Saturday, December 5, 2009

Visi Peradaban Pendidikan


Sekolah adalah pusat wahana belajar siswa untuk mendapatkan wawasan ilmu. Cita-cita siswa diperlukan input dari segala sumber media maupun metode pembelajaran yang kreatif dan produktif. Kreatif dalam kemandirian kemampuan siswa dalam belajarnya atas stimulus yang akan digemarinya maupun kreatif  dalam kemampuan membentuk karakter siswa yang saleh. Imajinasi maupun kekaryaan siswa sangat besar potensinya bila ditanamkan dari awal belajar seperti keberanian bereksperimen maupun presentasi ilmu karya ilmiahnya.

Penguasaan metode pembelajaran bagi seorang pendidik haruslah lebih dikuasai baik dari media maupun bentuk kegiatan pembelajarannya sehingga guru akan bisa merubah sistem pengajaran satu arah (mendengar dan mencatat) menjadi pengajaran yang lebih aktif dan kreatif tanpa harus bersinggungan dengan sistem permanen (Diknas). Sebuah dilema jika pembelajaran masih saja bersifat satu arah karena sangat disayangkan jika potensi siswa tidak digarap dengan baik bahkan tidak dikembangkan dengan cara jalan sendiri. Proses pembelajaran harus dibingkai dengan pembiasaan karakter yang berakhlak baik maupun pembiasaan keaktifan siswa, berperan sebagai penumbuhan kemandirian siswa untuk belajar tanpa perintah dari sang pendidik. Motivasi belajar siswa akan terwujud semua jika kedisiplinan juga harus diiringi dengan seimbang.

Salah satu potret pendidikan mempunyai stimulus yang banyak sekali dari berbagai media maupun variasi kegiatan tetapi perlu diingat keseluruhan program pembelajaran haruslah terintegrasikan dalam satu tema sebagai dasar pedoman bahan ajaran sehingga pengulangan materi yang disampaikan antar level tidak terjadi kembali. Sangat baik jika berpedomannya berkurikulum dengan satu tema dalam satu semester kemudian dari setiap pekan mempunyai sub tema yang berbeda. Sering saja sang pendidik ketika akan mengajar akan kebingungan materi yang akan disampaikan pada pertemuan selanjutnya dengan berkata “kira-kira setelah pertemuan  ini materinya apa ya…?”. Perkataan tersebut akhirnya pengajaran kurang obyektif bahkan (CJAS) dengan cara jalan apa adanya saja. Hal ini membuat program pembelajaran yang tidak tersusun rapi dan kurang profesional dalam manajemen pengajaran. Keutamaan edukasi sangatlah penting apalagi masalah karakter bagi siswa maka perlu adanya waktu pelajaran khusus  mengenai karakter siswa. Pembahasan karakter ini juga perlu dikaji kebutuhan apa saja materi yang harus disampaikan kepada siswa sehingga terjadwal dengan rapi.

Pola sistem pembelajaran  pun juga harus dikaji, sebaiknya ketika pembelajaran dan menumbuhkan kedisiplinan, posisi duduk siswa juga tidak harus permanen (kaku). Ketika guru memberikan penjelasan materi siswa harus tertib dengan variasi posisi duduk dengan rolling berkelompok. Maka pengajaran akan mudah terlihat kelompok siswa mana yang kurang rapi (campur laki dengan wanita) sehingga siswa juga akan mudah konsentrasi dan guru pun mudah untuk pengontrolannya. ..........bersambung


Dian Parikesit, S.Pd

No comments: