rezeki yang ia nafkahkan akan bernilai di hadapan Alloh. Karenanya, ia pun lebih mementingkan seruan Rabbnya, “Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru kepada kamu sekalian untuk melakukan shalat di hari Jumat, bersegeralah untuk mengingat Alloh dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagi kamu jika kamu sekalian mengetahuinya” (QS. Al Jumu’ah [62] : 9).

Ia akan bergegas mendahulukan Alloh dari apapun juga. Ibadahnya berkualitas. Namun, setelah itu, ia akan kembali menjalani aktifitas duniawi dengan mengikuti tuntunan Alloh dan rosul-Nya. Tak ada yang meleset dari kesehariannya melainkan bernilai ibadah di hadapan Alloh Swt.

“Dan apabila telah selesai melaksanakan sholat, maka bertebaranlah kamu semua di muka bumi dan carilah karunia Alloh serta ingatlah Alloh sebanyak-banyaknya, supaya kamu sekalian beruntung” (QS. Al Jumu’ah [62]:10).

Niat yang terlahir dari hati orang-orang yang Qonaah ketika melakukan aktivitas pencarian dunia bukan didasarkan pada penumpukan kekayaan untuk ia nikmati sendirian, namun benar-benar didasarkan pada ibadah.

Orang-orang Qonaah akan mencari harta dan dunia untuk membekali dirinya agar lebih kuat dalam beribadah. Ia berpikir, bukankah Alloh lebih mencintai mukmin yang kuat dibanding mukmin yang lemah?! Hartanya kemudian ia gunakan untuk menjauhkan diri, keluarga dan umat dari kekufuran.

Sungguh mengagumkan orang yang memiliki Qonaah di dalam dirinya. Semoga kita termasuk orang-orang yang demikian. Aamiin yaa Robbal ‘aalamiin.

No comments: