Kekuatan kata akan mampu menggerakkan untuk selalu memilih kata-kata terbaik,
tepat, akurat, memikat, dan dahsyat full manfaat. Kita bisa menulis apa saja,
mengatakan apa pun, dengan niat untuk “memilih” yang terbaik dan tidak
melanggar syariat.
The amazing words change the world… kata-kata ajaib bisa untuk mengubah
dunia. Sapaan Nabi pada Zaid bin Tsabit memotivasinya jadi ahli bahasa, Persia
dan Ibrani. Nasihat guru Imam Bukhari menginspirasi lahirnya Shahih al-Bukhari.
Apresiasi guru “si buta” Stevie Wonder mengantarkannya jadi penyanyi
tenar. Temukan inspirasi tentukan amal unggulanmu.
The amazing words change
the world. Kata-kata adalah “makhluk
hidup” ketika digali dari ketulusan hati, kedalaman jiwa, kepekaan rasa, dan
kekayaan makna. Kata-kata inspiratif adalah jalan dahsyat untuk mengungkapkan
isi hati dengan teliti, hati-hati, tidak menyakiti. Menggugah kesadaran
membangun keunggulan.
Betapa banyak orang yang masuk surga gara-gara kata-katanya, begitu
pula sebaliknya. Banyak pula yang terseret di pintu neraka, tersungkur ke dinding-dindingnya,
lalu terjungkal ke jurangnya gara-gara lisan, lidah, mulut dan ucapannya. Di
dunia saja kita telah melihat banyak buktinya. Banyak orang terpenjara
gara-gara kata-katanya. Nah, kini saatnya kita jadikan kata-kata kunci surga
dengan:
1. Kalimat yang dahsyat bisa mengubah pribadi biasa menjadi dahsyat luar biasa. “Berprestasi
di tengah keterbatasan adalah sebuah kepahlawanan dalam bentuk yang lain.”
2. Kata-kata yang positif bisa melahirkan pribadi kreatif. “Kalau kita berpikir menang maka
semua jalan ‘kan terbentang, semua energi kita undang, semua potensi kita
dulang, semua kekuatan kita galang, seluruh strategi kita rancang, semua halang
rintang kita terjang dan akhirnya kita menang.”
3. Kalimat yang menggugah bisa menginspirasi orang mencetak sejarah. “Ada masalah?
Alhamdulillah. Jangan pernah lelah untuk melangkah penuh gairah dalam mencetak
sejarah.”
4. Kalimat yang mendidik membuat hati terbetik untuk beramal detik demi detik. “Kalau kita
tidak aktif menyibukkan diri dalam kebaikan niscaya kita akan disibukkan dalam
keburukan.”
5. Kalimat simpatik membuat pribadi tampil lebih percaya diri dan menarik. “Jadikanlah
motivasi diri sebagai bahan bakar. Jadikanlah percaya diri sebagai gas. Jadikan
tahu diri sebagai rem. Gerakkan diri, potensi to prestasi.”
6. Kalimat yang lugas menjadikan pribadi yang tegas
berintegritas. “Kalau kau meyakini sesuatu, pertahankanlah itu. Jangan goyah.
Hormatilah komitmenmu. Kalau kau berutang pada orang lain, bayarlah. Jika tidak
punya cukup uang untuk membayar mereka sekarang, buatlah jadwal untuk
membayarnya nanti.”
7 Kata yang menyentuh menggelorakan jiwa yang penuh gemuruh. “Tidak ada pilihan ketiga.
Pilihlah: petunjuk Allah atau tipu daya syetan.” (Sayyid Quthub)
8. Kalimat yang manis membuat jiwa-jiwa melangkah
dengan optimis. “Perubahan tanpa visi melahirkan kekacauan. Perubahan tanpa
skill melahirkan kecemasan. Perubahan tanpa insentif melahirkan penolakan.
Perubahan tanpa resource melahirkan frustasi. Perubahan tanpa action plan
melahirkan kegagalan.” (Rhenald Kasali)
9. Kalimat nan rancak membuat jiwa rajin bergerak. “Menunda-nunda pekerjaan akan
menumpuk-numpuk kesulitan.”
10. Kata nan santun membuat jiwa merasa tenang tertuntun. “Lapangkanlah dada
kami dengan karunia iman dan indahnya tawakal pada-Mu. Hidupkan hati kami
dengan ma’rifat-Mu. Matikanlah kami dalam syahid di jalan-Mu.”
11. Kalimat yang ikhlas menenteramkan jiwa, bebas lepas tanpa tekanan. “Kita tidak mesti
mendapatkan apa-apa yang kita cintai, namun kita bisa mencintai apa yang kita
dapatkan.”
12. Kalimat yang bijak menembus hati menjadi lunak. “Bila hati itu bersih maka ia akan
mudah menerima kebenaran dan merasa ringan untuk melakukan kebaikan.”
Kata-kata sebagai “kunci surga” telah mengubah Imam Bukhari.
Terinspirasi oleh kata-kata gurunya, ia menyerap energi dan kata kunci sebagai
pemantik, pemicu dan pemacu. Seperti guru Imam Nawawi, ia jatuh hati pada
keteguhan hati Nawawi kecil yang bersikeras membaca al-Qur`an meski
teman-temannya memaksanya bermain-main. Sang guru mengapresiasi, “Anak
ini ingin menjadi anak yang paling
pandai di zamannya, paling zuhud dan paling bermanfaat.”